TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 1. Stakeholder Theory
2.1.4. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan (Sejati dan Prastiwi, 2015). Nilai perusahaan adalah nilai yang di butuhkan investor untuk mengambil keputusan investasi yang tercermin dari harga pasar perusahaan (Husnan, 2006). Nilai pasar yang tinggi akan membuat pasar percaya bukan hanya kinerja perusahaan saat ini, namun juga prospek perusahaan di masa depan. Tingginya nilai pasar suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh pelaporan keuangan dan pengungkapan kinerja perusahaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan teori signaling, pelaporan kinerja perusahaan β kinerja keuangan maupun non keuangan β merupakan salah satu
bentuk sinyal yang dilakukan oleh perusahaan agar stakeholder tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham perusahaan. Pengukuran nilai perusahaan menurut Weston dan Copelan (2008:244) dapat dilakukan dengan rasio β rasio berikut:
1. Price to Earning Ratio (PER)
Price to Earning Ratio menurut Gitman dan Zutter (2012:82), biasanya digunakan untuk menaksir penilaian pemilik atas nilai saham. Rasio ini mengukur seberapa besar jumlah yang bersedia untuk dibayarkan oleh investor untuk setiap dollar yang menjadi laba perusahaan. Semakin tinggi nilai Price to Earning Ratio, semakin besar tingkat kepercayaan investor akan suatu perusahaan. Formula Price to Earning Ratio adalah sebagai berikut:
ππππππππππ π‘π‘π‘π‘ πΈπΈπΈπΈπππΈπΈπππΈπΈπΈπΈ π π πΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππΈπΈπππππππ‘π‘ ππππππππππ ππππππ ππβπΈπΈππππ πΈπΈπΈπΈπππΈπΈπππΈπΈπΈπΈ ππππππ ππβπΈπΈππππ 2. Market to Book Ratio
Market to Book Ratio menurut Gitman dan Zutter (2012:83), menjelaskan tentang pandangan investor terhadap kinerja perusahaan. Market to Book Ratio berkaitan dengan nilai pasar saham suatu perusahaan terhadap nilai buku perusahaan tersebut. Semakin tinggi market to book ratio suatu perusahaan, biasanya merupakan perusahaan yang diperkirakan merupakan perusahaan dengan kinerja yang baik. Formula Market to Book Ratio adalah sebagai berikut:
πππΈπΈπππππππ‘π‘ π‘π‘π‘π‘ π΅π΅π‘π‘π‘π‘ππ π π πΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππΈπΈπππππππ‘π‘ ππππππππππ ππππππ ππβπΈπΈππππ π΅π΅π‘π‘π‘π‘ππ πππΈπΈππππππ ππππππ ππβπΈπΈππππ
3. Tobinβs Q
Tobinβs Q merupakan pengukuran yang dikembangkan oleh James Tobin untuk menilai sebuah perusahaan dimana nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian aktiva perusahaan tersebut (Siahaan, 2017). Tobinβs Q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu performa manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Tobinβs Q dapat diukur dengan menggunakan formula yang disederhanakan oleh Chung & Pruitt (1994) dimana:
ππ =ππππππ + π·π· ππππ Dimana:
Q = Tobinβs Q
MVS= Market Value Share dimana harga saham penutupan x jumlah saham yang beredar.
D = Total hutang TA = Total Asset
Tobinβs Q dinilai mampu menjadi indikator yang paling baik karena Tobinβs Q tidak hanya menilai sebuah perusahaan dari harga pasarnya saja, akan tetapi juga memasukkan unsur hutang serta asset sehingga perusahaan bukan hanya berfokus pada investasi dalam bentuk saham saja, melainkan juga investasi dalam bentuk aset karena sebuah perusahaan menjalankan operasinya bukan hanya dari ekuitas saja, melainkan juga berasal dari asset perusahaan yang pendanaannya bisa melalui dana pinjaman. Jika nilai pasar
merefleksikan aset yang tercatat suatu perusahaan, maka Q sama dengan 1.
Jika nilai Tobinβs Q lebih besar dari satu, maka artinya saham overvalued dan jika Tobinβs Q lebih kecil dari 1 maka artinya saham undervalued.
