• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai

mata uang sesuatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.

Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sejumlah uang domestik yang

dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing.23

Menurut Douglas Greenwald (1982:430) exchange rates (nilai tukar

uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah

catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam

harga mata uang domestik (domestic currency) begitu pula sebaliknya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang

mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang yang lainnya

dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan

internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka

22

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 139

23

Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), cetakan ke-20, hal 397

pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas

hukum.24

Kebijakan nilai tukar uang dalam islam dapat dikatakan menganut sistem “managed floating”, dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri) karena

pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali jika

terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa

dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari

kebijakan pemerintah yang tepat.25 2. Sistem Nilai Tukar di Indonesia

Secara umum dapat disimpulkan nilai tukar uang yang digunakan oleh

Indonesia sejak periode 1964 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku

di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali yaitu:

a. Sistem Nilai Tukar Tetap

Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dimana lembaga

otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestic

terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa

memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing

yang terjadi.

b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali

Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah

mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran

24

M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 107

25

valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas

moneter dan neraca pembayaran. Dengan sistem tersebut, Bank

Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di

pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar

rupiah, maka BI melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi

batas atas atau batas bawah spread.

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas

Nilai tukar mengambang bebas, di mana pemerintah tidak

mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar

diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Indonesia mulai

menerapkan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas pada

periode 1997 hingga sekarang. Sejak pertengahan Juli 1997, rupiah

mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai

rupiah terhadap US dollar.26

Apabila suatu negara mengalami defisit neraca perdagangan yaitu nilai

impor lebih besar daripada nilai ekspornya, maka kurs mata uangnya akan

meningkat atau dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami penurunan

(depresiasi) artinya bahwa nilai mata uang suatu negara menjadi semakin

rendah dibandingkan mata uang mitra dagangnya. Dan sebaliknya jika suatu

negara mengalami surplus neraca perdagangan dimana nilai ekspornya lebih

26

besar daripada nilai impornya, maka kurs mata uangnya akan menurun atau

dengan kata lain nilai mata uangnya mengalami peningkatan (apresiasi).27 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat,

hubungan ekonomi antar negara akan menjadi saling terkait dan

mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta

modal antar negara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain,

secara tidak langsung akan berdampak ada indikator suatu negara. Dengan

diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/bebas (free floating

system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak

masa itu naik turunnya nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya sistem

nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan.

Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat

menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara

pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah

terhadap US$ dan berada kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200 er US$. Nilai

tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan

APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi

dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan

27

pinjaman dan pembayaran utang luar negeri, penerimaan minyak dan

pemberian subsidi BBM.28

Hubungan Nilai Tukar Rupiah Dengan Pembiayaan Mudharabah

Menurut Khamdi (2013) nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan negatif

terhadap pertumbuhan pembiayaan di BPRS. Melemahnya nilai tukar rupiah

menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam menjalankan usahanya

terutama bagi mereka yang menggunakan bahan baku dari luar negeri atau

menjual barangnya ke pasar ekspor. Pengelolaan nilai tukar rupiah yang

realistis dan perubahan yang cukup rendah dapat memberikan kepastian dunia

usaha sebagaimana yang terjadi pada beberapa waktu terakhir merupakan

suatu hal yang penting dalam peningkatan investasi maupun kegiatan yang

berorientasikan pada ekspor. Keadaan tersebut pada gilirannya akan

mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha yang produktif

sehingga dapat mendorong perkembangan perbankan yang sehat.29

G. Tingkat Bagi Hasil

Dokumen terkait