• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN

2. Nilai pendidikan akhlak kepada diri sendiri

Akhlak manusia dapat bernilai baik dan buruk atas semua tingkah laku manusia di dunia. Secara umum akhlak merupakan gambaran perilaku kehidupan manusia.

Menurut Zuriah (2007: 30) mengatakan bahwa setiap manusia harus mempunyai jati diri, seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya.

Di dalam novel Moga Bunda Disayang Allah penulis menemukan beberapa nilai akhlak terpuji di antaranya:

a. Sabar

Dalam novel Moga Bunda Disayang Allah nilai sabar sebagai berikut:

Kutipan :

5 Bunda tak sempat berpikir panjang. Menatap gelas yang dipegang putri semata wayangnya. Uap mengepul perlahan dari cangkir besar. Jeruk panas? Ya bunda selalu memberikan secangkir jeruk panas untuk Melati kalau gadis kecilnya sedang flu. Membantu meminumkannya dengan amat sabaaar....

sekarang? Melatinya yang segelas jeruk panas. Hati- hati sekali, takut tumpah. Ia mengenggam erat piring tatakannya, bahkan dengan kedua belah telapak tangan (Liye, 2006: 8).

6 Ibu-ibu gendut dengan wajah sabar keibuan itu sekali lagi menatap sekilas pemuda di atas ranjang sebelum keluar dari kamar. Menyeka ujung-ujung matanya yang selalu sembab. Berbisik pelan di pengapnya langit-langit, “ semoga engkau berbaik hati Tuhan... lihatlah, dalam tidurnya, dalam mabuknya dalam kondisi seperti ini, wajahnya tetap terlihat amat teduh.... semoga engkau akhirnya berbaik hati....” (Liye, 2006: 13).

7 Sabar, yang! Sabar...” bunda bergegas memegang lengan suaminya. Berbisik bingung. Berkata bingung. Entahlah ia sedang membujuk suaminya atau membujuk hatinya yang juga bingung. Setengah marah. Setengah panik. Setengah tidak mengerti. Semuanya setengah-setengah. Bunda kalut melihat keributan ini (Liye, 2006: 105).

8 Sabar, yang. Sabar... Aku mohon-“ bunda segera mencengkram lengan suaminya, panik, gentar, bingung, entahlah (Liye, 2006: 166).

9 Karang mengangguk. Bunda melangkah masuk. Wajah wanita setengah baya itu terlihat begitu lelah, meski tetap berusaha tersenyum. Rambutnya yang

beruban, kerut di dahi membuatnya terlihat lebih tua dari seharusnya. Matanya yang hitam bening keibuan ditelan semua oleh perasaan “sabar” selama ini. Bunda menyelimuti Melati menciumi dahi putrinya. Menatap lamat-lamat. Lihatlah, Melati seperti malaikat dalam tidurnya. Begitu lucu menggemaskan (Liye, 2006: 198).

10 Seminggua ini, dengan pecahnya simpul komunikasi itu, pekerjaan karang meski masih sulit tapi sudah kelihatan titik terangnya. Masih butuh waktu yang panjang, kesabaran, dan kerja keras untuk membuat Melati sempurna mengerti dan bisa berkomunikasi seperti anak normal lainnya. Tapi Melati memiliki keinginan yang kuat itu (Liye, 2006: 283).

11 Kalau menurutkan hatinya, tuan HK ingin pulang saat itu juga. Tapi ia berusaha menyabarkan diri. Bahkan berpikir, persiapan yang baik untuk melakukan pembicaraan sepenting ini akan membantunya. Ia tidak ingin menyakiti perasaan istrinya, meski bodo amat pemuda sialan itu tersinggung sampai mampus. Maka tuan Hk menunggu jadwal pulang seperti biasanya. Sambil menunggu tak sabaran, dia menyuruh salah satu stafnya untuk mencari tahu siapa pemuda itu (Liye, 2006: 157).

