• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

4.1.3. Unsur Hara

4.1.3.1. Nitrogen Anorganik Terlarut (DIN)

menyebabkan nilai intensitas cahaya yang masuk ke kolom air akan semakin besar.

4.1.3. Unsur Hara

4.1.3.1. Nitrogen Anorganik Terlarut (DIN)

Pada penelitian ini unsur nitrogen yang diamati adalah nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N) dan amonia (NH3-N). Ketiga bentuk ion tersebut mempunyai peranan penting sebagai sumber energi N bagi fitoplankton. Gabungan konsentrasi nitrat, nitrit dan ammonium atau yang disingkat (DIN) selama penelitian memperlihatkan nilai yang bervariasi. Rata-rata total DIN pada stasiun A berkisar 0,54-0,56 mg/L, stasiun B berkisar 0,68-0,70 mg/L dan stasiun C berkisar 0,75-0,83 mg/L (Tabel 6). Konsentrasi tertinggi dijumpai pada stasiun C dan mengalami penurunan ke arah laut (stasiun A dan B), hal ini karena pada stasiun C banyak mendapatkan suplai unsur hara dari kegiatan-kegiatan di daratan, baik itu kegiatan pertanian, perikanan maupun aktivitas penduduk, yang masuk melalui sungai dan bermuara ke teluk.

Tabel 6. Rata-rata, kisaran dan standar deviasi hasil pengukuran unsur hara selama penelitian Stasiun/ Substasiun NH3-N (mg/L) NO3-N (mg/L) NO2-N (mg/L) PO4-P (mg/L) SiO2 (mg/L) DIN (mg/L) N:P A A1 Rata-rata 0,05 0,47 0,02 0,08 0,30 0,54 7,20 Kisaran 0,03-0,09 0,29-0,64 0,01-0,05 0,04-0,11 0,12-0,51 0,34-0,73 5,36-9,44 Std. dev 0,01 0,10 0,02 0,02 0,10 0,12 1,58 A2 Rata-rata 0,05 0,50 0,02 0,08 0,36 0,56 7,32 Kisaran 0,02-0,08 0,31-0,68 0,01-0,04 0,06-0,11 0,11-0,56 0,37-0,77 5,19-9,59 Std. dev 0,02 0,11 0,01 0,01 0,11 0,12 1,27 B B1 Rata-rata 0,05 0,63 0,02 0,09 0,41 0,70 8,09 Kisaran 0,03-0,07 0,49-0,77 0,01-0,04 0,06-0,11 0,16-0,69 0,54-0,84 6,51-10,28 Std. dev 0,01 0,09 0,01 0,02 0,17 0,10 1,16 B2 Rata-rata 0,05 0,61 0,02 0,10 0,51 0,68 6,88 Kisaran 0,03-0,06 0,48-0,74 0,01-0,04 0,06-0,13 0,12-0,69 0,52-0,81 5,34-9,28 Std. dev 0,01 0,09 0,01 0,02 0,17 0,09 0,96 C C1 Rata-rata 0,05 0,77 0,02 0,12 0,53 0,83 6,99 Kisaran 0,03-0,06 0,58-1,07 0,01-0,04 0,09-0,15 0,28-0,72 0,63-1,15 5,36-9,58 Std. dev 0,01 0,15 0,01 0,02 0,13 0,15 1,01 C2 Rata-rata 0,05 0,68 0,02 0,12 0,51 0,75 6,25 Kisaran 0,03-0,07 0,55-0,81 0,01-0,03 0,09-0,15 0,22-0,77 0,60-0,86 4,83-7,77 Std. dev 0,01 0,08 0,01 0,02 0,16 0,08 0,87

Berdasarkan Gambar 9, dari ketiga jenis nitrogen terlihat bahwa konsentrasi nitrat (NO3-N) merupakan unsur yang memberikan kontribusi yang besar terhadap nilai total DIN (Gambar 9). Hal ini diduga bahwa buangan limbah dari aktivitas pertanian, perikanan dan aktivitas penduduk lebih banyak mengandung nitrat, sehingga memberikan pengaruh yang besar terhadap ketersediaan DIN. Selain itu keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut, dimana proses amonia menjadi nitrit dan nitrat berlangsung pada kondisi aerob atau kondisi yang memerlukan oksigen.

