• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada dasarnya seluruh PT yang berada di Indonesia dan didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya sesuai dengan UUPT 40/2007. Dengan adanya batas waktu penyesuaian Anggaran Dasar maka KEMENKUMHAM dapat menutup data base sehingga otomatis akan diganti dengan data perseroan yang telah melakukan penyesuaian Anggaran Dasar. PT tidak menyesuaikan anggaran dasarnya setelah jangka waktu yang ditentukan, maka PT tersebut menjadi bubar, PT tidak lagi cakap untuk melakukan perbuatan hukum dan KEMENKUMHAM akan menolak setiap perubahan anggaran dasar yang telah lewat waktu. Menurut pasal 157 ayat (3) UUPT 40/2007 ”Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum berdasarkan peraturan Perundang-undangan, dalam jangka waktu 1 tahun setelah berlakunya UUPT 40/2007, wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan UUPT 40/2007.” di dasarkan pada Ketentuan tersebut, Sesuai dengan isi Pasal 157 Ayat (4) UUPT 40/2007 jika PT tidak melakukan penyesuaian Anggaran Dasar paling lambat 15 Agustus 2008 dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan dalam hal ini pihak ketiga..

Selama pihak-pihak tersebut tidak menggunakan haknya itu, maka PT tersebut tetap eksis sebagai badan hukum dan tetap dapat menjalankan aktifitasnya

sebagai badan hukum sepanjang dilakukan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan UUPT 40/2007. Tanpa adanya penyesuaian, PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum. Maka akibat hukum yang akan terjadi adalah :

2.1. Status Badan Hukum Yang Dimiliki PT

UUPT menyatakan dengan tegas dalam Pasal 1 Ayat (1) UUPT 40/2007 bahwa PT adalah Badan Hukum. Dengan demikian, kedudukan PT sebagai Badan Hukum. Tugas untuk menguruskan pengesahan PT untuk menjadi badan hukum merupakan kewenangan dari pengurus atau pendiri PT (yang biasanya diberikan kuasa kepada Notaris untuk mengurusnya).17

Suatu badan adalah badan hukum jika pertanggungjawabannya itu diletakkan terbatas dengan kekayaan badan itu saja, dan adalah bukan suatu badan hukum, jika pertanggungjawabannya itu diletakkan para sekutunya, secara individual langsung terhadap kekayaan pribadi masing-masing.18

Kedudukan PT sebagai badan hukum semata-mata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh KEMENKUMHAM dan sejak itu PT menjadi subyek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban yang bertanggung jawab secara mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang dilakukannya. Untuk tiap perubahan dalam syarat-syarat pendiriannya, dan dalam hal perpanjangan, harus diperoleh pengesahan yang sama.hal ini kiranya sebagai pemikiran yang logis, sebab jika tidak demikian, maka lembaga pengesahan sebagai lembaga pengontrol itu

17

Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008. h. 30

18

Mollengraff, dalam Sastrawidjaja dan rai mantili, perseroan terbatas menurut tiga undang-undang jilid 1, alumni, bandung, 2008. h. 30

tidak mempunyai kekuatan efektif. Karena itu untuk setiap perubahan Anggaran Dasar harus pula dimintakan pengesahan dan ketentuan perubahan tersebut barulah berlaku efektif manakala perubahan tersebut sudah memperoleh pengesahan.

Tujuan utama dari keharusan PT untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar adalah agar Anggaran Dasar yang dimiliki PT sesuai dengan UUPT sehingga PT mendapatkan pengesahan badan hukumnya sebagai PT. PT yang belum melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar tetap berdiri sebagai PT akan tetapi bisa saja tidak dapat dikatakan sebagai badan hukum,

Syarat mutlak untuk diakui sebagai badan hukum, himpunan / perkumpulan / badan usaha itu harus mendapatkan “pengesahan” dari pemerintah c.q Menteri Kehakiman (d/h Gubernur Jendral psl. 1 stb. 1870. No. 64).19 dalam Pasal 14 UUPT 40/2007 menyatakan bahwa perbuatan hukum atas nama PT yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris PT dan mereka semua bertanggung jawab secara renteng atas perbuatan hukum tersebut.

