• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Makrozoobentos

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Parameter Biotik

3.1.1 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Makrozoobentos

Menurut Handayani et al.,(2000) dalam Tiorinse (2009, hlm: 62), Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur tetapi organisme ini cenderung menyukai substrat dasar pasir dan sedikit berlumpur. Menurut Hutchinson (1993) dalam Yeanny (2007, hlm: 39), Gastropoda merupakan hewan yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik pada berbagai jenis substrat yang memiliki ketersediaan makanan dan kehidupannya selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik kimia perairan.

3.1.1 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Makrozoobentos

Berdasarkan data jumlah makrozoobentos yang diperoleh pada setiap stasiun penelitian (Lampiran G), maka didapatkan nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Nilai Kepadatan Populasi (ind/m2), Kepadatan Relatif (%) dan Frekuensi Kehadiran (%) Makrozoobentos di Setiap StasiunPenelitian

NO GENUS 1 2 3 K (ind/m2) KR (%) FK (%) K (ind/m2) KR (%) FK (%) K (ind/m2) KR (%) FK (%) 1 Anodontoides 8,64 3,72 22,22 23,45 3,97 22,22 19,75 6,92 44,44 2 Boyeria - - - 1,23 0,20 11,11 - - - 3 Chironomus 4,93 2,13 22,22 - - - - - - 4 Copelatus 2,46 1,06 11,11 - - - - - - 5 Enalagma - - - 3,70 0,62 22,22 - - - 6 Elimia 23,45 10,10 66,66 66,66 11,29 100 1,23 0,43 11,11 7 Gomphus 1,23 0,53 11,11 14,81 5,23 66,66 - - - 8 Goniobasis 101,23 43,63 77,77 67,90 11,50 99,99 70,37 24,67 88,88 9 Gyraulus 3,70 1,59 33,33 8,64 1,46 33,33 3,70 1,29 33,33 10 Helobdella 1,23 0,53 11,11 - - - 3,70 1,29 11,11 11 Hydrobia 1,23 0,53 11,11 133,33 22,59 100 7,40 2,59 11,11 12 Kogotus 1,23 0,53 11,11 - - - - - - 13 Limnodrilus 2,46 1,06 11,11 - - - - - - 14 Melanoides 16,04 6,91 44,44 59,25 10,04 88,88 103,70 36,36 88,88 15 Ophiogomphus - - - 1,23 0,20 11,11 - - - 16 Palaemonetes 3,70 1,59 22,22 30,86 5,23 55,55 - - - 17 Pila 6,17 2,65 33,33 6,17 1,04 22,22 4,93 1,72 22,22 18 Placobdella 6,17 2,65 22,22 1,23 0,20 11,11 - - -

19 Pomatiopsis 14,81 6,38 44,44 93,82 15,90 100 28,39 9,95 44,44 20 Sphaerium 32,09 13,83 66,66 65,43 11,08 66,66 30,86 10,82 55,55 21 Thiara 1,23 0,53 11,11 - - - - - - 22 Tryonia - - - 12,34 2,09 44,44 7,40 2,59 44,44 23 Viviparus - - - - - - 3,70 1,29 11,11 Keterangan:

Stasiun 1 : Daerah Kontrol di Desa Toweran Tua

Stasiun 2 : Daerah Dermaga di Desa Toweran Uken

Stasiun 3 : Daerah Keluaran Air Danau di Desa Bale Bujang

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa pada stasiun I nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Goniobasis dari kelas Gastropoda sebesar 101,23 ind/m2 (K), 43,63 % (KR) dan 77,77 % (FK). Hal ini karena kondisi lingkungan perairan yang sesuai dengan pertumbuhan Goniobasis yaitu substrat dasar perairan yang berupa lumpur berpasir dengan kandungan organik sebesar 5,4520% yang memiliki banyak nutrisi bagi makrozoobentos khususnya genus Goniobasis sehingga dapat mendukung kehidupannya.