12 “ aku tahu, tembok yang kita hadapi tinggi sekali. Tidak ada cara untuk melewatinya. Tidak ada celah. Sama sekali tidak. Kecuali dengan menghancurkannya berkeping-keping. Kau harus terus berjuang! Terus bersabar (Liye, 2006: 245).

13 “ gadis kecil itu bisa bersabar dengan situasi buruk itu... meski ia tidak pernah kunjung mengerti mengapa iglo lainnya terlihat terang dengan caranya api, sedangkan iglo mereka tidak (Liye, 2006: 249). 14 “ sabar, yang... aku mohon. Berikan akau kesempatan

untuk menjelaskan-“ bunda berusaha menarik tangan suaminya (Liye, 2006: 267).

Nilai kesabaran yang terdapat pada tabel di atas dikutip secara langsung oleh penulis dengan kalimat “sabar”.

b. Bersyukur

Bersyukur dapat diartikan berterimakasih atas semuanya yang Allah berikan. Tanda bersyukur dalam novel Moga Bunda Disayang Allah terdapat kata “syukur”. Adapun nilai syukur telah dirangkum penulis diantaranya yaitu:

Kutipan :

15 Bunda ikut tertawa, menatap lamat-lamat wajah suaminya. Untuk ke sejuta kalinya mengucap syukur dalam hati. Ia benar-benar beruntung memiliki suami, lelaki yang sedang berdiri di hadapannya. Tuan HK, lelaki separuh baya dua tahun lebih tua darinya. Wajahnya yang gagah dan tampan, meski gurat lelah, sedih, penat dan sesak itu tak bisa dihilangkan. Dan semakin terlihat kalau ia sedang di rumah (Liye, 2006: 45).

16 Menukarnya demi anak-anak. Membangun belasan taman bacaan, mengajarkan anak-anak kecil betapa indahnya berbagi, betapa indah merasa cukup, betapa indah berkerja keras kemudian bersyukur atas apa pun hasilnya. Ya Tuhan ia pernah mengenali perasaan ini. Dulu ia tidak mengerti, ketika kuasa langit menukar seluruh janji jual beli itu dengan kekuatan itu. Jual beli yang mengutungkan (Liye, 2006: 116).

17 Bunda yang menyimak dari pembatas anak tangga pualam untuk sekian kalinya menangis. Tersedu jatuh terduduk memegangi pembatas. Sama seperti saat pertama kali melihat Melati makan dengan sendok, bunda berbisik rasa syukur berkali-kali kelangit-langit ruangan. Karang hanya menatap lemah. Menghela napas panjang, perhatian. Siapa pun tahu, kemajuan Melati amat lamban. Terlalu lamban malah. Jika bukan karena waktu, suatu saat jangan-jangan justru ia dan keluarga ini yang menyerah. Tapi bagi bunda lihatlah baginya kemajuan ini tetap seperti terobosan hebat dunia. Seperti ketika puluhan ribu pekerjan kasar, ribuan teknisi, dan ratusan insiyur yang berhasil membuat terusan suez. Luar biasa! (Liye, 2006: 193-194).

18 Karang mendesah pelan, tadi ia hanya ingin mendekap kepala Melati. Ia ingin mengajak gadis kecil itu berhenti sejenak. Ia tahu energi besar yang akhirnya terlepaskan itu membuatnya tak sabaran. Membuat Melati ingin tahu segalanya. Tapi selalu ada waktu untuk berhenti sejenak. Berhenti untuk berbisik tentang rasa terima kasih. Berbisik rasa syukur ke langit-langit kamar. Karang ingin mengajarinya makan kata-kata itu. Mengajarinya tentang hakikat kata-kata itu. Tapi Melati kembali sibuk dengan rasa ingin tahu. Karang mencium rambut ikal Melati. Berbisik, “Terima kasih, Tuhan! Kau sunggu bermurah hati.” (Liye, 200: 179)

19 Di lantai bawah, ibu-ibu gendut meneruskan rajutan. Tersenyum tipis mendengar suara ketukan mesin ketika. Berkata lirih, “terima kasih Tuhan” ia tau dirinya tidak akan bisa membujuk Karang untuk berubah. Tidak dengan kalimat-kalimatnya. Bukan karena percakapan mereka. Tuhan pasti melibatkan diri dalam urusan ini. Dan memang begitulah urusan ini (Liye, 2006: 113).

