• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. NILAI EDUKASI CERITA ANAK KARYA DYAH SAPTORINI

3. Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai sosial yang dimaksud adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Sifat sosial dalam cerita Amarga Ngoyak Kupu berikut muncul dan ada sifat simpati. Simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu tehadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Teman-teman Sari yang bingung kemana Sari menghilang saat bermain.

Kutipan:

“Yo wis ayo, selak sore iki,” sambunge Putri, bocah-bocah mau banjur gembruduk menyang omahe Sari, tibake bocahe ora ana, sing enek mung ibune, ibune malah bingung merga ngertine Sari dolanan karo bocah-bocah mau. (ANK, hal. 119 paragraf 15)

commit to user Terjemahan:

“Ya sudah ayo, keburu sore ini,” lanjut Putri, anak-anak tadi lalu bergerombol ke rumahnya Sari, ternyata anaknya tidak ada, yang ada hanya ibunya, ibunya malah bingung karena tahunya Sari bermain dengan anak-anak tadi.

Sifat simpati juga muncul dalam cerita Manuk Thilang Sing Apik Atine. Tokoh Manuk Thilang yang bersimpati pada Truwelu karena anak-anak Truwelu yang hampir dimangsa Kucing hutan.

Kutipan:

“Wah, sajake Kucing kuwi duwe karep sing ora apik karo anak Truwelu telu kae, wah mesakake banget yen nganti dipangan, mendah susahe Mboke mengko, pikire Manuk Thilang. “Wah piye nggonku nulung, Mboke kae kok malah enak-enak turu ki piye, apa ora ngerti yen anak-anake lagi didhedhepi Kucing. Manuk Thilang mau banjur mikir piye carane nggugah Mbok Truwelu mau. (MTSAA, hal. 127 paragraf 6)

Terjemahan:

“Wah, sepertinya Kucing itu punya niat yang tidak baik terhadap tiga anak kelinci, wah kasihan sekali kalau sampai dimakan, akan susah Ibunya nanti, pikir Manuk Thilang. “Wah bagaimana caraku menolong, Ibunya itu kenapa malah enak-enakan tidur, apa tidak tahu kalau anak-anaknya sedang diamati Kucing. Manuk Thilang kemudian berpikir bagaimana caranya untuk membangunkan Mbok Truwelu tadi.

Sikap sosial juga terdapat dalam cerita Amarga Bodho Gampang Diapusi. Interaksi sosial yang muncul dalam cerita ini adalah imitasi. Imitasi merupakan suatu proses peniruan terhadap sesuatu yang berasal dari luar dirinya. Tokoh jeprik yang bodoh hanya asal meniru tindakan temannya yang sebenarnya telah membohonginya.

Kutipan:

“Oooo, ngono ta, aku ya isoh,” kandhane karo njupuk sak adah terus melu Joko, dijreske dileboke meneh, sing sak adhah dijaluk Parno, trus

melu-commit to user

melu kanca-kancane mau, bareng telung adhah wis dicoba kabeh terus diwenehake Jeprik. (ABGD, hal. 121 paragraf 9)

Terjemahan:

“Oooo, begitu to, aku juga bisa,” katanya sambil mengambil satu bungkus kemudian ikut-ikutan Joko, dinyalakan dimasukkan lagi, yang satu bungkus diminta Parno kemudian ikut-ikutan teman-temannya tadi, setelah tiga bungkus sudah dicoba semua lalu diberikan ke Jeprik.

Sifat imitasi kembali muncul dalam cerita Latiyan Pasa. Tokoh Ari yang masih kecil dan baru kelas satu SD ini berniat ingin puasa, dia ingin meniru orang tua serta kakanya yang menjalankan puasa.

“Wulan Pasa taun iki Ari kepingin melu-melu pasa kaya kakange, lan dening Ibuke diparengake idhep-idhep latiyan pasa. (LP, hal. 131 paragraf 1)

Terjemahan:

Bulan puasa tahun ini Ari ingin berpuasa seperti kakaknya, dan oleh Ibunya diperbolehkan anggap saja latihan puasa.

