• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Tukar Petani

Dalam dokumen Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Peta (1) (Halaman 78-102)

BAB III. KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

3.2. Nilai Tukar Petani

Diagram Timbang

Dalam penghitungan NTP selama ini digunakan diagram timbang yang merupakan bobot/nilai masing-masing jenis barang/jasa yang termasuk dalam paket komoditas dibandingkan dengan subkelompok/ kelompok/total seluruh barang/jasa. Diagram timbang tersebut disusun pada tahun dasar, yang dalam analisis ini digunakan tahun dasar 2007 dan 2012. Berdasarkan Survei Pengembangan Diagram Timbang (SPDT) tahun 2007 dan 2012 menunjukkan keragaan sebagai berikut:

Tabel 3.10. Persentase Konsumsi dan Biaya produksi dan

Penambahan Barang Modal (BPPBM), SPDT 2007 dan 2012

SPDT 2007 SPDT 2012 I Tanaman Pangan

- Konsumsi 80.51 72.48

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 19.49 27.52 II Tanaman Hortikultura

- Konsumsi 81.22 71.68

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 18.78 28.32 III Tanaman Perkebunan Rakyat

- Konsumsi 77.56 79.57

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 22.44 20.43 IV Peternakan

- Konsumsi 65.24 42.22

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 34.76 57.78 Sumber : Survei Penyempurnaan Diagram Timbang (SPDT), BPS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

Dari tabel 3.10 diatas, menunjukkan komponen pengeluaran rumah tangga tani atau yang disebut indeks yang dibayar oleh petani umumnya pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk biaya usahatani (biaya produksi dan penambahan barang modal). Besarnya persentase pengeluran konsumsi rumah tangga tani antara 42,22% (sub sektor peternakan, SPDT 2012) sampai 81,22% (sub sektor hortikultura, SPDT 2007), sementara persentase untuk biaya produksi dan penambahan barang modal dari 18,78% (sub sektor hortikultura, SPDT 2007) sampai 57,78% (sub sektor peternakan, SPDT 2012). Hal ini menunjukkan apabila terjadi kenaikan harga kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga yang cukup besar akan cepat mempengaruhi indeks yang dibayar petani, terutama pada sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

Selanjutnya bila dilihat lebih rinci pada komponen konsumsi yang dikeluarkan rumah tangga tani, pengeluaran terbesar adalah untuk konsumsi makanan sekitar 60-66%, sementara pengeluaran non makanan sekitar 34-40% dengan komponen terbesarnya untuk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sekitar 12-14% dan transportasi dan komunikasi tahun 2012 terlihat meningkat cukup besar (Tabel 3.11).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 64

Tabel 3.11. Persentase Komponen Konsumsi Makanan dan Non Makanan per Sub Sektor Pertanian, 2007 dan 2012

(%) 2007 2012 2007 2012 2007 2012 2007 2012 Umum/Total 100 100 100 100 100 100 100 100 Makanan 66.37 62.06 66.24 62.55 65.99 62.66 63.83 59.98 Bahan Makanan 47.54 40.03 47.46 41.52 48.73 42.72 46.12 39.49 Makanan Jadi 18.83 22.03 18.78 21.03 17.26 19.94 17.71 20.48 Non Makanan 33.63 37.94 33.76 37.45 34.01 37.34 36.17 40.02

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar 12.77 11.73 12.84 11.47 12.63 11.88 13.93 12.02 Sandang 6.06 4.51 6.13 4.84 6.03 4.85 6.35 4.77 Kesehatan 4.1 5.46 4.03 4.91 3.72 4.63 4.06 5.22 Pendidikan, Rekreasi, dan

Olahraga 4.06 4.63 4.12 4.34 4.76 4.25 4.86 5.03 Transportasi dan Komunikasi 6.64 11.61 6.63 11.89 6.86 11.73 6.97 12.99 Sumber : Survei Penyempurnaan Diagram Timbang (SPDT), BPS

Kelompok Konsumsi

Tanaman Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

Sementara bila dilihat komponen biaya usahatani yang terdiri dari biaya produksi dan penambahan barang modal terlihat, persentase pengeluaran terbesar pada usahatani sub sektor tanaman pangan dan perkebunan digunakan untuk upah buruh tani sekitar 30,37% sampai 44,85% disusul persentase pengeluaran untuk pupuk dan obat-obatan sebesar 24,65% - 29,03%. Sedangkan pada usahatani sub sektor hortikultura dan peternakan, persentase pengeluaran terbesar untuk pupuk, obat-obatan dan pakan sebesar 29,98% (sub sektor hortikultura) sampai 46,02%(sub sektor peternakan), disusul pengeluaran barang modal dan bibit untuk sub sektor peternakan dan pengeluaran upah buruh tani pada sub sektor hortikukltura. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

