• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Nilai Tambah Produk Asam Sunti Semi Basah dan Bubuk

mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan. Nilai tambah dalam proses pengolahan buah belimbing wuluh menjadi produk asam sunti semi basah dan akhirnya menghasilkan bubuk asam sunti bertujuan untuk melihat apakah produk ini memiliki nilai tambah, sehingga layak untuk diproduksi dalam skala yang lebih besar. Prosedur perhitungan nilai tambah yang dicari adalah berdasarkan dari perlakuan terbaik asam sunti semi basah dan bubuk asam sunti yang dihasilkan, sehingga nantinya dapat diketahui apakah proses pengolahan dari perlakuan yang terpilih memiliki nilai tambah baik terhadap bahan baku yang diolah atau faktor produksi lain yaitu tenaga kerja dan sumbangan input lain. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan asam sunti adalah buah belimbing wuluh yang dibeli dengan harga Rp 5000/kg, sedangkan asam sunti semi basah yang akan dijadikan dalam bentuk bubuk biasanya dijual dengan harga Rp 35000/kg. Harga bahan baku merupakan salah satu faktor yang nantinya akan mempengaruhi nilai tambah suatu aktifitas produksi. Tenaga kerja diukur berdasarkan standar Hari Orang Kerja (HOK) yaitu delapan jam perhari yang

terlibat dalam satu kali proses produksi. Nilai tenaga kerja menggambarkan produktifitas tenaga kerja yaitu efisiensi penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi belimbing wuluh menjadi asam sunti maupun pengolahan asam sunti menjadi bubuk. Biasanya tenaga kerja memperoleh upah langsung yang diterima pada saat pengolahan produk dengan hitungan Rp/HOK. Sedangkan sumbangan input lain diperoleh dari biaya pemakaian input lain per kilogram bahan baku, yang mana sumbangan input lain merupakan persentase input lain terhadap marjin.

Proses pengolahan belimbing wuluh menjadi asam sunti adalah melalui tahapan penyortiran, pencucian, penggaraman dan pengeringan. Waktu kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg bahan baku (belimbing wuluh) dibutuhkan waktu 55 menit setara dengan 0.11 HOK dengan asumsi 1 hari kerja adalah 8 jam. Bila upah tenaga kerja per HOK adalah Rp 20000 maka biaya untuk tenaga kerja adalah 2200/kg. Sumbangan input dari pembuatan asam sunti semi basah adalah bahan tambahan berupa garam, air dan alat pengering mekanis yang besarnya untuk 1 kg bahan baku adalah Rp 6840, secara rinci dapat dilihat di Lampiran 79. Hasil perhitungan nilai tambah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Asam Sunti Semi Basah

Variabel Nilai

I. Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 0.5074

2. Input (Kg) 1

3. Tenaga Kerja (HOK) 0.1100

4. Faktor Konversi 0.5074

5. Koefisien Tenaga Kerja 0.1100

6. Harga Output (Rp/Kg) 35000

7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) 2200

II. Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku 5000

9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 6840

10. Nilai Output 17759

11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 5919

b. Rasio Nilai Tambah (%) 33.3296

12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) 242

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 4.0885

13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 5677

b. Tingkat Keuntungan (%) 95.9115

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) 12759

a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 1.8967

b. Sumbangan Input Lain (%) 53.6092

c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 44.4941

Hasil analisis nilai tambah, menunjukkan bahwa komponen sumbangan input lain mempunyai persentase yang cukup tinggi terhadap margin yang dihasilkan yaitu sebesar 53.61%. Biaya penggunaan alat pengering mekanis merupakan komponen utama pada sumbangan input lain yaitu sebesar 76% (Rp 5240 dari Rp 6840). Hal ini mengindikasikan bahwa biaya alat pengering mekanis sangat berperan dalam membentuk nilai tambah. Hasil analisis nilai tambah juga menunjukkan persentase keuntungan bagi pemilik usaha yang cukup tinggi yaitu 44.49%, hal ini berarti bahwa peluang usaha pembuatan asam sunti secara mekanis dapat memberikan kegiatan yang menguntungkan. Dari rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 33.33%, maka dapat dikategorikan bahwa proses produksi asam sunti memiliki nilai tambah yang sedang (Sari, 2011).