Sebelum perseroan mendapat status badan hukum, kepentingan PT diurus oleh para pendirinya sehingga maju mundurnya perkembangan PT pada waktu belum menjadi badan hukum ditentukan oleh para pendirinya.20

Hal ini menimbulkan dampak :

a. Tidak Dapat Melakukan Perbuatan Hukum Dengan Pihak Ketiga.

19

Titik Triwulan Tutik. Hukum Perdata Dalam sistem hukum Nasional, Jakarta, Kencana, 2008. h. 34

20

agus budiarto. Tanggung Jawab Pendirian Perseroan terbatas, Ghalia, Jakarta, Indonesia, 2002. h. 106

Keharusan PT dalam melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, namun dari pihak pengurus PT masih banyak yang tidak memperdulikan hal tersebut, ini diakibatkan karena PTmasih tetap bisa melakukan aktifitas usahanya meskipun PT belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya, ini bisa terjadi ketika belum berakhir jangka waktu berdirinya PT ataupun belum berakhir persyaratan lainnya yang menyangkut sahnya sebagai badan hukum PT, karena dalam melakukan pembaharuan atau perpanjangan harus melakukan penyesuaian Anggaran Dasar terlebih

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata mengenai sahnya persetujuan diberlakukan empat syarat yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) Suatu hal tertentu;

4) Suatu sebab yang halal.

Dalam pasal di atas dapat disimpulkan bahwa jika tidak terpenuhinya Ayat 1 dan 2 dapat dibalakan dan jika tidak terpenuhinya Pasal 3 dan 4 maka dapat batal demi hukum karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Suatu PT dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya selalu berhubungan dengan pihak ketiga seperti melakukan transaksi jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang dan sebagainya. dan apabila pihak ketiga mengharuskan PT melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT sebagai

prasyarat, maka hubungan hukum PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya dengan pihak ketiga batal demi hukum.

b. Tidak Dapat Melakukan Perpanjangan Dokumen-dokumen PT.

Sesuai dengan undang-undang dasar 1945 Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum pada Garis-garis Besar Haluan Negara ( selanjutnya ditulis GBHN) dan perkembangan kegiatan dibidang ekonomi nasional khususnya yang dewasa ini sudah semakin meningkat, maka dibutuhkannya perlindungan kepada PT yang menjalankan secara jujur dan terbuka merupakan salah satu tujuan utama dari UUPT 40/2007.

PT yang berbadan hukum dari KEMENKUMHAM harus melakukan penyesuaian Anggaran Dasar PT, jika tidak maka PT tidak dapat melakukan perpanjangan dokumen-dokumen yang seharusnya dapat sebagai perlindungan terhadap badan hukum yang telah dimiliki PT. ini dapat mengakibatkan aset-aset yang telah dimiliki atas nama PT baik benda bergerak maupun tak bergerak dapat tidak diaku oleh PT baru yang memakai nama sama yang telah disahkan oleh KEMENKUMHAM, perpanjangan dokumen-dokumen tersebut meliputi :

1) Hak Guna Usaha (selanjutnya disebut HGU) atau Hak Guna Bangunan (selanjutnya ditulis HGB) Pada dasarnya, PT tidak boleh membeli tanah yang berstatus Hak Milik. Cara agar perusahaan tersebut dapat membeli tanah yang bersangkutan, maka status kepemilikan tanah harus diubah dari Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) dengan mengajukan permohonan melalui kantor

BPN setempat. Selanjutnya pihak BPN akan mengubah status kepemilikan tanah dari Hak Milik menjadi HGB ataupun Hak Pakai kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya ditulis PPAT). Sebagai hak atas tanah yang masa berlakunya terbatas untuk jangka waktu tertentu Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai memerlukan kejelasan mengenai beberapa hal, antara lain mengenai persyaratan perolehannya, kewenangan dan kewajiban pemegangnya, dan status tanah dan benda-benda di atasnya sesudah hak itu habis jangka waktunya. Kejelasan itu sangat diperlukan untuk memberikan beberapa kepastian hukum, baik kepada pemegang hak, kepada Pemerintah sebagai pelaksana Undang-undang Pokok Agraria, maupun kepada pihak ketiga.

2) Nomor Pokok Wajib Pajak (selanjutnya ditulis NPWP), Perseroan diwajibkan membuat NPWP pada kantor pelayanan pajak meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang bersangkutan. Hal ini dikaitkan dengan ketentuan yang terdapat dalam PP No. PP 35/1983 tentang Pendaftaran, Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Penyampaian Surat Pemberitahuan, Dan Persyaratan Pengajuan Keberatan, tempat pendaftaran diri Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya.