2.1.5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan mengoperasikan sumber dayanya secara efisien guna memperoleh laba. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan (Siahaan, 2017). Profitabilitas yang meningkat bisa menjadi sinyal yang positif bagi para investor, karena profitabilitas yang meningkat dapat mendapatkan respon yang positif. Ada beberapa jenis proksi profitabilitas menurut Brigham dan Daves (2007:259), diantaranya:
1. Profit Margin on Sales
Profit Margin on Sales atau Net Profit Margin merupakan suatu proksi yang paling umum digunakan untuk mengukur kesuksesan perusahaan dengan memperhatikan penghasilan yang berasal dari penjualan (Gitman, 2002:64). Formula suatu Profit Margin on Sales adalah sebagai berikut:
πππππ‘π‘πππππ‘π‘ πππΈπΈπππΈπΈπππΈπΈ π‘π‘πΈπΈ πππΈπΈππππππ = πππππ‘π‘ πΌπΌπΈπΈπππ‘π‘πΌπΌππ πππΈπΈππππππ 2. Basic Earning Power (BEP)
Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukkan penghasilan kotor yang dihasilkan oleh aset perusahaan, sebelum dipengaruhi oleh pajak (Brigham dan Daves, 2007:261). Formula BEP dapat dihitung sebagai berikut:
π΅π΅πΈπΈππππππ πΈπΈπΈπΈπππΈπΈπππΈπΈπΈπΈ πππ‘π‘ππππππ = πΈπΈπΈπΈπππΈπΈπππΈπΈπΈπΈ π΅π΅πππππ‘π‘ππππ πΌπΌπΈπΈπ‘π‘πππππππππ‘π‘ πΈπΈπΈπΈππ πππΈπΈππππππ πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ πππππππππ‘π‘ππ
3. Return on Assets (ROA)
Return on Assets sering disebut juga dengan Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang tersedia (Gitman, 2007:65). Formula ROA dapat dihitung dengan:
π π πππ‘π‘πππππΈπΈ πππΈπΈ πππππππππ‘π‘ = πππππ‘π‘ πΌπΌπΈπΈπππ‘π‘πΌπΌππ πππππ‘π‘ππππ πππΈπΈππ πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ πππππππππ‘π‘ππ 4. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Tingginya nilai ROE suatu perusahaan, menandakan bahwa perusahaan sudah memanfaatkan secara baik ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham. Formula ROE dapat dihitung dengan:
π π πππ‘π‘πππππΈπΈ π‘π‘πΈπΈ πΈπΈπππππππ‘π‘πΈπΈ = πππππ‘π‘ πΌπΌπΈπΈπππ‘π‘πΌπΌππ πππππ‘π‘ππππ πππΈπΈππ πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ πΈπΈπππππππ‘π‘πΈπΈ
Penelitian ini menggunakan rasio Return on Equity sebagai proksi dalam mengukur profitabilitas. Hal ini dikarenakan ROE lebih mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan modal dari setoran pemilik dan laba ditahan sehingga lebih mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan asumsi tanpa hutang sekalipun. Nilai ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen, karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation. Sejalan
dengan teori signaling, dimana kenaikan ROE merupakan sinyal positif, maka semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.
2.1.6. Leverage
Istilah leverage atau sering juga disebut dengan rasio solvency merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban secara tepat waktu (Subramanyam, 2009:418). Leverage menurut Welch (2011) didefinisikan sebagai sensitivitas nilai kepemilikan saham sehubungan dengan perubahan nilai yang mendasari perusahaan . Financial leverage merupakan penggunaan hutang untuk meningkatkan pendapatan dan mencerminkan keberhasilan (keuntungan) dan kegagalan manajerial (Subramanyam, 2009 : 564). Menurut Brigham dan Ehrhardt (2011:95) ,ada 3 implikasi penting dari istilah leverage yakni:
1. Pemegang saham mampu mengontrol sebuah perusahaan tanpa meningkatkan investasinya melalui hutang.
2. Jika perusahaan memperoleh keuntungan lebih yang berasal dari dana investasi pinjaman daripada bunga perusahaan yang dibayarkan, maka para return pemegang sahamnya akan meningkat, tetapi risiko juga akan bertambah.