Tabel 3.12. Persentase Komponen Biaya produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) per Sub Sektor Pertanian , 2007 dan 2012

(%)

2007 2012 2007 2012 2007 2012 2007 2012

Total 100 100 100 100 100 100 100 100

1. Bibit 6.61 8.96 8.63 12.55 3.7 2.54 15.13 18.27

2. Pupuk, obat-obatan dan pakan

24.65 25.25 29.98 30.6 27.2 29.03 31.63 46.02

3. sewa lahan, pajak dan pengeluaran lain

7.52 13.03 7.54 14.14 7.3 9.31 10.89 8.15

4. Transportasi 4.54 4.88 17.84 9.84 13.35 13.41 7.63 3.63

5. Barang Modal 11.83 8.22 11.94 10.79 18.08 10.56 24.71 16.98

6. Upah Buruh 44.85 39.66 24.07 22.08 30.37 35.15 10.01 7.31

Sumber : Survei Penyempurnaan Diagram Timbang (SPDT), BPS

Kelompok BPPBM

Tanaman Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

NTP Nasional

NTP merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (IT) dengan Indeks harga yg dibayar petani (IB) untuk konsumsi rumah tangganya dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.

NTP dapat digunakan sebagai salah satu proxy untuk melihat tingkat

kesejahteraan petani secara cepat dan near real time, dengan asumsi

kesamaan kuantitas produksi antar waktu.

Pada tahun 2011, nilai IT pertanian luas secara nasional sebesar 138,90 yang menunjukkan adanya peningkatan rata-rata tingkat harga produk pertanian sebesar 38,90% dibandingkan dengan rata-rata tingkat harga produk yang sama pada tahun dasar 2007. Kenaikan rata-rata tingkat harga produk pertanian ini terus terjadi hingga tahun 2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,54% per tahun. Pada tahun 2013, nilai IT nasional menjadi sebesar 154,69 atau terjadi kenaikan rata-rata tingkat harga produk pertanian sebesar 54,69% dibandingkan tahun dasar 2007.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 66

Demikian pula, nilai IB pada periode tahun 2011 - 2013 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 5,36%. Pada tahun 2011, nilai IB mencapai 132,81 yang artinya rata-rata tingkat harga kebutuhan petani tahun 2011 naik sebesar 32,81% dibanding tingkat harga kebutuhan petani tahun 2007. Pada tahun 2013, nilai IB menjadi sebesar 147,40 atau naik 47,40 dibandingkan tingkat harga kebutuhan petani pada tahun 2007.

Laju peningkatan nilai IT yang lebih besar dari nilai IB menyebabkan NTP nasional pada periode tahun 2011 - 2013 hanya naik dengan rata-rata sebesar 0,19% per tahun. NTP nasional pada

tahun 2011 sebesar 104,58 yang menunjukkan bahwa daya beli riil

petani pada tahun 2011 lebih tinggi 4,58% dibanding daya beli riil tahun 2007. Pada tahun 2013, NTP nasional gabungan naik menjadi sebesar 104,95 yang menunjukkan bahwa daya beli riil petani pada tahun 2013 lebih tinggi 4,95% dibanding daya beli riil tahun 2007.

Angka NTP nasional gabungan selama periode tahun 2011 –

2013 selalu berada diatas nilai 100, menunjukkan bahwa pendapatan petani naik lebih besar dibandingkan dengan pengeluarannya. Dengan asumsi volume produksi petani sama, maka dapat dikatakan bahwa kesejahteraan petani pada periode tersebut meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2007. Keragaan IT, IB dan NTP nasional tahun

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

Tabel 3.13. Perkembangan IT, IB, NTP dan NTUP Nasional (Tahun

dasar 2007=100), 2011– 2013 2011 2012 2013 Nasional 1 IT 138.90 145.75 154.69 5.54 2 IB 132.81 138.49 147.40 5.36 3 NTP 104.58 105.24 104.95 0.18

Nasional Pertanian Sempit

1 IT 139.15 146.33 155.43 5.69 2 IB 133.27 139.06 148.15 5.44 3 NTP 104.41 105.23 104.92 0.24

Nasional Usaha Pertanian

1 IT 138.90 145.75 154.69 5.54 2 IB (BPPBM) 124.47 128.00 132.39 3.13 3 NTUP 111.59 113.87 116.85 2.33

Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No. Uraian

Tahun Pertumbuhan (%)