20 Melati menggeliat lagi, tanpa sadar menyingkapkan selimut yang menutupi tubuhnya. Bunda tersenyum, meski getir, dengan lembut kembali menyelimuti putrinya. Lihatlah, hari ini, putri cantiknya sudah berumur enam tahun. Hari ini, putri cantiknya sudah bisa belajar makan dengan sendok, sudah bisa duduk di atas kursi, ya Allah, seberapa pun berat kesedihan itu, hari ini sungguh ia sama bahagianya seperti saat ia tahu hamil enam tahun silam. Lihatlah, malaikat kecilnya sudah bisa makan dengan baik, duduka di kursi pula. Terima kasih, Tuhan (Liye, 2006: 204). 21 Karang sudah menyeka matanya. Berbisik: terima

kasih, Tuhan! (Liye, 2006: 276).

22 Terima kasih, ya Allah! Terima kasih. Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilanmu dalam hidup. karena mungkin kami terlalu bebal untuk mengerti. Terlalu ‘bodoh’. Tapi kami tahu satu hal, malam ini kami meyakini satu hal, engkau sungguh bermurah hati. Engakau sungguh maha pemurah atas seluruh hidup dan kehidupan” (Liye, 2006: 303).

Tanda bersyukur dalam novel Moga Bunda Disayang Allah terdapat pada kalimat “terima kasih Tuhan” yang menunjukkan rasa syukur dengan menggunakan lafal “terima kasih Tuhan” terdapat pada tabel nomor: 22, 21,19 dan 20. Sedangkan rasa syukur yang ditunjukkan melalui kalimat “syukur” yaitu terdapat pada tabel nomor: 15, 16, 17 dan 18.

c. Tidak mudah putus asa

Tidak mudah putus asa adalah lawan dari putus asa. Dalam Islam kita dilarang putus asa dalam menghadapi masalah atau takdir yang ditentukan oleh Allah SWT kepada hambanya.

Kutipan :

23 Aku tahu, kau sama frustasinya denganku. Sama sebalnya. Sama marahnya. Tapi kita tidak boleh putus asa, sayang. Tidak boleh!” Karang menelan ludah, terdiam sejenak (Liye, 2006: 245).

d. Optimis

Orang yang giat bekerja dan berjuang kemudian melandasinya dengan optimis, mereka akan mampu meraih apa yang dicita-citakan. Kutipan :

24 “suatu saat Kinasih percaya, bahkan Melati bisa memanggil ‘bunda’ dengan sempurna. Memeluk dan menyatakan cintanya kepada bunda dengan utuh-“ (Liye, 2006: 39).

25 “ maafkan aku, Salamah. Melati mustahil sembuh, itu kenyataan. Menyakitkan memang “ Karang berkata pelan, Tapi tetap akan bisa melihat meski tanpa mata, Salamah ia tetap akan bisa mendengar tanpa telinga. Ia bahkan melalukan hal-hal hebat yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh kita. Yakinlah! Itu pasti akan

terjadi (Liye, 2006: 216).

26 Ya Allah, tak lelah ia berharap suatu saat keajaiban itu pasti akan datang. Suatu saat janji-mu pasti akan tiba. Bukankah... bukankah engkau yang menggurat kalimat indah itu dalam kitab suci? Sungguh! Dibalik

kesulitan pasti ada kemudahan.... tapi harapan itu

hari-hari ini bagai kabut yang digantang matahari meninggi, menguap. Bagai sisa-sisa air dalam ember bocor menghilang. Bagai rambutnya yang berlahan memutih.... lelah sekali ditunggu, meski hanya menyisakan sedikit asa bahwa janji kemudahan itu akhirnya tiba! (Liye, 2006: 38-39).

