• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAVANESE KARAWITAN AS MORAL EDUCATION

B. Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam

jenis-jenis gamelan saja, melainkan fungsi

Kesenian Karawitan

seni karawitan pun mengalami

perkem-bangan. Di samping sebagai sarana upacara, 1. Nilai-nilai Terkait Menabuh Instrumen

seni karawitan juga berfungsi sebagai Gamelan

hiburan. Dahulu seni karawitan produk

a. Nilai Kebersamaan kraton hanya dinikmati di lingkungan kraton.

Selanjutnya, karena keterbukaan kraton dan Dalam seni karawitan tercipta kondisi

palilah dalem, seni karawitan produk kraton kegotongroyongan, saling menunggu, saling sudah berbaur dengan masyarakat menghargai antara instrumen satu dengan

pendukungnya. yang lainnya. Contohnya, jika gong yang

dipukul agak terlambat dari ketukannya, 4. Pewarisan Karawitan Pada Generasi Muda

maka pemain yang memegang instrumen Pada masa sekarang ini ada kecen- lainnya akan tetap menunggu, sehingga derungan perbedaan persepsi yang dilakukan pengrawit yang bertanggungjawab atas oleh generasi muda melalui berbagai atraksi instrumen gong memiliki tanggung jawab kebudayaan yang pada segi-segi lain yang besar untuk tidak melakukan kesalahan kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari supaya tidak membuat pengrawit yang lain segi yang lain lagi merupakan kemunduran, menunggu.

terutama yang menyangkut gerak-gerak tari

Manajemen kebersamaan dalam seni dan penyuguhan gending-gending yang

karawitan itu terjadi secara otomatis, karena dikeluarkan.

adanya pembagian peran sesuai dengan Anak muda terlihat kurang tertarik seni instrumen depan dan belakang seperti yang

karawitan atau gamelan karena kurang dijelaskan di atas. Garap satu dengan yang

dikenalkan oleh orang tua, bahkan ling- lain dilakukan pula harus secara bersamaan, kungan sekolah belum dan tidak mendukung tidak bisa mandiri atau berdiri sendiri kecuali anak mengenal gamelan. Bagi generasi mu- ketika memang disengajakan adanya ilustrasi

da, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan tunggal seperti nyuling tetapi konsep

seperti masa-masa dulu pada era orang tua

musikalitasnya tetap harus bersama-sama sendiri. Dengan demikian, seni karawitan supaya dapat menghasilkan suara 'stereo' dapat melatih seorang untuk tidak sombong, yang indah antara instrumen satu dengan melatih kesabaran, dan menumbuhkan sikap

lainnya. kearifan. Dalam arti, bahwa setiap peran

sekecil apa pun dalam karawitan Dalam seni karawitan itu juga ada membutuhkan kerjasama di tiap-tiap

pembagian wilayah kerja yakni dari yang pengrawit untuk mengimplementasikan

memimpin lagu, memimpin irama, kemudian perannya dengan baik supaya suara yang ada yang menjadi pelaksana irama, dan dihasilkan dapat berbunyi dengan rapih. semua itu secara otomatis bekerjasama Uniknya dalam seni karawitan, tidak ada dengan baik. Karakteristik para pengrawit itu konduktor yang memimpin, sehingga sendiri biasanya agak berbeda dengan keharmonisan dilandaskan pada kesadaran karakteristik pemain teater atau penari, tiap pemain akan peran masing-masing

karena bagi pengrawit yang sudah menep sehingga tiap pengrawit melatih memimpin

(memiliki pengendapan rasa), biasanya tidak diri sendiri, memimpin orang lain bisa hidup sendiri (tidak bersikap (pengendang) dan dipimpin (pendukung

individual). irama).