2011 – 2013

Perhitungan nilai IT, IB dan NTP nasional sektor pertanian sempit hanya mencakup sub sektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan, tanpa memperhitungkan sub sektor perikanan. Nilai IT nasional pertanian sempit pada periode

tahun 2011 – 2013 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar

5,69%, sementara nilai IB mengalami peningkatan sebesar 5,44%. Laju peningkatan nilai IT yang lebih besar dari nilai IB menyebabkan NTP nasional pertanian sempit hanya mengalami peningkatan sebesar 0,24% pada periode tersebut. NTP nasional pertanian sempit tahun 2013 sebesar 104,92 menunjukkan bahwa daya beli riil petani sektor pertanian sempit lebih tinggi 4,92% dibanding daya beli riil tahun 2007 (Tabel 3.13).

Nilai Tukar Usaha Pertanian adalah nilai tukar yang mempertimbangkan pengeluaran hanya dari usaha taninya yakni biaya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 68

memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Seperti

telah disebutkan sebelumnya, nilai IT selama periode 2011 – 2013 naik

sebesar 5,54%, sementara nilai IB dari usaha taninya naik sebesar 3,13%. Laju peningkatan nilai IT yang lebih besar dari biaya usaha tani yang dikeluarkan mengakibatkan NTUP mengalami peningkatan sebesar 2,33% pada periode tersebut. NTUP pada tahun 2013 sebesar 116,85 yang menunjukkan bahwa pendapatan petani lebih besar dibandingkan nilai pengeluaran dari usaha taninya (Tabel 3.27)

Perkembangan NTP dan NTUP nasional pertanian luas secara

bulanan selama periode 2008 – 2013 menunjukkan pola berfluktuatif

namun cenderung meningkat dengan rata-rata masing-masing sebesar 0,06% dan 0,21%. Laju peningkatan NTUP yang lebih besar dari laju peningkatan NTP menyebabkan makin besarnya perbedaan nilai NTP dan NTUP dari bulan ke bulan. Hal ini menunjukkan terjadinya laju peningkatan yang lebih besar untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dibandingkan laju peningkatan pengeluaran untuk biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) pada periode tersebut. Dengan asumsi bahwa volume kebutuhan rumah tangga adalah tetap, maka menggambarkan laju peningkatan harga barang konsumsi rumah tangga lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan harga barang produksi untuk keperluan usaha taninya.

Perkembangan NTP dan NTUP bulanan selama periode 2008 – 2013

seperti yang tersaji pada Gambar 3.9 menunjukkan bahwa setelah periode Agustus 2008 terjadi peningkatan kesejahteraan petani yang cukup signifkan dibandingkan kondisi tahun 2007.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

Gambar 3.9. Perkembangan NTP dan NTUP bulanan, 2008 – 2013

(Tahun dasar 2007 = 100)

NTP dan NTUP Menurut Sub Sektor

Selama periode tahun 2011 – 2013, nilai IT pada sub sektor

tanaman pangan mengalami peningkatan sebesar 6,67%, yang ditunjukkan oleh kenaikan rata-rata tingkat harga padi dan palawija selama periode tahun 2011 - 2013 masing-masing sebesar 6,48% dan 7,23%. Pada tahun 2013, nilai IT mencapai 157,44, yang menunjukkan rata-rata tingkat harga produk pertanian pada tahun 2013 naik sebesar 57,44% dibandingkan rata-rata tingkat harga produk yang sama pada tahun 2007. Pada periode yang sama, nilai IB sub sektor tanaman pangan menunjukkan peningkatan dengan rata-rata sebesar 5,75%, yang ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga barang konsumsi rumah tangga dan harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-nasing sebesar 6,12% dan 4,07%. Pada tahun 2013, nilai IB sub sektor tanaman pangan mencapai 150,45 yang berarti tingkat harga kebutuhan petani pada tahun 2013 naik 50,45% dibanding tingkat harga kebutuhan petani tahun 2007. Kenaikan IT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 70

yang lebih besar dibandingkan kenaikan IB pada periode tahun 2011 –

2013 menyebabkan NTP sub sektor tanaman pangan pada periode tersebut hanya naik dengan rata-rata sebesar 0,88% per tahun. NTP sub sektor tanaman pangan pada tahun 2013 mencapai 104,65. Dengan asumsi volume produksi petani pada sub sektor tanaman pangan adalah sama, maka dapat dikatakan bahwa kesejahteraan petani tanaman pangan pada tahun 2013 meningkat 4,65% dibandingkan dengan kondisi tahun 2007. Demikian pula nilai NTUP sub sektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan selama periode 2011- 2013 sebesar 2,49%. NTUP sub sektor tanaman pangan pada tahun 2013 mencapai 113,55 yang menunjukkan bahwa kesejahteraan petani dari usaha pertanian tanaman pangan tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 13,55% dibandingkan kondisi tahun 2007 (Tabel 3.14).

