• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Hasil Pembahasan

1. Nilai Pendidikan Religius

Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Melalui agama, manusia juga dapat mempertahankan keutuhan dalam hidup bermasyarakat sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Berikut ini salah satu contoh data yang mengandung nilai pendidikan religius.

a. “ Menayung Impian” karya Reyhan M.Addurrohman

Vano masih berbaring. Terbelenggu dalam kebingungan.

Waktu berjalan sia-sia. Seharusnya, ia sudah bersiap berangkat sekarang. Sudah menapaki jalan hidup yang baru. Melupakan hidup yang dulu untuk sementara waktu.

Tapi, mimpi itu membekas di kepalanya. Jika tidak ada yang menyebut kondisi Mama dalam mimpi itu, mungkin ia sudah pergi. Tapi, ini soal kesehatan Mama. Sosok wanita yang ia cintai.

“Hah!”Vano mengacak-ngacak rambutnya. Kemudian, mengibarkan selimut.“Tuhan , beri aku jalan”.(Halaman 45)

Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan religius. Ini terlihat pada kalimat “Hah!”Vano mengacak-ngacak rambutnya. Kemudian, mengibarkan selimut.“Tuhan , beri aku jalan”. Kalimat tersebut mencerminkan tokoh Vano yang taat beragama dengan memohon petunjuk kepada tuhan, walaupun Vano hidup di lingkungan berbeda, yaitu di pedalaman. Penanaman nilai

religius yang tinggi dalam dirinya mampu menumbuhkan sikap sabar, tidak sombong, dan rasa tenang.

Dengan demikian, manusia bisa hidup damai mempererat hubungannnya dengan Tuhan. Vano dalam kutipan di atas adalah sosok yang percaya mujizad pencipta. Hal ini tergambar, apa pun kesulitan yang dihadapi tempat meminta perlindungangan dan petunjuk adalah Pencipta.

b. “ Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvi Tiana Rosa.

Mas Gagah membawakan sebuah buku dan menyodorkannya padaku.” Nih, baca, Dik!”Kubaca keras-keras. “ Dari ‘Aisyah ra.

Demi Allah, Demi Allah, Demi Allah. Rasululllah Saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!”

Si Mas Tersenyum.

“ Tapi Kiai Anwar mau salaman sama Mama. Haji kari, Haji Toto, Ustadz Ali,” ka tidaku.

“ Bah Rasulullah uswatul Hasanah Teladan terbaik?” kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku.” Biar saja mereka begitu, tetapi Mas Gagah tidak, nggak apa kan? Coba untuk mengerti dan menghargai ya, Dik Manis” (Halaman 8).

Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan religius. Ini terlihat pada kalimat “Bah Rasulullah uswatul Hasanah Teladan terbaik?” kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku”. Kalimat tersebut mencerminkan tokoh Mas Gagah yang taat beragama dengan menjadikan Rasulullah sebagai teladan yang baik, menjadikan Al-quran dan Hadist sebagai pedoman hidup, walaupun Gita Adik Perempuan Mas Gagah belum memahami tentang agama tetapi Mas Gagah mulai menanam nilai religius yang tinggi dalam diri

Gita dan dirinya agar mampu menumbuhkan sikap percaya, tidak sombong, dan rasa keyakinan tentang agama.

Dengan demikian, manusia bisa hidup bertakwah jika menjadikan Rasulullah dan Al-quran dan Hadist sebagai peoman Hidup. Mas Gagah dalam kutipan di atas adalah sosok yang menjadikan Rasulullah sebagai teladan yang baik. Hal ini tergambar, ketika memberikan pemahaman mendalam tentang perilaku Rasulullah dalam Hadist yang wajib jadi tuntunan.

2. Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam novel ini, Gambaran nilai moral yang tidak patut dijadikan contoh oleh masyarakat seperti dalam kutipan di bawah ini.

a. “Mendayung Impian” Reyhan M.Abdurrohman

“Impian, membaca dan menulis dan berhitung saja sudah cukup bagi mereka.” Lestari senyum kecut meremehkan,

“akan membuat mereka meraih impian mereka!

Hutan tidak akan menjadi penghalang mereka! Ingat itu”

Vano berteriak pada Lestari yang telihat menjauh. ( Halaman 106) Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan moral karena secara jelas penulis menggambarkan sikap seorang guru, yaitu Lestari salah satu guru sekolah SD Mini Penggerak yang tidak patut ditiru. Dalam kutipan di

atas digambarkan watak seorang Guru yang tidak beretika berbicara dan meremehkan kemampuan sesorang.

Hal ini terlihat dalam kalimat “Impian, membaca dan menulis dan berhitung saja sudah cukup bagi mereka.” Lestari senyum kecut meremehkan. meremehkan yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah ketika Lestari tidak terima cara Vano untuk memperjuangkan Impian anak didiknya. Seharusnya, sebagai seorang yang guru yang peduli anak didiknya Lestari membantu Vano memperjuangkan impian anak didik mereka bukan sebaliknya meragukan meremehkan kemampuan mereka dengan kata-kata yang tidak sepantasnya dan ini merupakan tindakan yang tidak bermoral dan beretika.

b. “ Ketika Mas Gagah Pergi” Karya Helvi Tiana Rosa.

Kulihat si wajah tegar ini menatap kosong kedepan. Matanya berkaca- kaca.

“ belum lagi tamat SMP, aku diusir papa...,” katanya parau.

“ aku masuk Islam dan Papa marah besar. Ia mengamuk dan mengusirku...’

Aku tersen tidak! Subuhanallah, benar dugaanku...

“ aku sering dengar suara adzan, Tia! Begitu menyenyuh, membuatku terenyuh, menangis... dan alhamdulillah aku dapat hidayah” kata Rumondong agi, tersenyum.” Aku pergi dari rumah dengan bekal sedikit uang tabungan. Akhirnya aku diangkat ank oleh seorang haji di Sei Kera. Orang tua yang baik. Waktu usiaku tujuh belas tahun. Aku dinikahkan dengan anaknya,” sekejap mata Rumondang berbinar.

‘ Lantas...?”

‘ Suatu malam,rumah mertuaku terbakar. Musnah semuanya! Waktu itu aku dan Bang Siregar suamiku sedang pergi ke rumah seorang kawan”

air mata Rumondang mengucur cepat dan sekeja binar di matanya sirna.(halaman 114).

Kutipan di atas mengandung nilai pendidikan moral karena secara jelas penulis menggambarkan sikap seorang Bapak, yaitu Orang Tuan Rumondang pemarah dan berpegang teguh pada ajaran agama dan budaya.

Dalam kutipan di atas digambarkan watak seorang Bapak yang tidak beretika dan bermoral dengan mengusir anak perempuan dari rumah karena beda keyakinan.

Hal ini terlihat dalam kalimat “ aku masuk Islam dan Papa marah besar. Ia mengamuk dan mengusirku...’. mengusir yang dimaksud dalam kalimat di atas adalah ketika Bapak Rumondang tidak terimanya pindah keyakinanan dengan cara berpindah agama Seharusnya, sebagai Bapak yang mempunyai pengetahuan agama percaya tentang hidayah dari Pencipta yang dapat menggugah hati setiap makluknya, dan Bapaknya tidak peduli apa yang akan terjadi diluar sana jika Rumondang meninggalkan rumah seorang diri. Justru sebaliknya Bapaknya tidak terimah dengan ketentuan yang telah di gariskan kepada Rumondang, mengamuk dan mengusirnya, hal ini yang tidak sepantasnya dan ini merupakan tindakan yang tidak bermoral dan beretika sebagai sebagai orang tua.

Dokumen terkait