• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. ASPEK PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA CERITA ANAK KARYA DYAH SAPTORINI

4. Masa Operasional Formal

Masa Operasional Formal yaitu umur 12 tahun ke atas. Hasil analisis dalam 11 cerita anak karya Dyah Saptorini terdapat empat masa operasional formal, yaitu sebagai berikut:

a. Tokoh Nuri dalam cerita Padhang Mbulan (hal. 123) termasuk dalam masa operasional formal (dapat berpikir logis mengenai soal abstrak dan menguji hipotesis secara sistematis). Bisa dikatakan seerti itu karena berdasar inti cerita tersebut tokoh Nuri yang tidak langsung percaya dengan perkataan dan yang dirasakan teman-temannya tentang pohon yang ada hantunya hanya karena pohon itu bergerak-gerak sendiri. Tokoh Nuri dalam cerita tersebut pemberani dan berpikir logis mengenai suatu keadaan, yaitu pohon yang dianggap berhantu. Nuri tidak berpikir demikian dan malah menjadikan dia penasaran hingga dia mengecek pohon tersebut sampai terbukti bahwa yang menggerak-gerakkan pohon tersebut adalah temannya sendiri yang berniat jail. Tokoh Nuri berpikir

commit to user

logis mengenai soal abstrak dan menguji hipotesis secara sistematis, pikiran yang bertolak belakang dengan pikiran teman-temannya dan dia berusaha mencari kebenaran dengan menguji kebenaran tersebut hingga dia mendapatkan bukti yang sesungguhnya.

b. Tokoh Supri dalam cerita Nonton Wayang (hal. 124) termasuk dalam masa operasional formal (menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan dan masa ideologis). Bisa dikatakan seperti itu karena berdasar inti cerita tersebut tokoh Supri yang tergolong masih anak-anak mampu menaruh perhatian terhadap masalah yaitu ketika dia berjualan kacang dan dia melihat ada seorang anak yang menangis padahal anak tersebut sudah bersama neneknya dan dilihatnya nenek tersebut berusaha menenangkan anak tersebut tapi tetap menangis hingga akhirnya tokoh Supri menanyakan kenapa anak tersebut menangis. Setelah reaksi tersebut munculah pemikiran yaitu reaksi yang berdampak pada masa depan yang ditujukan pada reaksinya ketika dia memberikan satu bungkus kacang untuk diberikan pada anak kecil tersebut. Tokoh Supri berpikir bahwa jika dia memberikan kacang maka anak kecil tersebut akan berhenti menangis. Dan ternyata reaksi tersebut sesuai dengan harapan dan anak kecil itu berhenti menangis.

c. Tokoh Siska dalam cerita Klambi Bakdha (hal. 125) termasuk dalam masa operasional formal (menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan dan masa ideologis). Bisa dikatakan seperti itu karena berdasar inti cerita tersebut tokoh Siska yang menaruh perhatian terhadap temannya yaitu Reni. Reni yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah ternyata

commit to user

karena menunggui adiknya yang sedang sakit. Sakit karena ingin punya baju baru tapi tidak bisa karena ibunya tidak punya uang. Setelah perhatian terhadap masalah tersebut, muncullah reaksi yang merujuk pada masa

depan yaitu ketika Tokoh Siska mengumpulkan uang pemberian dari

bibi-bibinya yang kemudian digunakan untuk membelikan baju untuk adik Reni dan untuk Reni sekalian. Dalam hal ini Tokoh Siska dapat memikirkan jauh ke depan dan tindakannya tersebut dapat berguna bagi orang lain.

d. Tokoh Aku (Ndon) dalam cerita Kepengin Tuku Sepatu (hal. 130) termasuk dalam masa operasional formal (menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan dan masa ideologis). Bisa dikatakan seperti itu karena berdasar inti cerita tersebut tokoh Aku (Ndon) menaruh

perhatian terhadap masalah yaitu ketika dia ingin sepatu baru namun

orang tuanya tidak bisa membelikan karena sedang tidak punya uang, tokoh Aku (Ndon) tidak memaksakan keinginannya dan dia mengerti dengan keadaan orang tuanya. Dan karena keinginannya yang sangat besar tersebut dan orang tua yang nyatanya tidak bisa memberikan, dia melakukan tindakan yang merujuk masa depan yaitu dengan cara dia mencari uang sendiri dengan ikut saudaranya untuk mencari telur semut untuk bisa mendapatkan uang. Dan dengan usahanya tersebut, dia benar-benar mendapatkan uang dan akhirnya bisa dia gunakan untuk membeli sepatu tanpa merepotkan orang tuanya.

