• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Pendidikan Moral dalam Permainan Anak Tradisional

Driyakara (Isnanto, 2007:7) istilah pendidikan berasal dari kata paedagogi, dalam bahasa Yunani pae artinya anak dan ego artinya aku membimbing. Secara harafiah pendidikan berarti aku membimbing anak, sedang tugas pembimbing adalah membimbing anak agar menjadi dewasa. Pendidikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan atau pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah

24

tercapainya pribadi yang dewasa, susila dan dinamis, sedangkan kata moral sama dengan istilah etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos, yaitu suatu kebiasaan adat istiadat.

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima oleh umum tentang sikap dan perbuatan. Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sedangkan etika lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan pada suatu profesi (Hendrowibowo, 2007: 84). Moral yaitu suatu ajaran-ajaran atau wejangan, patokan-patokan atau kumpulan peraturan baik lesan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Wejangan maupun patokan-patokan akan menjadikan anak berpikir kreatif terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya, sehingga diharapkan kelak anak-anak menajadi manusia dewasa yang kreatif.

Pengertian etika adalah suatu pemikiran kritis tentang ajaran dan pandangan moral (Kaelan, 2001: 180). Moral adalah ajaran yang patut diajarkan kepada anak-anak di usia dini, melalui permainan anak-anak tradisional patokan-patokan atau wejangan-wejangan dari orang tua dapat diberikan dan diajarkan kepada anak-anaknya. Secara tidak langsung anak akan belajar atau mendapat ajaran-ajaran moral dengan bermain bersama teman-temannya, namun jika orang tua melarang bergaul dengan teman-teman sebaya atau melarang bermain maka sikap individual akan tertanam pada anak sehingga anak akan menutup diri dari masyarakat sekitar.

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa moral adalah suatu adat istiadat masyarakat yang mengandung kumpulan peraturan-peraturan. Aturan tersebut

sebagian besar berisi tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Moral dapat disalurkan dengan adanya proses pendidikan, karena pendidikan berupa bimbingan-bimbingan dan merupakan usaha untuk membantu seseorang mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi dewasa yang baik.

Ajaran moral atau pendidikan moral akan didapatkan oleh anak dengan bermain bersama teman-teman sebayanya, misalnya nilai atau pendidikan moral kejujuran ataupun bersosialisasi. Bermain permainan anak tradisional jawa mengajarkan kepada anak untuk saling berinteraksi, bersosialisai dengan taman sebayanya, sehingga secara tidak langsung seorang anak akan mendapatkan pelajaran-pelajaran yang berharga walupun hanya dengan bermain permainan anak tradisional jawa.

Sunaryadi dan Cholisin (1989: 32-33) menyatakan bahwa, pendidikan moral merupakan suatu usaha untuk merubah struktur kognitif dalam diri anak, sehingga anak berkembang penalaran moralnya dan akhirnya dapat berpikir memadai daripada sebelumnya tentang apa yang dikatakan baik dan yang buruk. Seorang anak akan berpikir dua kali jika akan bertindak hal-hal yang buruk ataupun hal-hal yang merugikan orang lain.

Permainan anak tradisional, seorang anak mendapatkan nilai atau ajaran moral yang mengubah cara berpikir yang lebih dewasa. Dewasa dalam hal bertindak yang positif dan berpikir ulang sebelum melakukan hal-hal yang tidak baik, sedangkan menurut Herucahyono (1995:210) menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan suatu upaya mentransmisikan nilai-nilai moral dan spiritual

26

yang diperlukan peserta didik dalam mengarungi kehidupan yang semakin kompleks.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan moral merupakan suatu bimbingan bagi seorag anak agar menjadi dewasa. Pendidikan moral berperan merubah pola berfikir anak-anak, sehingga penalaran seorang anak akan terus meningkat. Dengan nilai pendidikan moral, seorang anak nantinya akan siap mental dan psikologis untuk mengarungi kehidupan sekarang yang semakin kompleks.

Pendidikan moral berperan penting dalam membentuk kepribadian anak-anak, oleh karena itu pendidikan moral harus ditanamkan kepada anak-anak di berbagai lingungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan nilai tersebut. Lingkungan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga adalah lingkungan yang sangat mempengaruhi karena, ajaran seorang orang tua akan cepat diterima oleh seorang anak. Jadi lingkungan keluarga adalah lingkungan pembentuk sifat seoarang anak.