Dengan demikian, apabila dilihat dari 2. Nilai-nilai Terkait Tembang yang

cara membunyikannya, karawitan menjadi Dilantunkan

sajian seni musik yang nyaman didengar bila

dimainkan secara bersama penting untuk a. Nilai Persatuan

mencapai hasil musik yang berkualitas. Unsur nilai persatuan misalnya terdapat

Selain itu, juga merupakan pendidikan budi dalam lirik lagu Gugur Gunung yang

pekerti agar kita hidup dalam kebersamaan berbunyi sayuk rukun bebarengan ro

saling bergotong royong, tenggang rasa, kancane, di sini memiliki makna sikap

tepaselira, empan papan bukan waton kebersamaan, sedangkan lirik yang berbunyi sulaya, menghindari sifat egois dan holobis kontul baris memiliki makna individualis. Oleh karena itu, tidak heran kebersamaan, tertib, dan kompak yang

apabila pendidikan seni karawitan lebih baik dianalogikan dengan kontul yaitu hewan

diberikan sedini mungkin pada anak-anak sejenis burung yang ada di sawah-sawah 14

sebagai modal pemahaman kebersamaan. berbaris rapi. Sementara, judul lirik tembang

Gugur Gunung itu sendiri sudah merupakan b. Nilai Kepemimpinan

konsep filosofis yang bermakna gotong Pemimpin bunyi di dalam seni royong. Gotong royong atau kerjasama tidak karawitan dipegang oleh seorang pengen- mungkin terwujud jika kerukunan terbeng-dang. Sebagai seorang pemimpin bunyi, ia kalai. Dengan adanya kerukunan antar-harus menyadari perannya sebagai pemimpin anggota masyarakat maupun daerah maka yaitu memahami pemegang bunyi yang lain, persatuan dan intregitas bangsa akan

tidak diktator dalam arti tidak bisa seenaknya terwujud. Lirik tembang Gugur Gunung

membuat tempo cepat atau lambat sesuai adalah sebagai berikut: kehendaknya seperti posisi konduktor dalam

Ayo ayo kanca kanca orkestra. Demikian pula untuk pemangku

Ngayahi karyaning praja

lagu atau pendukung irama seperti saron,

Kene kene kene kene demung dan instrumen-instrumen lain yang

Gugur gunung tandang gawe sifatnya mendukung maksud dari pimpinan.

Sayuk sayuk rukun bebarengan ro Bunyi itu juga harus bisa menyesuaikan

kancane dengan instruksi dari yang disampaikan oleh

Lila lan legawa kanggo mulyaning pengendang dan tidak bisa seenaknya berdiri

14

Hartono, “Perkembangan Musikal Seni Karawitan Jawa dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Pendukungnya,” (http://www.dikbangkes-jatim.com, 2012). Diunduh 6 Maret 2013.

negara Maksudnya :

Siji loro telu papat “Bunga jagung rumah kampung pinggir Maju papat papat jalan, berjajar tiga yang tengah bakal Diulang-ulungake mesthi enggal rumahku, cempo naik gua, turun ke kebun raja, memetik bunga soka rampunge

diberikan ayahanda, maju kau terluka, Holobis kuntul baris mundur kau hancur, keluarkanlah Holobis kuntul baris seluruh pasukanmu, tidak takut Holobis kuntul baris tikamanmu, lho ini dada ksatria, lho ini

15 dada Janaka.” (terjemahan Suyami).

Holobis kuntul baris.

c. Cinta Tanah Air Maksudnya :

Kecintaan tanah air ditemukan pada “Mari-mari kawan-kawan,

melaksana-kan tugas negara, sini-sini-sini-sini, syair yang berbunyi ayo melaksana-kanca hangrungkebi

bergotong royong bekerja, saiya sekata, sungkem ibu pertiwi. Di sini simbol

rukun, bersama kawannya, ikhlas handarbeni atau rasa ikut memiliki demi

setulus hati demi kemuliaan negara,

kejayaan ibu pertiwi tersirat. Selanjutnya, satu, dua, tiga, empat, maju

empat-empat, saling mengerahkan pasti cepat kalimat pada syair lagu yang berbunyi nagri

selesai, Holobis kuntul baris ungkapan kita wus merdika adhedhasar Pancasila

suara untuk semangat bersama.” menunjukkan bahwa simbol falsafah bangsa (terjemahan Suyami)

Indonesia adalah Pancasila. Lirik lagu

b. Nilai Patriotisme lainnya yang mengandung pendidikan

berbangsa adalah judul lagu Turi Putih. Hal Pendidikan berbangsa melalui unsur

ini karena apabila memahami lirik lagu

patriotisme muncul dalam lirik lagu

Kem-tersebut, secara emosional akan tumbuh rasa bang Jagung yang berbunyi jokna sabalamu

memiliki dan mencintai bangsa Indonesia ora wedi dan dipertegas dengan syair

seutuhnya berdasarkan Pancasila.