Interaksi sosial kembali muncul dalam cerita Padhang Mbulan. Interaksi sosial yang muncul adalah sugesti. Sugesti merupakan suatu proses pemberian pandangan atau sikap dari diri seseorang kepada orang lain di luar dirinya. Artinya sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Terdapat dalam kutipan-kutipan berikut:

Kutipan Pertama:

“Kae coba sawangen yen ra ngandel,” Ambar sing mangsuli karo nduding wit jambu sing obah meneh. (PM, hal. 123 paragraf 21)

commit to user Terjemahan:

“Itu coba lihatlah kalau tidak percaya,” Ambar yang menjawab sambil menunjuk pohon jambu yang bergerak lagi.

Kutipan Kedua:

“Wis ya rasah dolanan wae, ayo nyang njero omahmu wae Nur,” Rini ajak-ajak. (PM, hal. 123 paragraf 22)

Terjemahan:

“Sudah ya tidak usah bermain saja, ayo ke dalam rumahmu saja Nur,” Rini mengajak.

Sifat sosial lain juga muncul dalam cerita Nonton Wayang. Supri sebagai seorang anak – anak dia sudah menunjukan sikap yang dermawan dan suka memberi dengan ikhlas.

Kutipan Pertama:

“Nggih pun Mbah, niki jenengan sukake putune, kajenge mboten nangis melih,” kandhane Supri karo ngelungke sak conthong kacange marang simbah mau. (NW, hal. 124 paragraf 23)

Terjemahan:

“Ya sudah Nek, ini nenek berikan ke cucunya, biar tidak menangis lagi,” kata Supri sambil memberikan satu bungkus kacangnya pada nenek tadi.

Kutipan Kedua:

“Mboten napa-napa Mbah naming setunggal mawon, niki tasih kathah,” wangsulane Supri. (NW, hal. 124 paragraf 25)

Terjemahan:

commit to user

Sifat sosial yang tinggi juga muncul dalam tokoh Siska dalam cerita

Klambi Bakdha. Siska yang mengumpulkan uang pemberian dari bibinya yang

kemudian digunakan untuk membelikan baju untuk Reni dan adiknya. Kutipan Pertama:

“Niki kangge numbaske adhine Reni.” (KB, hal. 125 paragraf 30)

Terjemahan:

“Ini untuk membelikan adiknya Reni.” Kutipan Kedua:

“Ooo, ngono ta, yo wis sesuk mulih sekolah menyang toko karo ibu mengko numbaske klambi, adhine Reni.” (KB, hal. 125 paragraf 33)

Terjemahan:

“Ooo, begitu to, ya sudah besuk pulang sekolah ke toko sama ibu nanti belikan baju, adiknya Reni.”

Nilai sosial lain ditemukan dalam cerita anak berjudul Kepengin Tuku

Sepatu, Aku (Ndon) merupakan tokoh anak – anak yang masih polos dan

mempunyai keingian membeli sepatu. Aku (Ndon) walaupun masih kecil namun dia berusaha mencari uang sendiri untuk membeli sepatu tanpa mereptkan orang tuanya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :

Kutipan:

“Aku pengin tuku sepatu Kang, gek Pake karo Make lagi ra duwe dhuwit, yen bisa golek sekilo lak kena dinggo tuku sepatu ta. Yen mung dicokot semut wae aku wani Kang, aku melu ya,” tembungku rada melas. (KTS, hal. 130 paragraf

commit to user Terjemahan:

“Aku ingin beli sepatu Kak, Bapak dan Ibu sedang tidak punya uang, kalau bisa cari satu kilo kan bisa dipakai beli sepatu kan. Kalau Cuma digigit semut saja aku berani Kak, aku ikut ya,” pintaku agak sedih.

Dokumen terkait