3. Semakin tinggi proporsi pendanaan yang dilakukan oleh stockholder, semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor.
Rasio leverage menurut Fabozzi dan Peterson (2003:742) βare used to assess how much financial risk the firm has taken onβ. Ada 2 jenis rasio leverage yang dapat dipakai diantaranya:
1. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Formula Debt to Asset Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
π·π·πππππ‘π‘ π‘π‘π‘π‘ πππππππππ‘π‘ π π πΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ π·π·πππππ‘π‘ πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ πππππππππ‘π‘ππ 2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total saham yang dimiliki pemegang saham perusahaan. Debt to Equity Ratio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman.
Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Formula debt to equity ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
π·π·πππππ‘π‘ π‘π‘π‘π‘ πΈπΈπππππππ‘π‘πΈπΈ π π πΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ π·π·πππππ‘π‘ πππ‘π‘π‘π‘πΈπΈππ πΈπΈπππππππ‘π‘πΈπΈ
Penelitian ini memakai pengukuran rasio debt to equity ratio karena debt to equity ratio mencerminkan proporsi besarnya total hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tingkat leverage yang tinggi akan menimbulkan sinyal yang negatif, karena hutang yang semakin besar menyebabkan beban perusahaan menjadi besar karena beban biaya hutang yang harus ditanggung. Semakin besar
hutang akan menyebabkan prioritas perusahaan untuk membayar dividen akan semakin kecil karena keuntungan perusahaan berkurang dengan adanya biaya hutang perusahaan sehingga nilai perusahaan dimata para investor pun akan menurun(Sukoco, 2013).
2.1.7. Likuiditas
Likuiditas (Subramanyam, 2009:9) merupakan βa companyβs ability to raise cash in the short term to meet its obligationsβ. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk mengkonversikan aset menjadi kas atau memperoleh kas untuk membayar hutang jangka pendek. Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu membayar hutangnya secara lancar tanpa mengganggu operasional perusahaan. Kurangnya likuiditas menghambat suatu perusahaan untuk memperoleh diskon yang diinginkan ataupun kesempatan yang menguntungkan. Masalah likuiditas suatu perusahaan yang ekstrim mencerminkan ketidakmampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya, yang dapat menyebabkan penjualan investasi dan aset perusahaan lainnya dengan harga murah bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan (Subramanyam, 2009:544).
Rasio likuiditas dapat diukur dengan berbagai indikator berikut ini:
1. Current Ratio
Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan dari aktiva lancar dibandingkan dengan total hutang lancar (hutang jangka pendek). Formula current ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
πππππππππππΈπΈπ‘π‘ πππΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππππππππππΈπΈπ‘π‘ πΈπΈπππππππ‘π‘ππ πππππππππππΈπΈπ‘π‘ πππππππ‘π‘ππ
2. Quick or Acid Test Ratio
Quick atau Acid β Test Ratio merupakan perbandingan antara selisih aset lancar dengan persediaan dibandingkan dengan hutang lancar. Quick Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
ππππππππππ π‘π‘ππ ππππππππ πππππππ‘π‘ π π πΈπΈπ‘π‘πππ‘π‘ = πππππππππππΈπΈπ‘π‘ πΈπΈπππππππ‘π‘ππ β πππΈπΈπππππΈπΈπ‘π‘π‘π‘ππππππππ πππππππππππΈπΈπ‘π‘ πππππππ‘π‘
Penelitian ini menggunakan current ratio karena menurut Subramanyam (2009 : 546-547), current ratio mampu mengukur cakupan hutang lancar, penahananan kerugian dan simpanan keuangan yang lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar suatu perusahaan, sinyal yang diberikan kepada pemegang saham semakin bagus, karena rasio lancar yang tinggi menandakan jaminan bahwa hutang lancar akan dibayar dan risiko yang lebih rendah sehingga tentunya penilaian para pemangku kepentingan akan perusahaan tersebut tentunya akan tinggi .