commit to user

Dari hasil analisis 11 cerita anak karya Dyah Saptorini, ada satu cerita yang tidak masuk dalam ke empat masa perkembangan anak. Yaitu pada cerita

Manuk Thilang sing Apik Atine. Hal ini karena dalam cerita tersebut yang menjadi

tokoh utama adalah manuk thilang yang mana sudah ibu-ibu. Yaitu Ibu Thilang yang menolong Ibu Truwelu. Dan tokoh Ibu Thilang tersebut tidak bisa masuk dalam ke empat masa perkembangan anak karena Ibu Thilang tersebut sudah masuk tahap dewasa dan teori psikologi perkembangan hanya mencakup dari lahir sampai anak usia 12 tahun ke atas, tidak sampai dewasa.

Untuk cerita Manuk Thilang Sing Apik Atine itu sendiri tetap bisa dijadikan pembelajaran untuk anak. Meskipun tokoh-tokoh dalam cerita tersebut bukanlah anak-anak, namun anak-anak bisa belajar dari aspek yang menonjol dari cerita tersebut yaitu kebaikan hati yang dilakukan oleh tokoh Ibu Thilang. Anak-anak bisa menjadikan tokoh Ibu Thilang sebagai contoh dalam membentuk karakter mereka kedepannya namun tentu saja tidak lepas dari peran orangtua. Terutama untuk anak-anak yang belum menginjak usia SD sangat perlu bimbingan serta arahan dari orangtua dalam memahami cerita anak tersebut.

Hasil analisis 11 judul cerita anak karya Dyah Saptorini menunjukkan bahwa tidak terdapat masa sensorimotor pada tokoh utama. Yaitu masa dari lahir sampai umur dua tahun. Hal ini berarti dalam cerita anak karya Dyah Saptorini menunjukkan cerita tentang anak usia dua tahun ke atas.

11 judul cerita anak karya Dyah Saptorini menunjukkan bahwa pengarang lebih banyak dalam menggunakan masa praoperasional, yaitu dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Dalam hal ini sepertinya pengarang berusaha menunjukkan bagaimana reaksi anak-anak dalam menghadapi masalah yaitu dalam masa

commit to user

praoperasional yang bisa disebut sebagai masa peralihan dari bayi hingga menjadi anak usia dini dan anak yang sudah bisa memikirkan dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Jadi secara psikologis tokoh utama dalam 11 judul cerita anak karya Dyah Saptorini dapat memberi gambaran bagaimana sikap dan reaksi anak dari usia dua sampai yang dua belas tahun ke atas dalam menentukan sikap untuk menghadapi setiap masalah serta bagaimana mereka bisa bersosialisasi dengan keadaaan sekitar. Dengan ketiga masa psikologi perkembangan yang ada dalam cerita anak tersebut dapat menambah variasi serta menghindari hal-hal yang bersifat monoton yang dapat membuat pembaca bosan. Karena telah peneliti jelaskan perkembangan anak-anak tersebut dalam tiap cerita itu berbeda-beda. Dan dari cerita tersebut akan menghasilkan nilai didik yang sangat bermanfaat bagi para pembaca terutama untuk anak-anak yang dalam masa perkembangan yaitu dari masa lahir sampai 12 tahun ke atas.

Dari masa lahir sampai 12 tahun tersebut tetap dibedakan untuk masa pembacanya. Yaitu usia pra sekolah dan usia sekolah. Dalam hal ini agar cerita tetap bisa berpengaruh pada anak-anak maka cara penyampaiannya juga berbeda. Untuk anak usia pra sekolah maka cara pembelajarannya adalah dengan peran orangtua yang utama, orangtua yang memberi pengarahan tentang maksud dan isi dari cerita tersebut. Hal itu bisa dilakukan misalnya dengan membacakannya sebelum tidur atau saat waktu luang, anak-anak juga merasa nyaman dengan dibacakan dan anak juga lebih mudah dalam menangkap arahan tersebut. Sedangkan untuk anak usia sekolah, tentu saja sudah bisa membaca sendiri. Namun orangtua juga tetap harus mengarahkan, dalam hal ini bukan berarti

commit to user

orangtua harus membacakan cerita tersebut, namun orangtua mendorong anak agar mau dan terbiasa dengan membaca. Karena dengan membaca maka mereka akan memahami dengan cara pikir mereka sendiri maka akan lebih mudah untuk mereka ingat dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

commit to user

C. NILAI EDUKASI CERITA ANAK KARYA

Dokumen terkait