3) Surat Ijin Tempat Usaha (selanjutnya ditulis SITU)/ Tanda Daftar Perusahaan (selanjutnya ditulis TDP) Daftar PT yang merupakan

sumber informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-hal yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Daftar Perusahaan merupakan daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap PT, serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah perusahaan mulai menjalankan usahanya, hal-hal yang wajib dicantumkan adalah:

a). nama perseroan dan merek perusahaan.

b). tanggal pendirian perseroan dan jangka waktu berdirinya perseroan

c). kegiatan pokok dan kegiatan usaha lain dan ijin usaha yang dimiliki

d). alamat perusahaan, kantor cabang, kantor pembantu dan agen serta perwakilan perseroan pada waktu perseroan didirikan dan setiap perubahannya

e). identitas dan alamat pengurus dan komisaris f). kegiatan usaha pokok

g). tanggal pengesahan menteri

permintaan pendaftaran

4) Surat Ijin Usaha Perdagangan (selanjutnya ditulis SIUP), dengan maksudnya diadakan Surat Ijin Usaha adalah agar PT yang telah ada dapat terjamin kelangsungan hidupnya, sehingga sektor-sektor bidang usaha yang dianggap telah mengalami kejenuhan pemasarannya, dilarang mendirikan. bahkan untuk perusahaan disektor yang bersangkutan sudah jenuh pemasarannya dilarang untuk melakukan perluasan kecuali dengan izin dari pemerintah. Selanjutnya para pendiri harus membuatan TDP PT ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (selanjutnya ditulis DISPERINDAG). Hal ini menurut ketentuan yang terdapat dalam UU No. 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Sebagai diketahui bahwa akta yang mendapatkan pengesahan KEMENKUMHAM, yang bertanggungjawab dalam PT adalah para pemegang saham, mereka masing-masing bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tanggungjawab sampai melebihi nilai saham yang diambil.

Jika PT yang telah mendapatkan pengesahan

KEMENKUMHAM tetapi belum melakukan pendaftaran perusahaan dan pengumuman, selama pendaftaran dan pengumuman itu belum dilaksanakan, maka Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan atas nama PT. Ini bertujuan agar masyarakat , khususnya pihak ketiga dapat mengetahui

secara ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar PT serta mengetahui keabsahan sebagai badan hukum PT tersebut.

c. Tidak Bisa Melakukan Perubahan Pengurus Perseroan Terbatas.

Pada hakikatnya suatu PT mempunyai dua sisi, yang pertama sebagai suatu badan dan yang kedua pada sisi yang lain adalah suatu wadah atau tempat diwujudkannya kerjasama antara pemegang saham atau pemilik modal. Jelas terlihat bahwa PT merupakan suatu badah hukum yang sengaja diciptakan dengan demikian PT adalah subyek hukum yang mandiri, yang mempunyai hak dan kewajiban, yang pada dasarnya tidak berbeda dengan hak dan kewajiban subyek hukum manusia. Sebagai suatu subyek hukum yang mandiri, maka keberadaan PT tidak bergantung pada keberadaan para pemegang saham, direksi dan dewan komisaris. Pergantian pemegang saham, direksi, atau komisaris tidak mempengaruhi keberadaan PT. maka suatu perbuatan perdata semata-mata tidak dapat menjadikan suatu organisasi menjadi badan hukum, akan tetapi harus berdasarkan undang-undang. Hal ini berbeda dengan yayasan yang menjadi badan hukum berdasarkan sistem terbuka yaitu dengan tidak berdasar pada undang-undang atau dengan undang-undang, tetapi berdasarkan kebiasaan, doktrin, dan mungkin didukung oleh yurisprudensi21. Jika dilihat dari butir 9.0 lampiran III Kepmen Nomor. M.03-PR.08.01 Tahun 1996, tentang tata Cara Penyampaian Laporan Akta

21

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, memang disediakan kolom untuk mengisi perubahan-perubahan Anggaran Dasar dan atau susunan pengurus, tetapi cukup dilakukan dengan “memberitahukan” kepada KEMENKUMHAM.