berikutnya iki lho dhadha satriya iki lho

dhadha Janaka. Meski terkesan besar hati Lagu Ilir-ilir dapat juga dijadikan atau membanggakan diri sendiri, namun kata contoh lagu dalam aspek berbangsa. Hal ini satriya mengarah pada penunjukan seorang karena mengandung unsur harapan kemer-pembela kebenaran siap sedia membela dekaan. Ini ditemukan beberapa lirik atau bangsa. Lirik lagu ini memberikan nilai syair atau teks yang dapat ditafsirkan atau pendidikan agar generasi muda diajarkan dipahami sebagai ungkapan sikap kepedulian bersikap ksatria dan memiliki tekad bela terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. negara. Adapun lirik lagu “Kembang Dengan memahami simbol dan makna

lagu-Jagung” sebagai berikut: lagu berunsur harapan kemerdekaan seperti

Ilir-ilir diharapkan akan tumbuh semangat Kembang jagung omah kampung

mengisi kemerdekaan bagi generasi muda. pinggir lurung,

Adapun lirik lagu Ilir-ilir adalah sebagai

Jejer telu sing tengah bakal omahku,

berikut: Cempo munggah guwa

Mudhun nyang bonraja, Ilir-ilir tandure wus sumilir

Methik kembang soka dicaoske kanjeng Tak ijo royo-royo tak sengguh temanten

rama, anyar

Maju kowe tatu, mundur kowe ajur, Bocah angon-bocah angon penekna Jokna sabalamu ora wedi sudukanmu, blimbing kuwi

Iki lho dhadha satriya, Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh

16

Iki lho dhadha Janaka. dododira

Dododira-dododira kumitir bedhah ing

15 Afifah, “Gugur Gunung Lagu Daerah.” (http://afifahnurdianaputri.blogspot.com, 2010), hlm. 4.

16

Ucik Fuadhiyah, “Simbol dan Makna Kebangsaan dalam Lirik Lagu-lagu Dolanan Dan Implementasinya,” dalam Lingua Jurnal

pinggir yang sesuai dengan kognitif dan usia anak Domana jlumatana kanggo seba antara lain ada tembang-tembang Gundhul-mengko sore gundhul Pacul (terdapat nilai kepemimpin-Mumpung gedhe rembulane, mumpung an), Welingku (nilai berbudi luhur), Bocah jembar kalangane Kesed (nilai semangat/giat), Jamuran (nilai

17

Ya soraka sorak hore. kerukunan), dan lain sebagainya. Maksudnya :

“Bangunlah, tanamannya sudah tumbuh III. PENUTUP

sudah menghijau, ku kira temanten baru,

Berdasarkan pemaparan tentang nilai-anak gembala, nilai-anak gembala oanjatkan

blimbing itu, walau licin panjatkan nilai pendidikan budi pekerti yang berkaitan untuk membasuh kain dodotmu, kain dengan kesenian karawitan, maka dapat dodotmu, kain dodotmu, berkibar robek diambil suatu kesimpulan, bahwa seni di tepi, jaitlah, telisihlah untuk

karawitan atau gamelan merupakan sarana menghadap nanti sore, senyampang

bulan purnama, senyampang luas yang baik untuk menanamkan pendidikan arenanya, mari bersorak sorai.” nilai budi pekerti atau moral pada anak atau

(terjemahan Suyami). masyarakat. Dalam seni karawitan

Untuk memahami berbangsa dan terkandung nilai-nilai luhur yang bisa bertanah air, tentu saja seseorang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik paham tentang komponen-komponen yang dalam lagu atau tembang dan cara menabuh ada dalam sebuah negara. Generasi muda gamelan pun memberikan nilai-nilai budi tersebut harus memahami dengan benar pekerti. Dalam cara menabuh instrumen falsafah hidup bangsa, lambang negara dan gamelan terdapat nilai kebersamaan saling filosofinya, bendera merah putih dan bergotong royong, tenggang rasa, tepa slira, maknanya, dan juga lagu kebangsaan melatih kekompakan tim, dan kepemimpian.

