• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permainan anak tradisional adalah permainan yang dimainkan dengan cara yang berbeda-beda, dengan kata lain permainan anak tradisional terikat pada suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan turun-temurun dari nenek moyang. Cara bermain antara dolanan yang satu dengan dolanan yang lainnya mempunyai tatacara yang berbeda, namun terkadang terdapat kesamaan dalam permainannya (Rumani, 1991: 1). Perbedaan dalam permainan terlihat pada cara bermain setiap permainan, misalnya permainan kucing-kucingan dengan jamuran serta permainan lainnya.Permainan yang hampir mirip dalam permainannya yaitu permainan bas-basan dengn macanan yaitu sama-sama dimainkan dengan cara memakan lawannya (mencaplok).

Perbedaan permainan bas-basan dengan macanan terletak pada jumlah gacuknya. Permainan bas-basan berjumlah 32 uwong masing pemain memegang 16 uwong, sedangkan macanan menggunakan 21 uwong dan 1 macan. Jadi, permainan mempunyai perbedaan serta kesamaannya, namun hampir semua permainan cara pengundiannya sama yaitu dengan hom-pim-pah dan pingsut.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa permainan anak tradisional jawa bukan semata-mata hanya ajang untuk beraktifitas fisik maupun non fisik, akan tetapi permainan anak tradisional merupakan permainan yang mepunyai aturan-aturan. Aturan-aturan tersebut disampaikan secara turun temurun dan mengalami perkembangan secara perlahan-lahan. Setiap bentuk permainan, mempunyai perbedaan-perbedaan dan terkandang terdapat kesamaan, misalnya peraturan-peraturan permainan dari awal permainan sampai permainan tersebut selesai dimainkan. Contoh peraturan permainan misalnya, pada awal permainan

18

pemain mengawali permainan dengan mengundi siapa yang dadi (jadi). Kemudian dilanjutkan ke inti permainan.

Permainan anak tradisional dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan dari umur 6-15 tahun. Mereka bermain secara perorangan, berpasangan, ataupun berkelompok tergantung pada jenis permainannya Anak-anak jaman sekarang jarang melakukan permainan anak tradisional yang bersifat sosial, dinamis, dan menggunakan peralatan sederhana. Selain itu, anak-anak jaman sekarang banyak yang tidak tahu tentang cara bermain atau tata cara bermain permainan anak tradisional. Padahal tata cara bermain sebuah permainan adalah kunci awal untuk bermain, sedangkan tata cara permainan yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, akan tetapi terkadang untuk mengundi siapa yang menang dan yang kalah terdapat kesamaan yang tidak jauh berbeda.

Rumani (1991: 1-2) menyatakan bahwa, cara mengawali atau memulai permainan dengan cara sebagai berikut:

1. Pingsut (mengundi) atau dalam istilah asingnya toast, cara ini digunakan dalam menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pingsut sering disebut atau diucapkan sutpada saat bermain, sut dilakukan dengan menggunakan jari tangan yaitu ibu jari, jari kelingking, dan jari telunjuk. Dalam hal ini, jari tengah dan jari manis tidak boleh digunakan. Cara pingsut (mengundi) ini dilakukan dengan cara menjulurkan sebuah jari tangan. Jari yang dijulurkan terserah pemain, apakah ibu jari, telunjuk, atupun kelingking. Untuk memulai pingsut, biasanya digunakan aba-aba yaitu ji-ro-lu (satu, dua, tiga). Rumani (1991: 1) menambahkan tentang peraturan kalah menang yaitu:

(1) jika ibu jari dengan ibu jari, seri maka harus diulang, (2) jika ibu jari dengan telunjuk, menang ibu jari, (3) jika ibu jari dengan kelingking, menang jari kelingking, (4) jika jari telunjuk dengan telunjuk, sama, harus diulang, (5) jika jari telunjuk dengan jari kelingking, menang telunjuk, (6) jika jari kelingking dengan kelingking, sama, maka harus diulang.

Dari pendapat Rumani tentang cara menentukan menang dan kalah di atas, dapat dijelaskan bahwa, pemain harus mengulang sut apabila jari-jari yang digunakan untuk menentukan siapa pemenangnya adalah jari yang sama. Sebagai contoh misalnya, jari telunjuk lawan jari telunjuk, ibu jari lawan ibu jari, dan jari kelingking bertemu jari kelingking. Apabila hal itu terjadi, pemain harus mengulangi sut, karena hal tersebut dianggap seri”sama” atau belum ada pemenang dan siapa yang kalah.

2. Hom-pim-pah, hom-pim-pah hampir sama dengan sut yang sama-sama digunakan untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Perbedaan antara hom-pim-pah terletak pada jumlah pelakunya dan cara memainkannya. Sut dilakukan oleh dua orang saja serta alat yang digunakan adalah jari tangan, sedangkan hom-pim-pah digunakan untuk mengundi pemain yang jumlahnya lebih dari dua orang serta dengan menggunakan telapak tangan (Rumani, 1991:1). Cara mengundi dengan hom-pim-pah dilakukan dengan cara menjulurkan telapak tangannya dengan cara saling berhadapan (membuat lingkaran kecil) dan dalam keadaan tangan mlumah (terlentang) atau mengkurep (tengkurap). Misalnya, pemain berjumlah 3 anak.

Ketiga anak tersebut harus memulai dengan Hom-pim-pah, a-lai-hom gambreng. Ketika kalimat sampai pada kata “gambreng”, semua pemain harus menjulurkan telapak tangannya menelentang atau tengkurap dengan serentak. Jika

20

salah satu dari ketiga anak tersebut tangannya tengkurap dan yang lainnya menelentangkan telapak tangannya, maka anak yang menengkurapkan tangannya tersebut adalah pemenangnya dan kedua anak yang menelentangkan tangannya meneruskan dengan sut. Namun, jika ketiga anak tersebut menelentangkan tangannya semua maka harus mengulang permainannya.

3. Gacu, gacu adalah suatu benda yang digunakan sebagai alat untuk memukul, melempar, atau merobohkan benda-benda permainan (Rumani, 1991:2). Gacu biasanya dipilih yang paling menonjol (baik beratnya, halusnya, bentuknya, warnanya). Gacu selalu dirawat ataupun disimpan karena gacu dianggap sebagai barang berharga yang menemani saat bermain, namun di dalam sebuah permainan anak-anak sering menyebutkan dengan gacuk.

Paraturan-peraturan di atas merupakan aturan yang selalu digunakan oleh anak-anak ketika permainan akan dimulai. Tatacara bermain tersebut merupakan suatu syarat yang harus dilakukan. Tatacara bermain setiap permainan berbeda-beda sesuai jenisnya, sehingga tatacara selengkapnya akan dibahas pada hasil penelitian. Tatacara permainan anak tradisional jawa mempunyai fungsi tersendiri, manfaat maupun fungsi permainan anak tradisional jawa bermanfaat bagi perkembangan mental anak serta mengajarkan hal-hal positif bagi anak.

Dokumen terkait