27 Semoga janji kemudahan Tuhan akhirnya datang. Semoga keajaiban itu akhirnya tiba (Liye, 2006: 139).

Tanda optimis dalam novel Moga Bunda Disayang Allah terdapat pada kalimat “suatu saat Kinasih percaya, yakin, dan berharap” yang menunjukkan optimis dengan menggunakan lafal “suatu saat Kinasih percaya” terdapat pada tabel nomor: 24. Lebih lanjut pada nomor: 25 pada cuplikan itu di ceritakan pada kalimat “Yakinlah! Itu pasti akan terjadi”. Pada cuplikan kalimat “Ya Allah, tak lelah ia berharap suatu saat keajaiban itu pasti akan datang. “Suatu saat janji-mu pasti akan tiba...” pada nomor 26. Dan pada kutipan nomor 27 “semoga janji kemudahan tuhan akhirnya datang”.

e. Malu

Malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.

Kutipan :

28 Bunda mengangguk. Balas menatap wajah

suaminya. Itu pertanyaan transisi. Ia lebih dari siapa pun mengenal tabiat suaminya. Sejak mereka masih

pacaran dulu. Sejak masa remaja yang penuh lirikan tersipu malu.... ia tahu, jika ingin membicarakan sesuatu yang penting suaminya akan memulainya dengan pertanyaan transisi (Liye, 2006: 47).

29 “ boleh.... boleh Salamah pinjam mesin ketik pak guru untuk menulis surat, eee, menulis surat buat, buatnya...” Salamah menggigit bibir, tersipu malu. Sudah kadung ketahuan, kan? (Liye, 2006: 259). 30 Semalam suntu. Jalanan ramai oleh pengunjung.

Riang saling menyapa satu sama lain. Riang bertegur sapa dengan kerabat lama, Teman lama, tetangga lama dan pacar lama. Itulah yang dilakukan salamah sekarang. Sejak tadi sudah pamit. Tersipu malu bilang ingin bertemu seseorang bunda tertawa kecil, mengangguk. Mang Jeje dan pembantu lainnya juga sudah memisahkan diri. Mereka juga ingin bertemu dengan teman-teman dan kerabat lama. Saling bertanya kabar (Liye, 2006: 293).

Dari kutipan cerita di atas dikutip secara langsung oleh penulis dengan kalimat “malu” mengajarkan kita untuk mempunyai rasa malu karena malu merupakan salah satu dari akhlak yang mulia,

f. Sederhana

Nilai kesederhana dalam novel Moga Bunda Disayang Allah dapat dilihat pada waktu bunda HK datang kerumah karang, dan bunda Hk bisa memadu padankan hingga tidak terlihat terlalu mencolok. Kutipan :

31 Karang menatap lamat-lamat. Tidak merasa perlu menjawab sapaan itu. Pakaian mahal, tas mahal semuanya mahal. Tapi ia bisa menerimanya proporsional tidak menyebutnya sederhana untuk ukuran orang kaya. Ibu ini terlihat “sederhana” dengan semua kemewahan miliknya. Ia bisa memadu padankan hingga tidak terlihat mencolok (Liye, 2006: 80).

Nilai sederhana yang terdapat pada tabel di atas dikutip secara langsung oleh penulis dengan kalimat “sederhana”.

g. Jujur

Jujur adalah mengatakan dan membuat pernyataan yang sebenarnya, lawan dari jujur adalah dusta.

Kutipan :

32 “ tidak nyonya tunggu dulu untuk pertama kalinya Karang mengeluarkan ekspresi “panik” yang jujur (Liye, 2006: 173).

h. Berkerja keras

Bekerja keras merupakan syarat utama bagi seorang meraih kesuksesan, bekerja keras adalah suatu proses di mana seorang meraih mimpinya. Dalam novel Moga Bunda Disayang Allah tuan HK yang mempunyai sifat bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya.

Kutipan :

33 “Aku dua minggu lagi ke Frankurt, yang! Agak lama. Ada banyak yang harus dikerjakan di sana mungkin dua atau tiga minggu” tuan HK diam sejenak, menatap lembut istrinya, “ mempelajari banyak hal disana, tidak apa-apa, kan?” (Liye, 2013: 46).

Dokumen terkait