Keluarga adalah pembentuk sifat dan kepribadian seorang anak, lingkungan masyarakatpun berpengaruh penting dalam membentuk kepribadian serta pola pikir anak, sehingga anak akan mudah bersosialisasi dengan baik. Cara bersosialisasi seorang anak berawal dari hal yang paling kecil yaitu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya saat bermain bersama. Di lingkungan masyarakat banyak permainan anak tradisional khususnya di jawa yang mengajak anak untuk saling bercanda, berbicara, saling menyapa, dan berinteraksi serta membentuk suatu aturan atau larangan-larangan yang mengajarkan kebaikan bagi ana, dengan demikian anak tidak akan minder atau menutup diri dari lingkungan masyarakat.

De Vos (1987:7) menyatakan bahwa, dalam moral terkandung nilai kesusilaan yang merupakan aturan, kaidah atau hukum yang membentuk suatu larangan. Penegasan De Vos, moral yang berhubungan dengan kesusilaan, kaidah atau hukum lebih spesifik pada tatanan norma yang dibuat dan diciptakan manusia sebagai norma dalam pergaulan masyarakat. Kesiapan orang tua dalam menyiapkan anaknya untuk bermasyarakat dapat diciptakan melalui ajaran moral yang diberikan di keluarga, selain itu dalam mengajarkan ajaran moral dapat disalurkan dengan mengajaknya bermain bersama-sama dengan teman di lingkungan masyarakat.

Manusia berinteraksi di masyarakat dalam pergaulannya, begitu juga seorang anak. Akibat interaksi tersebut menimbulkan perilaku baik dan buruk, karena perilaku baik dan buruk di masyarakat, manusia perlu diberi ajaran moral dan untuk memberikan ajaran moral pada manusia hendaknya dimulai sejak anak-anak. Orang tua mendidik dengan rasa kasih saying, maka rasa kasih sayang orang tua akan mewarnai perilaku kehidupan anak dalam masyarakat.

Wujud dari rasa kasih sayang anak dapat tercermin pada perhatiannya terhadap alam sekitar, dan mampu hidup rukun, dan saling membantu terhadap teman, keluarga, dan sesama (Djahiri, 1984:109). Kasih sayang anak yang tercermin pada perhatiannya terhadap alam sekitar ditunjukkan dengan memanfaatkan apapun yang ada untuk membuat suatu kreatifitas dalam bermain. Kreatifitas yang memanfaatkan kondidi lingkungan sekitar terlihat pada permainan anak tradisional jawa yang masih lestari di desa Bejiharjo. Permainan anak tradisional jawa yang terdapat di desa Bejiharjo mengajarkan kepada anak

28

untuk kreatif, hidup sederhana, tidak boros dan menghargai serta jujur kepada sesama.

Dari deskripsi ajaran moral tersebut di atas ditemukan dan diklasifikasikan ajaran moral untuk anak yaitu kasih sayang, tanggung jawab, hormat menghormati, tolong menolong, kesabaran, kegigihan, kejujuran, hidup rukun, hidup[ sederhana, kepercayan orang tua pada perilaku anak, penyesalan, sopan, belas kasihan, sederhana, kerajinan, keadilan,berdoa, percaya diri, mengakui apa adanya, tidak menipu, berbuat menerima akibatnya, musyawarah, suka berterima kasih.

Ajaran moral terjadi akibat interaksi manusia dengan manusia dengan Tuhan. Keterkaitan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri yang menjadikan manusia untuk berperilaku tidak semaunya sendiri, manusia harus memperhatikan pada kaidah yang ada (De VOs, 1987:73).

Dari pengertian tersebut, ajaran moral dapat diklasifikasikan pada perilaku: 1) Hubungan manusia dengan pribadinya

2) Hubungan manusia dengan keluarga 3) Hubungan manusia dengan masyarakat 4) Hubungan manusia Tuhan

Pemilahan tersebut bertujuan untuk memfokuskan wujud ajaran moral sehingga memudahkan pengakajiannya. Perilaku hubungan manusia dengan pribadinya diklasifikasikan pada semua wujud ajaran moral yang berhubungan dengan individu sebagai pribadi sifat individu sebagai pribadi dan makhluk individu yang menunjukkan pengklasifikasian tersebut. Hubungan manusia

dengan Tuhan juga akan menjadi tolak ukur pengklasifikaian ajaran moral dalam penelitian ini. Hubungan manusia dengan Tuhan dapat dilihat dari perilaku sebagai makhluk ciptaan Tuhan

Dokumen terkait