Tabel 3.14. Perkembangan IT, IB, NTP dan NTUP Sub Sektor

Tanaman Pangan (Tahun dasar 2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 IT 138.37 147.41 157.44 6.67

- Padi 134.58 144.00 152.59 6.48

- Palawija 146.23 155.15 168.11 7.23

2 IB 134.56 140.78 150.45 5.75

- Konsumsi Rumah Tangga 136.20 142.72 153.36 6.12

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 127.99 133.01 138.64 4.07

3 NTP 102.83 104.71 104.65 0.88

4 Nilai Tukar Usaha Pertanian 108.09 110.82 113.55 2.49

Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No Sub Sektor

Tahun Pertumbuhan

(%) 2011 – 2013

Pada sub sektor hortikultura, laju peningkatan IT yang lebih kecil

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

menyebabkan nilai NTP pada periode tersebut mengalami penurunan sebesar 0,61%, yang menunjukkan adanya penurunan kesejahteraan petani hortikultura pada periode tersebut. Peningkatan nilai IT merupakan kontribusi dari naiknya indeks harga jual komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan masing-masing sebesar 4,48% dan 5,27%. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2007, terjadi peningkatan kesejahteraan petani yang ditunjukkan oleh pencapaian NTP tahun

2013 sebesar 108,29. Pada periode tahun 2011 – 2013, NTUP

hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,32% dan lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan NTP. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan tingkat harga barang-barang konsumsi rumah tangga demikian pula bobot hasil SPDT. NTUP hortikultura pada tahun 2013 mencapai 122,93 yang

menunjukkan adanya peningkatan tingkat kesejahteraan petani

hortikultura pada tahun 2013 sebesar 22,93% dibanding tingkat kesejahtaraan pada tahun 2007 (Tabel 3.15).

Tabel 3.15 Perkembangan IT, IB, NTP dan NTUP Sub Sektor

Hortikultura (Tahun dasar 2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 IT 145.11 151.46 160.21 5.08

- Sayur-sayuran 147.43 154.35 160.95 4.48

- Buah-buahan 143.67 149.44 159.19 5.27

2 IB 133.20 138.92 147.95 5.40

- Konsumsi Rumah Tangga 135.38 141.72 151.98 5.96

- Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 123.59 126.58 130.31 2.68

3 NTP 108.95 109.03 107.62 -0.61

4 Nilai Tukar Usaha Pertanian 117.41 119.65 122.93 2.32

Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No Sub Sektor

Tahun Pertumbuhan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 72

Hal sama terjadi pada sub sektor perkebunan rakyat, dimana laju peningkatan nilai IT yang lebih kecil dibandingkan laju peningkatan

nilai IB pada periode 2011 – 2013 menyebabkan NTP sub sektor

perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 1,45%. Selama periode tersebut, rata-rata tingkat harga produk perkebunan atau nilai IT hanya naik 3,53%, sementara rata-rata tingkat harga kebutuhan petani kebun atau nilai IB naik 5,07%. Kenaikan nilai IB pada periode ini adalah kontribusi dari naiknya indeks konsumsi rumah tangga pekebun sebesar 5,81% serta naiknya indeks BPPBM sebesar 2,14%. NTP perkebunan rakyat pada tahun 2013 masih berada di atas nilai 100, yakni sebesar 104,21 yang menunjukkan terjadinya peningkatan kesejahteraan petani perkebunan rakyat pada tahun 2013 sebesar 4,21% dibandingkan kondisi tahun 2007. Sebaliknya, pada NTUP perkebunan periode 2011 - 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,36%, yang menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata tingkat harga BPPBM petani kebun masih lebih rendah dari peningkatan rata-rata tingkat harga produk perkebunan. NTUP perkebunan rakyat pada tahun 2013 mencapai 119,60 yang berarti bahwa tanpa memperhatikan pengeluaran konsumsi rumah tangga, petani perkebunan rakyat mengalami peningkatan kesejahteraan sebesar 19,60% dibandingkan kondisi tahun 2007 (Tabel 3.16).