Gambar 9. Rata-rata konsentrasi nitrogen anorganik terlarut (DIN) dan persentase masing-masing unsur hara

4.1.3.2. Amonia (NH3-N)

Konsentrasi amonia selama penelitian pada stasiun A mempunyai kisaran 0,02-0,09 mg/L, stasiun B berkisar antara 0,03-0,07 mg/L dan stasiun C berkisar 0,03-0,07 mg/L (Tabel 6). Kisaran nilai konsentrasi amonia yang didapatkan selama penelitian sama dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alianto (2006) di perairan Teluk Banten yaitu sebesar 0,034 – 0,079 mg/L dan Madubun (2008) di perairan Muara Jaya Teluk Jakarta yaitu sebesar 0,241-4,95 µM atau 0,007-0,153 mg/L. Sebaran konsentrasi amonia antara stasiun penelitian berdasarkan analisis sidik ragam (ANOVA) memperlihatkan nilai yang menurun ke arah laut (mulut teluk) namun tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05 (Lampiran 13).

43 Pola distribusi vertikal amonia pada setiap stasiun dan substasiun selama penelitian (Tabel 7) berdasarkan ANOVA memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada taraf α 0,05 (Lampiran 13), hal ini sejalan dengan pernyataan Dawes (1981) bahwa distribusi vertikal amonium lebih seragam bila dibandingkan dengan unsur nitrogen lainnya.

Tabel 7. Rata-rata dan standar deviasi hasil pengukuran unsur hara pada kedalaman inkubasi selama penelitian

Stasiun/ Substasiun Ked. inkubasi* NH3-N (mg/L) NO3-N (mg/L) NO2-N (mg/L) PO4-P (mg/L) SiO2 (mg/L) DIN (mg/L) N:P A A1 100% 0,03±0,01 0,34±0,04 0,02±0,01 0,06±0,02 0,24±0,14 0,39±0,05 6,79±1,76 50% 0,04±0,01 0,43±0,05 0,03±0,02 0,07±0,02 0,34±0,07 0,50±0,05 7,35±2,17 25% 0,05±0,01 0,50±0,05 0,03±0,02 0,09±0,01 0,35±0,12 0,59±0,05 6,74±0,58 1% 0,06±0,02 0,59±0,04 0,02±0,01 0,09±0,02 0,26±0,06 0,67±0,05 7,92±1,74 A2 100% 0,03±0,01 0,37±0,05 0,01±0,01 0,07±0,01 0,34±0,11 0,42±0,04 6,47±0,81 50% 0,04±0,01 0,47±0,05 0,01±0,01 0,08±0,02 0,45±0,09 0,52±0,04 6,79±1,58 25% 0,05±0,01 0,55±0,07 0,02±0,01 0,09±0,01 0,34±0,09 0,62±0,08 7,34±0,78 1% 0,06±0,01 0,63±0,05 0,02±0,01 0,08±0,01 0,31±0,14 0,69±0,06 8,67±0,72 B B1 100% 0,04±0,01 0,52±0,03 0,01±0,01 0,07±0,02 0,24±0,10 0,58±0,03 8,23±1,88 50% 0,05±0,01 0,59±0,03 0,02±0,01 0,08±0,01 0,52±0,14 0,66±0,04 8,03±0,83 25% 0,06±0,01 0,67±0,04 0,02±0,01 0,10±0,01 0,55±0,11 0,75±0,05 7,56±0,53 1% 0,06±0,01 0,75±0,02 0,02±0,01 0,10±0,01 0,32±0,09 0,82±0,02 8,55±1,21 B2 100% 0,04±0,01 0,50±0,02 0,01±0,01 0,08±0,01 0,28±0,16 0,55±0,03 7,30±1,46 50% 0,05±0,01 0,61±0,06 0,02±0,01 0,10±0,01 0,60±0,09 0,67±0,05 6,85±0,44 25% 0,06±0,03 0,63±0,05 0,02±0,01 0,11±0,02 0,60±0,06 0,71±0,06 6,75±1,35 1% 0,06±0,03 0,71±0,04 0,01±0,01 0,12±0,01 0,55±0,09 0,77±0,04 6,62±0,37 C C1 100% 0,04±0,05 0,67±0,14 0,02±0,01 0,10±0,01 0,41±0,12 0,73±0,14 6,97±0,96 50% 0,05±0,05 0,78±0,20 0,02±0,01 0,11±0,01 0,53±0,09 0,86±0,20 7,77±1,36 25% 0,05±0,01 0,77±0,11 0,02±0,01 0,13±0,01 0,64±0,06 0,84±0,11 6,46±0,76 1% 0,05±0,02 0,86±0,14 0,01±0,01 0,13±0,01 0,55±0,14 0,91±0,14 6.76±0,72 C2 100% 0,05±0,01 0,59±0,04 0,02±0,01 0,10±0,01 0,38±0,15 0,65±0,04 6,77±0,89 50% 0,05±0,01 0,70±0,08 0,02±0,01 0,12±0,01 0,60±0,12 0,76±0,08 6,56±1,10 25% 0,06±0,01 0,70±0,03 0,01±0,01 0,14±0,01 0,59±0,12 0,77±0,04 5,65±0,62 1% 0,06±0,01 0,74±0,05 0,01±0,01 0,14±0,01 0,47±0,17 0,81±0,05 6,04±0,65 Keterangan : * = Kedalaman berdasarkan persentase intensitas cahaya di kolom perairan