"Indonesia Raya". Sementara dalam lagu atau tembang yang

dinyanyikan, misalnya lagu atau tembang

Syair dari tembang-tembang tersebut di Gugur Gunung ada nilai persatuan, Kembang

atas, merupakan contoh dari sekian lagu Jagung mengandung nilai patriotisme, dan

dolanan yang pantas untuk disosialisasikan tembang Turi Putih serta Ilir-ilir terkandung dan diajarkan pada generasi muda. Selain itu, nilai cinta tanah air. Oleh karena itu, di era bisa dinyanyikan dalam seni karawitan atau globalisasi saat ini nilai pendidikan budi gamelan, dalam rangka penyampaian nilai- pekerti yang terdapat dalam kesenian nilai budi pekerti atau moral pada anak dan karawitan menjadi salah satu alternatif semua masyarakat. Sebetulnya masih banyak ditanamkan dan diajarkan. Dengan adanya lirik lagu atau tembang yang dapat budi pekerti yang baik maka akan menjadi diterapkan terutama pada anak dalam masyarakat yang lebih dihargai dan kaitannya dengan pendidikan budi pekerti bermanfaat.

atau moral. Ardiyanti mengatakan, lagu-lagu

17 Ardiyanti, “Makna Teks Lagu Dolanan Jawa,” Skripsi . (Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra, 2003), hlm. 19.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah , 2010. “Gugur Gunung Lagu Daerah.” (http://afifahnurdianaputri. blogspot.com). Diakses Senin 11 Maret 2013.

Ardiyanti, 2003. “Makna Teks Lagu Dolanan Jawa.” Skripsi (Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra).

Basrowi, 2005. Pengantar Sosiologi. (Bogor: Ghalia Indonesia).

Fuadhiyah, U., 2011. “Simbol dan Makna Kebangsaan dalam Lirik Lagu-lagu Dolanan dan

(Semarang).

Hartono, 2012. “Perkembangan Musikal Seni Karawitan Jawa dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Pendukungnya”, (http://www.dikbangkes-jatim.com). Diunduh 6 Maret 2013.

Hastanto, S., 1997. “Pendidikan Karawitan: Situasi dan Angan-angan,” dalam Jurnal Seni. (Surakarta: STSI, Edisi Maret).

Kamiran, tt. Pembelajaran Karawitan Di Sekolah Dalam Rangka Pendidikan Karakter

Bangsa. (Malang: Pascasarjana Universitas Muhammadiyah).

Kartini, 2011.Tembang Dolanan Anak-Anak Berbahasa Jawa Sumber Pembentukan Watak

dan Budi Pekerti. (Surabaya: Balai Bahasa Surabaya).

Purwadi dan Afendy Widayat, 2006.Seni Karawitan Jawa. Ungkapan Keindahan dalam Musik Gamelan. (Yogyakarta: Hanan Pustaka).

Suhastjarja, 2011. “Mengenal Seni Karawitan.” (http://desa-plajan.blogspot.com). Diakses

Kamis, 7 Maret2013.

Sumarsam, 2003. Gamelan: Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikan di Jawa.

(Surakarta: Pustaka Pelajar).

Trimanto, 2011. “Sejarah Karawitan.” (http://bondann.blogspot.com). Diakses Kamis 7 Maret 2013.

Wonojoyo, tt.,“Gamelan Jawa.” (http://nisyacin.blogdetik.com). Diakses Kamis 7 Maret 2013.

I. PENDAHULUAN untuk istilah Banyumasan yaitu wilayah-wilayah di Jawa Tengah yang masih Banyumas adalah nama sebuah menggunakan bahasa ngapak sebagai bahasa kabupaten di provinsi Jawa Tengah dengan percakapan sehari-hari seperti Kebumen, ibukotanya Purwokerto. Karesidenan Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, Banyumas atau sekarang Eks-Karesidenan Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas adalah wilayah yang terdiri dari 4 bagian timur dan pesisir Cirebon (Indrama-kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas yu).

sendiri, Kabupaten Cilacap, Kabupaten

Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara. Budiono Herusatoto dalam bukunya

Pengertian yang lebih longgar diberikan Banyumas Sejarah Budaya Bahasa dan

NILAI GOTONG-ROYONG DAN TENGGANG RASA