Tabel 3.16. Perkembangan IT, IB, NTP dan NTUP Sub Sektor

Perkebunan Rakyat (Tahun dasar 2007=100), 2011–

2013

2011 2012 2013

1 IT 141.46 145.20 151.62 3.53

- Tanaman Perkebunan Rakyat 141.46 145.20 151.62 3.53

2 IB 131.85 137.11 145.53 5.07

- Konsumsi Rumah Tangga 134.95 141.10 151.05 5.81 - Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 121.51 123.68 126.77 2.14

3 NTP 107.29 105.90 104.21 -1.45

4 Nilai Tukar Usaha Pertanian 116.42 117.40 119.60 1.36

Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No Sub Sektor

Tahun Pertumbuhan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

Selama periode tahun 2011 - 2013 terjadi kenaikan harga jual produk peternakan sebesar 5,22%, yakni karena naiknya harga jual ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak. Sementara kenaikan harga barang konsumsi dan biaya produksi dan penambahan barang modal sub sektor peternakan hanya naik 4,74%. Karena kondisi tersebut, maka tejadi kenaikan NTP sub sektor peternakan atau kenaikan kesejahteraan peternak (dengan asumsi volume produksi pada periode tersebut sama) sebesar 0,45%. NTP sub sektor peternakan pada tahun 2013 mencapai 102,13 yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan peternak sebesar 2,13% dibandingkan tahun 2007. NTUP sub sektor peternakan tahun 2013 mencapai 115,81 menunjukkan bila tanpa memperhatikan pengeluaran peternak untuk konsumsi rumah tangga maka terjadi kenaikan kesejahteraan peternak sebesar 15,81% dibandingkan tahun 2007 (Tabel 3.17).

Tabel 3.17. Perkembangan IT, IB, NTP dan NTUP Sub Sektor

Peternakan (Tahun dasar 2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013 1 IT 131.60 136.65 145.68 5.22 - Ternak Besar 124.33 129.62 139.78 6.04 - Ternak Kecil 143.04 149.25 157.95 5.08 - Unggas 135.45 139.63 147.63 4.41 - Hasil Ternak 140.03 145.37 153.12 4.57 2 IB 130.02 134.85 142.62 4.74

- Konsumsi Rumah Tangga 134.58 141.15 151.41 6.08 - Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 121.29 122.77 125.77 1.83

3 NTP 101.22 101.33 102.13 0.45

4 Nilai Tukar Usaha Pertanian 108.50 111.30 115.81 3.32

Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No Sub Sektor

Tahun Pertumbuhan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 74

Gambar 3.10. Perkembangan NTP Menurut Sub Sektor,

2011 – 2013 (Tahun dasar 2007 = 100)

Selama periode tahun 2011-2013, NTP hortikultura dan perkebunan mengalami penurunan, sementara NTP tanaman pangan dan peternakan mengalami peningkatan. Selama periode tersebut, NTP tertinggi adalah pada sub sektor hortikultura, sementara yang terendah adalah NTP sub sektor peternakan (Gambar 3.10).

Gambar 3.11. Perkembangan NTUP Menurut Sub Sektor, 2011 – 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

Selama periode tahun 2011-2013, NTUP semua sub sektor mengalami peningkatan. Selama periode tersebut, NTUP tertinggi adalah pada sub sektor hortikultura, sementara yang terendah adalah NTUP sub sektor tanaman pangan (Gambar 3.11).

IT, IB, NTP dan NTUP Menurut Provinsi

Perkembangan rata-rata tingkat harga jual produk pertanian

atau IT selama periode 2011 – 2013 menunjukkan peningkatan di

semua provinsi. Peningkatan tertinggi dari harga jual produk pertanian atau IT pada periode tersebut adalah di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 7,84%, sedangkan terrendah adalah di Provinsi Jambi sebesar 1,45%. Apabila dibandingkan dengan tingkat harga jual produk pertanian pada tahun 2007, maka peningkatan tertinggi dari harga jual produk pertanian yang terjadi pada tahun 2013 adalah di Provinsi Lampung yang mencapai 75,03% dan terendah di Provinsi Jambi sebesar 27,78% (Tabel 3.18).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 76

Tabel 3.18. Perkembangan IT Menurut Provinsi (Tahun dasar

2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 Nanggroe Aceh Darussalam 133.38 134.498 141.46 3.01