4.1.3.3. Nitrat (NO3-N)

Konsentrasi nitrat yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,29-0,68 mg/L pada stasiun A, 0,48-0,77mg/L pada stasiun B dan 0,55-1,07 mg/L pada stasiun C (Tabel 6). Nilai konsentrasi nitrat yang diperoleh selama penelitian lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang diperoleh oleh Pangerang (1994) dan Asriyana (2004) pada lokasi yang sama yaitu berkisar 0,017-0,255 mg/L dan 0,021-0,283 mg/L. Konsentrasi nitrat cenderung memperlihatkan nilai yang semakin rendah ke arah laut (mulut teluk). Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) konsentrasi nitrat antara stasiun menunjukkan perbedaan yang nyata

pada taraf α 0,05 (Lampiran 13). Dari hasil uji lanjut Tukey (HSD) terlihat bahwa konsentrasi nitrat pada stasiun A dan C menunjukkan perbedaan yang nyata, dengan rata-rata konsentrasi yang semakin rendah ke arah laut.

Menurut Mackentum (1969) dalam Alianto (2006) bahwa pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan kandungan nitrat 0,9-3,5 mg/l atau 0,7-2,8 mg at NO3-N/l. Sehubungan dengan hal tersebut, konsentrasi nitrat yang diperoleh, bila dilihat dari ketersediaannya di perairan mempunyai kisaran yang lebih rendah, kecuali pada stasiun C sebesar 1,07 mg/l. Nilai tersebut diperoleh pada saat pengukuran pertama, yaitu pada saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, sehingga tingginya konsentrasi nitrat yang diperoleh pada saat pengukuran masih mendapat pengaruh dari musim hujan. Sejalan dengan penelitian Tambaru (2008) di perairan pesisir Maros bahwa konsentrasi unsur hara ketiga jenis N lebih rendah pada musim kemarau jika dibandingkan pada musim hujan.

Namun secara umum ketersediaan nitrat selama penelitian lebih rendah dari kebutuhan optimal fitoplankton untuk pertumbuhan, hal ini diduga pada saat pengukuran, konsentrasi nitrat yang terdapat di perairan telah dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Hal ini serupa dengan pernyataan Goes et al. (2004) bahwa konsentrasi nitrat yang mengalami penurunan sampai sekitar 6 μM atau setara 0,456 mg/L menunjukkan telah terjadi penyerapan nitrat dengan cepat oleh fitoplankton.