Tugiyono (2007, hlm: 573) menjelaskan bahwa kelas Gastropoda pada genus

Goniobasis populasinya melimpah pada lokasi yang memiliki kandungan organik

yang tinggi sebagai nutrisi bagi genus tersebut. Menurut Koesbiono (1979, hlm: 27), kadar organik adalah suatu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobentos, dimana kadar organik ini adalah sebagai nutrisi bagi makrozoobentos. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan bentos sebagai organisme dasar, bentos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan bantos.

Nilai kepadatan populasi, kapadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah pada stasiun I didapatkan pada genus Gomphus, Helobdella, Hydrobia,

Kogotus dan Thiara dengan nilai yang sama untuk masing-masing genus yaitu 1,23

ind/m2 (K), 0,53% (KR) dan 11,11% (FK). Rendahnya nilai genus tersebut karena jumlah populasi genus tersebut sedikit. Hal ini disebabkan kondisi fisik perairan khususnya substrat yang berupa lumpur berpasir yang kurang sesuai dengan kehidupan genus tersebut.

Menurut Hutchinson (1993 hlm:311), genus Thiara melimpah pada perairan dengan substrat dasar berpasir. Wargadinata (1995, hlm: 34) menjelaskan bahwa kelas Hirudinea mempunyai habitat di dasar perairan yang berpasir dan berbatu. Menurut Hynes (1976, hlm: 8), substrat dasar merupakan faktor utama yang mempengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman makrozoobnetos.

Pada stasiun II nilai kepadatan populasi, kapadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Hydrobia dari kelas Gastropoda dengan nilai 133,33 ind/m2 (K), 22,59% (KR) dan 100% (FK). Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun II sangat baik untuk kehidupan genus tersebut. Tingkat kejenuhan oksigen yang tinggi menyebabkan ketersediaan oksigen yang cukup sehingga kehidupan dari genus Hydrobia berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Suin (2002), apabila didapatkan nilai KR > 10% dan FK > 25% menunjukkan bahwa habitat tersebut dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan genus tersebut.

Pada stasiun II nilai kepadatan populasi, kapadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah didapatkan pada genus Boyeria, Ophiogomphus dan

Placobdella dengan nilai yang sama untuk masing-masing genus yaitu 1,23 ind/m2

(K), 0,20% (KR) dan 11,11% (FK). Kepadatan genus Boyeria, Ophiogomphus dan

Placobdella yang rendah karena kondisi lingkungan di daerah ini kurang mendukung

terhadap kehidupannya dan disebabkan oleh faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi kepadatannya. Faktor ini tentu saja dapat menekan jumlah kepadatan makrozoobentos yang tidak mampu bersaing dengan genus-genus lainnya. Kimbal (1999, hlm: 1038) mengatakan bahwa bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Sumber yang paling sering diperebutkan adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air dan tempat yang disinari matahari atau yang biasa disebut sebagai niche.

Pada stasiun III nilai kepadatan populasi, kapadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang tertinggi didapatkan pada genus Melanoides dengan nilai 103,70 ind/m2 (K), 36,36% (KR) dan 88,88% (FK). Menurut Hartoto (1986, hlm:156 – 157),

diduga adanya pergeseran segmen lebih hulu pindah ke dalam transek hilir karena dorongan arus banjir. Terjadi perpindahan yang arahnya ke hilir sehingga terjadi penumpukan individu. Genus Melanoides dapat bertahan 8 hari di daerah yang kering dan 24 hari di tempat berlumpur dan secara relatif mempunyai toleransi yang baik terhadap kekeringan.

Genus Melanoides yang tinggi pada stasiun III, menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun III sangat baik untuk kehidupan genus makrozoobentos tersebut. Genus-genus yang lain pada umumnya memiliki kelimpahan yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Suin (2002, hlm: 136) bahwa pertumbuhan populasi suatu organisme sangat tergantung pada keadaan lingkungan hidupnya dan daya dukung lingkungan yang menentukan laju pertumbuhan populasi.