2 Sumatera Utara 138.20 138.241 147.54 3.38 3 Sumatera Barat 141.05 141.471 150.29 3.27 4 Riau 131.69 132.371 137.86 2.33 5 Jambi 124.32 121.493 127.78 1.45 6 Sumatera Selatan 139.49 142.191 152.07 4.44 7 Bengkulu 144.39 145.14 153.33 3.08 8 Lampung 154.72 161.615 175.03 6.38 9 Bangka Belitung 117.57 119.872 129.05 4.81 10 Kep. Riau 126.31 129.831 136.23 3.86 11 Jawa Barat 144.18 150.818 167.53 7.84 12 Jawa Tengah 136.91 141.34 156.06 6.83 13 DI Yogyakarta 146.00 148.216 163.53 5.92 14 Jawa Timur 139.26 141.212 159.80 7.28 15 Banten 139.74 145.422 159.61 6.91 16 Bali 137.99 142.382 152.33 5.09

17 Nusa Tenggara Barat 128.41 131.608 136.56 3.13

18 Nusa Tenggara Timur 138.98 139.486 150.03 3.96

19 Kalimantan Barat 133.35 134.409 140.86 2.79 20 Kalimantan Tengah 133.78 135.46 142.10 3.08 21 Kalimantan Selatan 141.48 142.316 148.96 2.63 22 Kalimantan Timur 125.34 129.175 133.13 3.06 23 Sulawesi Utara 133.90 134.974 142.74 3.28 24 Sulawesi Tengah 132.59 134.214 142.39 3.66 25 Sulawesi Selatan 142.42 144.884 156.31 4.81 26 Sulawesi Tenggara 138.56 137.555 147.13 3.12 27 Gorontalo 130.33 131.416 137.57 2.76 28 Sulawesi Barat 137.59 137.426 145.93 3.03 29 Maluku 140.69 141.122 154.24 4.80 30 Maluku Utara 132.20 133.115 141.91 3.65 31 Papua Barat 130.71 130.08 136.96 2.40 32 Papua 129.95 132.983 138.99 3.42 Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

Tahun

No. Provinsi

Pertumbuhan (%) 2011 – 2013

Selama periode tahun 2011 – 2013, terjadi peningkatan rata-rata

tingkat harga kebutuhan petani di semua provinsi, dengan peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur yang mencapai 6,48%, sedangkan peningkatan terendah di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 2,93%. Apabila dibandingkan dengan rata-rata tingkat harga kebutuhan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

petani pada tahun 2007, maka peningkatan tertinggi rata-rata tingkat harga kebutuhan petani pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Timur yang mencapai 55,27%, sedangkan peningkatan terendah di Provinsi Bangka Belitung sebesar 28,41% (Tabel 3.19).

Tabel 3.19. Perkembangan IB Menurut Provinsi (Tahun dasar

2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 Nanggroe Aceh Darussalam 127.88 132.15 137.13 3.56

2 Sumatera Utara 133.64 139.28 148.18 5.31 3 Sumatera Barat 132.75 138.25 144.23 4.23 4 Riau 125.34 129.81 135.84 4.11 5 Jambi 129.17 133.75 143.66 5.48 6 Sumatera Selatan 127.24 132.73 138.21 4.22 7 Bengkulu 140.23 145.71 153.90 4.76 8 Lampung 127.35 134.10 140.29 4.96 9 Bangka Belitung 118.55 122.61 128.41 4.08 10 Kep. Riau 122.54 126.80 129.82 2.93 11 Jawa Barat 137.42 143.76 152.92 5.49 12 Jawa Tengah 130.58 137.76 147.27 6.20 13 DI Yogyakarta 126.83 132.84 140.02 5.07 14 Jawa Timur 136.99 143.39 155.27 6.48 15 Banten 133.33 137.98 144.87 4.24 16 Bali 129.54 135.98 142.04 4.71

17 Nusa Tenggara Barat 133.56 137.02 145.02 4.21

18 Nusa Tenggara Timur 135.98 140.74 151.39 5.53

19 Kalimantan Barat 129.94 135.81 143.74 5.18 20 Kalimantan Tengah 132.35 137.91 144.92 4.65 21 Kalimantan Selatan 130.51 135.75 141.21 4.02 22 Kalimantan Timur 126.93 131.80 140.11 5.07 23 Sulawesi Utara 129.73 135.67 142.06 4.64 24 Sulawesi Tengah 134.12 138.44 146.84 4.64 25 Sulawesi Selatan 132.99 137.97 145.40 4.56 26 Sulawesi Tenggara 128.75 133.80 138.68 3.79 27 Gorontalo 125.23 131.06 136.61 4.44 28 Sulawesi Barat 131.91 135.51 139.96 3.01 29 Maluku 134.23 139.22 146.03 4.30 30 Maluku Utara 130.80 134.39 141.34 3.96 31 Papua Barat 126.96 131.03 137.48 4.06 32 Papua 128.27 132.49 138.03 3.74 Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan

(%) 2011

– 2013

Selama periode tahun 2011 – 2013, hampir semua provinsi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 78

pertanian. Penurunan daya beli ril harga produk pertanian tertinggi di Provinsi Jambi sebesar 5,67%, dan penurunan terrendah di Provinsi Bali sebesar 0,03%. Sementara, peningkatan daya beli riil harga produk pertanian tertinggi di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,83% dan peningkatan terrendah di provinsi Bangka Belitung sebesar 0,01%.

Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2007, maka pada tahun 2013 terjadi penurunan kesejahteraan petani di Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, NTT. NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. Sementara, peningkatan kesejahteraan petani tertinggi terjadi di Provinsi Lampung yang meningkat sebesar 24,76%, dan terendah di Provinsi Maluku Utara yang hanya naik sebesar 0,43% dibandingkan tahun 2007. Pencapaian peningkatan kesejahteraan petani di Provinsi Lampung yang cukup besar dikarenakan laju peningkatan harga jual produk petani yang relatif lebih cepat (Tabel 3.20).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

Tabel 3.20. Perkembangan NTP Menurut Provinsi (Tahun dasar

2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 Nanggroe Aceh Darussalam 106.93 106.37 103.16 -1.77

2 Sumatera Utara 106.77 107.73 99.58 -3.33 3 Sumatera Barat 108.89 110.12 104.21 -2.12 4 Riau 106.49 108.93 101.50 -2.26 5 Jambi 100.28 99.58 88.98 -5.67 6 Sumatera Selatan 110.39 114.30 110.03 -0.10 7 Bengkulu 105.24 108.52 99.64 -2.53 8 Lampung 121.03 127.18 124.76 1.59 9 Bangka Belitung 100.56 103.61 100.49 0.01 10 Kep. Riau 104.94 107.89 104.93 0.03 11 Jawa Barat 105.76 111.21 109.55 1.83 12 Jawa Tengah 106.21 109.99 105.95 -0.05 13 DI Yogyakarta 114.63 117.84 116.79 0.95 14 Jawa Timur 103.80 108.00 102.91 -0.33 15 Banten 106.44 112.33 110.17 1.80 16 Bali 107.39 110.15 107.25 -0.03

17 Nusa Tenggara Barat 98.60 104.16 94.18 -1.97

18 Nusa Tenggara Timur 103.38 107.38 99.12 -1.91

19 Kalimantan Barat 103.90 104.28 98.01 -2.83 20 Kalimantan Tengah 104.91 107.25 98.05 -3.17 21 Kalimantan Selatan 109.54 112.16 105.50 -1.77 22 Kalimantan Timur 102.47 105.87 95.04 -3.46 23 Sulawesi Utara 104.50 108.06 100.50 -1.79 24 Sulawesi Tengah 100.21 105.70 96.99 -1.38 25 Sulawesi Selatan 106.97 112.21 107.52 0.36 26 Sulawesi Tenggara 107.21 109.37 106.10 -0.49 27 Gorontalo 105.26 106.18 100.72 -2.13 28 Sulawesi Barat 106.18 108.72 104.27 -0.85 29 Maluku 102.74 108.49 105.62 1.48 30 Maluku Utara 105.57 105.91 100.43 -2.42 31 Papua Barat 102.78 104.69 99.63 -1.49 32 Papua 102.70 107.18 100.71 -0.83 Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan

(%) 2011

– 2013

Apabila pengeluaran petani hanya mempertimbangkan rata-rata tingkat harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) atau tanpa mempertimbangkan tingkat harga biaya konsumsi rumah tangga, maka selama periode 2011- 2013 terjadi peningkatan kesejahteraan petani di semua provinsi, kecuali di Provinsi Sumatera Utara dan Jambi. Peningkatan kesejahteraan tertinggi di Provinsi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 80

Lampung sebesar 3,77%, dan terrendah di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,307%. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2007, maka pada tahun 2013 terjadi peningkatan kesejahteraan petani di semua provinsi, kecuali Provinsi Jambi yang turun sebesar 4,44%. Peningkatan kesejahteraan petani tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara yang naik sebesar 27%, dan terendah di Povinsi Sumatera Utara yang naik sebesar 5,65% (Tabel 3.21).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