4.1.3.4. Nitrit (NO2-N)

Konsentrasi nitrit yang dijumpai selama penelitian berkisar antara 0,01-0,05 mg/L pada stasiun A, 0,01-0,04 mg/L pada stasiun B dan pada stasiun C berkisar 0,01-0,04 mg/L (Tabel 6). Sebaran vertikal di setiap kedalaman pada stasiun dan substasiun penelitian relatif seragam. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit tidak adanya perbedaan yang nyata antara stasiun maupun kedalaman (pada taraf α 0,05).

Konsentrasi nitrit yang diperoleh selama penelitian relatif lebih rendah dibandingkan unsur N lainnya, hal ini disebabkan karena nitrit merupakan bentuk nitrogen yang tidak stabil, sehingga senyawa ini mudah mengalami perubahan menjadi amonia atau nitrat, tergantung kondisi oksigen terlarut di perairan.

45 Menurut Dawes (1981) bahwa nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Proses nitrifikasi berlangsung pada kondisi aerob sedang denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob.

4.1.3.5. Ortofosfat (PO4-P)

Kisaran konsentrasi ortofosfat yang diperoleh selama penelitian pada stasiun A berkisar antara 0,02-0,11 mg/L, pada stasiun B berkisar antara 0,06-0,13 mg/L dan stasiun C antara 0,09-0,15 mg/L (Tabel 6). Nilai konsentrasi ortofosfat yang diperoleh selama penelitian hampir sama bila dibandingkan dengan yang diperoleh oleh Pangerang (1994) pada lokasi yang sama yaitu berkisar 0,013-0,539 mg/L. Konsentrasi ortofosfat cenderung memperlihatkan nilai yang semakin rendah ke arah laut (mulut teluk), hal ini terlihat dari hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf α 0,05 (Lampiran 13). Dari hasil uji lanjut Tukey (HSD) terlihat bahwa konsentrasi ortofosfat pada stasiun A dan B menunjukkan perbedaan yang nyata dengan stasiun C, dengan rata-rata konsentrasi yang semakin rendah ke arah laut.. Berdasarkan Tabel 7 terlihat adanya kecenderungan peningkatan nilai konsentrasi ortofosfat dengan bertambahnya kedalaman. Namun dari hasil analisis ANOVA menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara stasiun (pada taraf α 0,05).

Menurut Millero dan Sohn (1992) bahwa pertumbuhan semua jenis fitoplankton tergantung pada konsentrasi ortofosfat, bila konsentrasinya di bawah 0,3 µM atau 0,038 mg/l maka perkembangan sel menjadi terhambat. Konsentrasi ortofosfat yang diperoleh selama penelitian masih berada dalam kisaran konsentrasi ortofosfat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal fitoplankton. Konsentrasi ortofosfat yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar antara 0,27-5,51 mg/l atau 0,088-1,79 mg-at PO4-P/l (Bruno et al. 1979 diacu dalam Widjaja et al. 1994) atau sekitar 0,09-1,80 ppm (Mackentum 1969 diacu dalam Tambaru 2000).

4.1.3.6. Silikat (SiO2)

Kisaran silikat yang diperoleh selama penelitian di perairan Teluk Kendari yaitu pada stasiun A berkisar 0,11-0,56 mg/l, pada stasiun B berkisar 0,48-0,78

mg/l dan 0,28-0,77 mg/l pada stasiun C (Tabel 6). Kisaran silikat yang diperoleh selama penelitian lebih rendah dibandingkan konsentrasi silikat yang dijumpai pada perairan Teluk Banten yaitu berkisar antara 0,255-1,573 mg at Si/l (Alianto 2006), serta relatif sama dengan konsentrasi silikat di perairan Muara Jaya Teluk Jakarta yaitu berkisar antara 0,017-10,019 µM atau 0,001-0,601 mg/l (Madubun 2008).

Berdasarkan Tabel 6 dan 7 terlihat adanya kecenderungan penurunan konsentrasi silikat ea rah laut, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Damar (2003) bahwa pada stasiun mulut sungai, konsentrasi silikat lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun dalam laut di Teluk Jakarta. Namun berdasarkan analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata baik antara stasiun maupun kedalaman (pada taraf α 0,05).

4.1.4. Struktur Komunitas Fitoplankton