Pada proses pengolahan asam sunti semi basah menjadi bubuk asam sunti dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu proses pengecilan ukuran (blender), pemerasan, pencampuran dan pengadukan, serta pengeringan dengan menggunakan spray dryer. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses tersebut adalah 1 orang yang membutuhkan waktu 65 menit untuk melakukan kegiatan pengolahan ½ kg asam sunti menjadi bubuk yang setara dengan 0.14 HOK bila diasumsikan 1 hari kerja adalah 8 jam. Upah tenaga kerja per HOK diasumsikan Rp 20000, maka untuk 1 kg bahan baku yang diolah tenaga kerja mendapatkan upah sebesar 2800/kg. Dalam proses pengolahan bubuk asam sunti tidak terlepas dari bahan penunjang lainnya seperti dekstrin, air dan biaya sewa alat sebagai sumbangan input lain terhadap proses pengolahan sebesar Rp 12240 untuk 1 kg bahan baku. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 80. Hasil perhitungan nilai tambah disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Bubuk Asam Sunti

Variabel Nilai

I. Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) 0.1640

2. Input (Kg) 0.5000

3. Tenaga Kerja (HOK) 0.1400

4. Faktor Konversi 0.3280

5. Koefisien Tenaga Kerja 0.2800

6. Harga Output (Rp/Kg) 126000

7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) 2800

II. Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 17500

9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 12240

10. Nilai Output 41328

11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 11588

b. Rasio Nilai Tambah (%) 28.0391

12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) 784

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 6.7656

13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 10804

b. Tingkat Keuntungan (%) 93.2344

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) 23828

a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 3.2902

b. Sumbangan Input Lain (%) 51.3681

Nilai tambah yang diperoleh pada pengolahan asam sunti semi basah menjadi bubuk asam sunti dapat dilihat pada tabel 7. Produksi bubuk untuk satu kali proses sebesar 0.164 kg, yang dihasilkan dari 0.500 kg asam sunti semi basah. Sehingga faktor konversi yang diperoleh adalah sebesar 0.33 karena disebabkan adanya penambahan bahan penolong seperti dekstrin dan air. Persentase yang diperoleh dari sumbangan input lain terhadap marjin adalah sebesar 51.37%, sedangkan persentase keuntungan bagi pemilik usaha yaitu 45.34%. Marjin yang didistribusikan untuk sumbangan input lain merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja langsung dan keuntungan pemilik usaha. Hal ini disebabkan penggunaan alat pengering merupakan komponen utama pada sumbangan input lain yaitu sebesar 61% (Rp 7500 dari Rp 12240). Persentase sumbangan input lain yang lebih besar mengindikasikan bahwa penggunaan alat pengering berperan dalam proses produksi yang dilakukan. Rasio nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan bubuk yaitu 28.04%, maka dapat dikategorikan bahwa proses produksi bubuk asam sunti juga memiliki nilai tambah yang sedang (Sari, 2011).

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada kedua produk tersebut, terlihat bahwa rasio nilai tambah dari pengolahan belimbing wuluh menjadi asam sunti semi basah lebih besar dibandingkan dengan rasio nilai tambah pengolahan asam sunti menjadi bubuk. Hal ini disebabkan rendemen yang dihasilkan untuk produk asam sunti lebih tinggi dibandingkan dengan produk bubuk. Tetapi kedua proses produksi dapat dilakukan karena masih memiliki keuntungan bagi pelaku usaha walaupun nilai tambah yang dihasilkan berkategori sedang (rasio nilai tambah 15% - 40%).

Dokumen terkait