Pada stasiun III nilai kepadatan populasi, kapadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah didapatkan pada genus Elimia dengan nilai 1,23 ind/m2 (K), 0,43% (KR) dan 11,11% (FK). %. Menurut Dillon (2000) dalam Tiorinse (2009, hlm:63), Elimia biasanya hidup di aliran sungai dan danau, di batu dan substrat yang keras, tetapi dapat pula ditemukan pada substrat halus dan pada vegetasi sebagai perifiton dalam jumlah yang sedikit. Menurut Barus (2004), bentos mempunyai toleransi yang berbeda terhadap perubahan faktor lingkungan. Ada jenis bentos tertentu toleran terhadap perubahan faktor lingkungan abiotik yang besar, sementara jenis lainnya sangat sensitif.

Ketiga stasiun penelitian, menunjukkan bahwa genus makrozoobnetos yang dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di perairan Danau Lut Tawar, yaitu genus Goniobasis . Genus ini dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik di seluruh stasiun penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa genus tersebut memiliki kisaran toleransi yang luas, dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari nilai pH pada setiap stasiun yaitu 7,5 – 7,7 dan kandungan substrat organik yang cukup besar.

Christina (2009, hlm:28) mengatakan bahwa kondisi perairan dengan pH air sebesar 7,6 masih dapat mendukung kehidupan genus ini. Umumnya jumlah genus

Goniobasis akan melimpah pada tempat yang dangkal serta pada perairan dengan pH

6, akan tetapi genus Goniobasis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap pH sehingga dapat hidup pada perairan dengan pH > 6. Menurut Cole (1983), adanya perbedaan nilai pH disuatu perairan disebabkan karena adanya penambahan atau kehilangan CO2 melalui proses fotosintesis yang menyebabkan perubahan pH. Tugiyono (2007, hlm: 573) menjelaskan bahwa kelas Gastropoda pada genus

Goniobasis populasinya melimpah pada lokasi yang memiliki kandungan organik

yang tinggi sebagai nutrisi bagi genus tersebut.

Ada beberapa genus makrozoobentos yang terdapat hanya pada satu stasiun, misalnya Chironomus, Copelatus, Kogotus, Limnodrilus dan Thiara terdapat pada stasiun 1, Boyeria dan Ophiogomphus hanya terdapat pada stasiun 2, dan Viviparus terdapat pada stasiun 3. Hal ini disebabkan kisaran toleransi genus tersebut sangat sempit terhadap kondisi fisik kimia perairan sehingga hanya dapat hidup pada habitat tertentu yang dapat mendukung kehidupannya.

Menurut Nugroho (2005, hlm: 131), Chironomus lebih melimpah pada faktor lingkungan sangat mendukung kehidupan cacing yang substrat dasar berupa lumpur yang sangat halus. Kondisi dasar perairan banyak ditemukan jenis cacing menunjukan bahwa dasar perairan tersebut subur. Menurut Brinkhurst (1974) dalam Siluba (1997, hlm:93), kriteria bioindikator berupa kelimpahan jenis zoobentos, seperti larva

Chironomus indikator perairan tercemar (Disertasi Prima Maya S3 ITB) dan cacing

Oligochaeta misalnya Limnodrilus dapat menentukan tipologi perairan danau yang mencirikan bahwa perairan tersebut subur.

Menurut Hutchinson (1993 hlm:311), genus Thiara melimpah pada perairan dengan substrat dasar berpasir. Suriani (2008, hlm:11) mengatakan bahwa keragaman dan kerapatan Thiara paling tinggi pada daerah tanpa pemukiman & lebih rendah pada daerah inlet,outlet & yang paling rendah adalah daerah pemukiman. Daerah-daerah yang berpenduduk memiliki daya pencemar yang berlebih sehingga terjadi penurunan jumlah jenis.

Dokumen terkait