24,83 77,64 59,51
5 Standar
Deviasi
10,88 11,56 1,82
Jika hasil belajar siswa dikategorikan dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh frekuensi dan persentase untuk pretest dan posttest baik pada kelas eksperimen yang
menggunakan strategi What’s My Line ber-LKS
induktif maupun pada kelas kontrol dengan strategi konvensional ber-LKS induktif yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Nilai Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Posttest % posttest % < 75 Tidak tuntas 10 32,26 15 48,39
≥ 75 Tuntas 21 67,74 16 51,61
Pada Tabel 4 di atas menunjukkan nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
menggunakan strategi What’s My Line ber-LKS
induktif sebanyak 31 orang atau 100% yang tidak tuntas untuk pretest yang berarti tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan untuk posttest terdapat 10 siswa atau 32,26% yang tidak tuntas dan 21 siswa atau
67,74% yang berada pada kategori tuntas. Pada kelas kontrol yang menggunakan strategi konvensional ber-LKS Induktif sebanyak 31 siswa atau 100% yang tidak tuntas untuk pretest yang juga berarti tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori tuntas, sedangkan untuk posttest terdapat 15 siswa atau 48,39% siswa yang tidak
tuntas dan 16 siswa atau 51,65% yang termasuk kategori tuntas.
Untuk lebih jelasnya, data ketuntasan siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan
strategi What’s My Line ber-LKS induktif dan
kelas kontrol menggunakan strategi konvensional ber-LKS induktif.
Gambar 1 Diagram ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
Berdasarkan hasil penelitian statistik deskriptif untuk pretest pada kelas eksperimen
yang menggunakan strategi What’s My Line
ber-LKS induktif memiliki nilai minimum 6,67, nilai maksimum 46,67 dengan strandar deviasi 10,64 dan untuk pretest pada kelas kontrol yang menggunakan strategi konvensional ber-LKS Induktif memiliki nilai minimum 6,67, nilai maksimum 46,67 dengan standar deviasi 10,88. Dari hasil data pretest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki pengetahuan dasar yang sama atau homogen.
Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen yang telah menggunakan strategi
What’s My Line ber-LKS induktif diperoleh
data posttest nilai minimum 50,00 dan nilai maksimum 93,33 serta standar deviasi 11,87. Sedangkan pada kelas kontrol yang telah menggunakan strategi konvensional ber-LKS induktif diperoleh data posttest nilai minimum 50,00 dan nilai maksimum 90,00 serta standar deviasi 11,56. Hal ini menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
diajar dengan strategi What’s My Line ber-LKS
induktif lebih tinggi dibandingkan nilai hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang
menggunakan strategi konvensional ber-LKS induktif.
Jika dikaitkan dengan kategori tuntas dan tidak tuntas, maka persentase ketuntasan pada kelas eksperimen untuk data posttest yang diajar
dengan menggunakan strategi What’s My Line
ber-LKS induktif memperoleh persentase 32,26% untuk kriteria tidak tuntas dan 67,74% untuk kriteria tuntas. Sedangkan persentase ketuntasan pada kelas kontrol yang menggunakan strategi konvensional ber-LKS
induktif memperoleh persentase 48,39 untuk kriteria tidak tuntas dan 51,61% untuk kriteria tuntas. Dari hasil persentase tersebut menunjukkan ketuntasan kelas pada kelas
eskperimen yang menggunakan strategi What’s
My Line ber-LKS induktif memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan persentase ketuntasan kelas kontrol yang menggunakan strategi konvensional ber-LKS induktif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan bantuan SPSS 16,0 dengan Analisis Of Covariance (Anacova) dengan kriteria pengujian
jika signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka
tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar dengan strategi What’s My Line
LKS induktif dengan strategi konvensional ber-LKS induktif pada materi pokok sistem koloid.
Sebaliknya jika signifikansi lebih kecil dari α =
0,05 maka terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar dengan strategi What’s My Line
LKS induktif dengan strategi konvensional ber-LKS induktif pada materi pokok sistem koloid. Dari hasil pengujian diatas diperoleh nilai
signifikansi 0,03, yang berarti lebih kecil dari α
= 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
diajar dengan strategi What’s My Line ber-LKS
induktif dengan strategi konvensional ber-LKS induktif pada materi pokok sistem koloid. 0 10 20 30 40 50 60 70 80
tuntas tidak tuntas
eksperimen kontrol
Hasil belajar siswa yang lebih tinggi pada kelas yang diajar dengan menggunakan strategi
What’s My Line ber-LKS induktif karena
strategi ini memberi kesempatan bagi siswa untuk mengulas kembali materi yang baru saja diajarkan. Selain itu, materi yang menggunakan strategi ini adalah materi sistem koloid. Materi sistem koloid sangat cocok diajarkan
menggunakan strategi What’s My Line ber-LKS
induktif terbukti dengan hasil belajar siswa yang lebih tinggi dibandingkan strategi konvensional ber-LKS induktif. selain itu, strategi ini akan menempatkan siswa dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu sama lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dapat mengulas kembali materi yang baru saja diajarkan. Strategi ini juga memberi penguatan terhadap materi yang baru saja dipelajari karena siswa dapat saling menguji satu sama lain sehingga strategi ini membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu pada hari pertama, siswa masih harus dibimbing lebih lanjut pada saat permainan karena masih ada siswa yang kurang mengerti dengan permainan ini. Akan tetapi, pada hari kedua dan seterusnya siswa sudah lebih menguasai permainan What’s My Line ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karmila (2010), yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran
What’s My Line dapat meningkatkan motivasi
dan minat siswa dalam belajar sehingga memberi efek yang positif terhadap hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nirmala (2009) yang menggunakan media karton, hasil belajar yang dicapai pada media kartun lebih tinggi dibanding hasil belajar pada strategi konvensional. Hal ini disebabkan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi perhatian dan minat. Belajar dengan media karton akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan merasa tidak bosan belajar sambil bermain. Sedangkan faktor eksternalnya adalah alat/media pembelajaran. Media ini merupakan alternatif untuk memperlancar penerimaan bahan pelajaran dengan memafaatkan sumber di sekitarnya.
Hasil belajar yang rendah pada strategi konvensional ber-LKS induktif karena dalam strategi ini guru hanya menjelaskan materi tanpa
melihat kondisi siswa. Siswa memiliki berbagai macam karakter dalam belajar, siswa yang cenderung bosan dengan hanya mendengarkan tanpa sedikit variasi dalam belajar dan ada pula siswa yang serius mendengarkan penjelasan guru hanya di awal proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar dengan strategi What’s My Line
KS induktif dengan strategi konvensional ber-LKS induktif pada materi pokok sistem koloid
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh strategi pembelajaran berLKS induktif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA MAN Malakaji Gowa pada materi sistem koloid.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti yaitu: Sebaiknya proses belajar mengajar pada materi pokok sistem koloid menggunakan strategi What’s My Line ber-LKS induktif. Dan diharapkan guru bidang studi lebih kreatif dalam memilih strategi yang sesuai untuk materi tertentu agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Karmila. 2010. Pengaruh Strategi What’s My
Line terhadap terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Kartika Wirabuana 1 Makassar. Skripsi. Universitas Negeri Makassar: Makassar Nirmala, Andi. 2009. Pengaruh Pembelajaran
Dengan Media Karton Terhadap Hasil Belajar Siswa pada siswa kelas XI SMA Negeri I Sungguminasa. Skripsi. FMIPA UNM: Makassar.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
91