Tabel 3.21. Perkembangan NTUP Menurut Provinsi (Tahun dasar

2007=100), 2011– 2013

2011 2012 2013

1 Nanggroe Aceh Darussalam 108.07 109.53 110.41 1.07

2 Sumatera Utara 105.85 104.81 105.65 -0.09 3 Sumatera Barat 113.25 113.60 114.74 0.66 4 Riau 102.30 103.28 103.23 0.46 5 Jambi 98.86 96.28 95.56 -1.68 6 Sumatera Selatan 116.05 118.66 120.83 2.04 7 Bengkulu 114.59 115.49 116.30 0.74 8 Lampung 121.61 127.11 130.94 3.77 9 Bangka Belitung 103.88 106.24 109.38 2.61 10 Kep. Riau 112.17 116.05 117.84 2.50 11 Jawa Barat 112.88 117.94 120.80 3.45 12 Jawa Tengah 109.36 111.11 114.00 2.10 13 DI Yogyakarta 117.91 120.83 125.06 2.99 14 Jawa Timur 108.83 110.97 114.73 2.68 15 Banten 106.53 111.05 114.44 3.65 16 Bali 112.46 115.81 117.56 2.25

17 Nusa Tenggara Barat 108.77 109.28 109.93 0.53

18 Nusa Tenggara Timur 113.33 115.89 116.56 1.42

19 Kalimantan Barat 113.42 114.67 114.10 0.30 20 Kalimantan Tengah 112.57 112.75 114.37 0.80 21 Kalimantan Selatan 116.49 117.88 118.27 0.76 22 Kalimantan Timur 107.56 109.50 110.18 1.21 23 Sulawesi Utara 114.38 115.03 117.76 1.47 24 Sulawesi Tengah 110.09 111.33 113.41 1.50 25 Sulawesi Selatan 120.90 123.26 125.11 1.72 26 Sulawesi Tenggara 123.47 124.86 127.00 1.42 27 Gorontalo 113.72 114.69 116.00 1.00 28 Sulawesi Barat 112.96 114.32 116.24 1.44 29 Maluku 124.23 127.54 132.45 3.26 30 Maluku Utara 104.85 106.54 109.60 2.24 31 Papua Barat 121.63 122.82 124.03 0.98 32 Papua 111.90 116.06 118.18 2.77 Sumber : BPS

Keterangan: Tahun dasar 2007=100

No. Provinsi

Tahun Pertumbuhan

(%) 2011 – 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 82

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis kesejahteraan petani tersebut di atas, dapat disimpulkan:

1. Jumlah RTP di Indonesia berdasarkan Susenas tahun 2013 sebanyak 17,46 juta RTP dan terjadi penurunan jumlah RTP selama 2011 sampai dengan 2013 sebesar 0,82%/tahun, dengan penurunan di Jawa sebesar 0,74%/tahun dan di luar Jawa menurun 1,15%/tahun. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang/RTP.

2. RTP berdasarkan sub sektor didominasi oleh RTP tanaman pangan dan RTP perkebunan.

3. Karakteristik sosial RTP diantaranya pada umumnya umur kepala RTP 42-52 tahun dengan tingkat pendidikan rendah.

4. Rata-rata pendapatan per kapita pada RTP berdasarkan PDB, Susenas dan total usaha pertanian (ST2013) masih diatas garis kemiskinan, namun berdasarkan dari usaha di sektor pertanian murni dari hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) di bawah garis kemiskinan.

5. Persentase pengeluaran untuk makanan masih mendominasi pola pengeluaran rumah tangga pertanian di Indonesia, meskipun masih di bawah 60%.

6. Berdasarkan nilai indeks Gini, terjadi ketimpangan yang rendah pada pendapatan di RTP.

7. Secara nasional terjadi peningkatan kesejahteraan petani dibandingkan kondisi tahun 2007. Hal ini karena peningkatan It yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib, sehingga NTP pada umumnya lebih dari 100, yang berarti daya beli petani meningkat dibanding tahun 2007 (asumsi volume produksi petani tetap). 8. Laju peningkatan NTUP lebih besar dari laju peningkatan NTP. Hal

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

lebih tinggi dibanding laju peningkatan harga biaya produksi dan penambahan barang modal.

9. Terjadi peningkatan kesejahteraan petani semua sub sektor dibandingkan kondisi tahun 2007, namun selama tahun 2011 hingga 2013 terjadi penurunan pada petani hortikultura dan perkebunan rakyat.

10. Selama tahun 2011 – 2013 terjadi peningkatan kesejahteraan

petani di 18 provinsi dan penurunan kesejahteraan di 14 provinsi. Apabila dibandingkan kondisi tahun 2007, maka pada tahun 2013

Dalam dokumen Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Peta (1) (Halaman 78-102)

Dokumen terkait