• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA

D. NILAI-NILAI ISLAM 1.Pengertian Nilai

Mukhtar Effendy, mengartikan nilai sebagai hal-hal yang bersifat abstrak dan mengandung manfaat atau berguna bagi manusia. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok social membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.42

Sedangkan Lorens Bagus, menyebutkan nilai sebagai harkat kualitas suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai nilai tinggi.43

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salim dan Yeni Salim menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu konsep abstrak yang terdapat dalam diri manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar dalam hal-hal yang dianggap benar dan salah.44

2. Pengertian Agama .

Agama berasal dari kata Sankskrit, ada yang berpendapat bahwa kata itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi jadi

42

Mukhtar, Effendy. Eksiklopedi Agama dan Filsafat.(Palembang: Universitas Sriwijata, 2001), h. 894.

43

Lorens, Bagus. Kamus Filsafat.(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), h.713.

44

Peter Salim dan Yeni Salin.Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1996), h. 1034.

agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun menurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa Agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci. Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain religion

dan al-dhin.45

Kata al-dhin dalam bahasa arab terdiri atas huruf dal, ya, dan nun. Dari huruf-huruf ini bisa dibaca dengan dain yang berarti utang dan dengan din yang mengandung arti agama dan hari kiamat.46

Musthafa Abd.Raziq,yang dikutip oleh Zainal Arifin Abbas, dalam bukunyaPerkembangan Pikiran Tergadap Agama mengatakan bahwa agama adalah terjemahan dari kata din yang berarti peraturan-peraturan yang terdiri atas kepercayan–kepercayaan yang berhubungan dengan keadaan-keadaan yang suci.47

Parsudi Suparlan, yang dikutip oleh Roland Robertson, dalam bukunyaAgama Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, lebih mengkhususkan pengertian agama dalam konteks sosiologi. Menurutnya agama adalah suatu system keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam

45

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta:UI Press, 1979)jil.1, h.9.

46

Quraisy Stihab, Mahkota Tuntunan Illahi (Jakarta: Untagama, 1986), h. 35.

47

Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Tergadap Agama (Jakarta: Pustaka Al-husna, 1984), h. 52.

menginterprestasikan dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci.48

A.M. Saefuddin mengatakan bahwa agama merupakan kebutuhan paling esensial manusia yang bersifat universal.49

Durkheim, yang dikutip oleh Zainal Arifin Abbas, dalam bukunya Perkembangan Pikiran Terhadap Agama mengatakan, bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.50

3. Pengertian Nilai-Nilai Agama

Nilai-nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.51

Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan

48

Roland Robertson, Agama Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), h. vi.

49

A.M. Saefuddin dkk, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi (Bandung: Mizan, 1987), h. 47.

50

Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama, h. 52.

51

terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.52

Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan tuhan, kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada orangtua, menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminum-minuman keras, dan sebagainnya. Bila seseorang melanggar norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu,tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang dilarangannya.

Dalam surat Al-Imran ayat 104 menjelaskan:

.

52

Nurcholish Majdjid, Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,2000), h. 98-100.

Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”

Adapun kegunaan nilai agama, yaitu untuk mengendalikan sikap dan perilaku setiap manusia dalam kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.53

4. Bentuk-Bentuk Nilai Agama Islam

Bentuk-bentuk nilai agama Islam terbagi ke dalam tiga bagian yakni yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan akhlak.

a) Akidah

Secara etimologi, aqidah berasal dari aqada-ya’qidu aqadan- aqidatan. Aqadan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi aqadan

dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat.54

Secara terminologi Ibnu Tarmiyah menjelaskan bahwa aqidah adalah sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin dan mantap tanpa ada keraguan. Serta Al Bana mendefinisikan bahwa aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkanya, sehingga menimbulkan

53Lana Umma, “nilai dan norma dalam kehidupan.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari http://lanats46.blogspot.com/2011/03/nilai-dan-norma-dalam-kehidupan

54

ketenagan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingaungan dan keraguan.55

b) Ibadah

Secara etimologi dijelaskan bahwa ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu al- ibadah, yangartinya pengabdian, penyembahan,

ketaatan, menghinakan/merendahkan diri dan do’a.

Secara terminologi pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddeeqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.56

c) Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.57

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Ibn Miskawaih

Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.58

55

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 306

56

Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. ke-1, h. 5

57

A Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), Cet. III, h. 11.

58

Zahrudin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004). Cet ke-1 h. 4

2. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dar segi akal dan syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan begitupun sebaliknya.59

5. Faktor yang memengaruhi nilai-nilai Agama

Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peran penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsurr lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (meniadakan) tingkah laku yang sesuai.60

59

. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29

60EmmaSoraya, “nilai, moral dan Agama.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari http://www.perkembangan.45.blogspot.com /2012/12/normal-0-false-false-en-us-x-none

37

Dokumen terkait