Tanpa adanya penyesuaian PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, karena PT yang akan merubah susunan pengurus PT atau ketika direksi dan atau dewan komisaris yang berakhir masa jabatannya Harus memperpanjang masa jabatan dan harus melaporkan kepada KEMENKUMHAM dan itu tidak dapat dilakukan oleh PT yang belum melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya. apabila PT yang akan merubah susunan pengurus atau organ PT yang harus mengajukan persetujuan menteri harus telah melakukan penyesuaian.

d. Perseroan Terbatas Tidak dapat melakukan Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi

Perluasan atau expansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan Ekspansi bisnis dapat dilakukan dalam beberapa metode, yakni : Merger, konsolidasi, akuisisi karena hal ini sangat umum dilakukan agar PT dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang.

PT selalu ingin agar usaha yang dijalankan mengalami yang sangat cepat, baik berkembangan usaha dalam pangsa pasar, maupun saham, PT tidak akan menghadapi resiko adanya produk baru. Selain itu,

jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya dengan meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan PT ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.

Beberapa PT tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. PT yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, atau karena beban hutang.

Berdasarkan Pasal 126 UUPT 40/2007, Perbuatan hukum penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan, harus memperhatikan :

1) Kepentingan Perseroan, Pemegang Saham, Minoritas dan Karyawan Perseroan.

2) Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan.

3) Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Dari apa yang diuraikan diatas, dapat kita menarik perbedaaan dan pokok diantara ketiga bentuk tersebut, serta dikaitkan dengan adanya Penyesuaian Anggaran Dasar PT terhadap UUPT, yaitu:

1) Merger

Ada satu PT yang eksistensinya tetap ada dan hidup, sedang PT yang lainnya lenyap menggabungkan diri dalam PT yang tetap ada. Pada dasarnya PT yang mengajukan untuk menggabungkan dirinya kepada PT yang lainnya tidak diharuskan untuk melakukan penyesuaian Anggaran Dasar karena pada nantinya PT yang menggabungkan diri akan berakhir karena hukum, akan tetapi pada PT yang masih ada haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar karena salinan akta penggabungan PT dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan persetujuan menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) UUPT 40/2007 tentang hal perubahan Anggaran Dasar harus mendapat persetujuan Menteri, hal ini diatur dalam Pasal 129 Ayat (1) sub a UUPT 40/2007

atau cukup penyampaian pemberitahuan kepada Menteri yang diatur dalam Pasal 129 Ayat (2) UUPT 40/2007. Apabila PT yang masih ada belum melakukan Penyesuaian Anggaran dasar terhadap UUPT 40/2007 maka dapat menghambat proses penyampaian permohonan perubahan anggaran dasar karena PT tidak terdaftar dalam data base KEMENKUMHAM.

2) Akuisisi

Eksistensi kedua PT tetap ada dan hidup, tidak ada satupun yang bubar. Hanya saja karena saham dari PT yang satu dikuasai oleh saham dari PT yang lain, maka secara manajemennya terjadi satu kesatuan manajemen. Merupakan hal yang sama seperti merger yaitu, salinan akta pengambilalihan PT wajib dilampirkan pada penyampaian pemberitahuan kepada menteri tentang perubahan Anggaran Dasar hal ini diatur dalam Pasal 131 Ayat (1) UUPT 40/2007. Akan tetapi dalam sahnya sebagai badan hukum kedua PT haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar.

3) Konsolidasi

semua PT yang pernah ada menjadi bubar dan meleburkan diri menjadi satu PT yang baru. Dalam hal ini karena kedua PT menjadi baru atas nama PT yang baru, maka kedua PT dihadapan Pejabat Notaris membuat akta Pendirian PT hasil peleburan diperuntukkan dalam pengesahan sebagai badan hukum yang baru, Pasal 130 UUPT 40/2007 mengatur bahwa “ salinan akta Peleburan

dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk mendapatkan Keputusan Menteri mengenai Pengesahan badan hukum PT hasil Peleburan”. Meskipun Anggaran Dasar PT yang baru sesuai dengan UUPT dalam proses Peleburan, kedua PT yang lama haruslah sudah melakukan Penyesuaian Anggaran Dasar, karena PT yang lama haruslah sudah terdaftar sebagai Badan Hukum dalam arsip KEMENKUMHAM agar jelas asal usul dan data yang jelas terhadap PT yang baru.

Hal ini semua demi berlakuknya kepastian hukum maupun perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang beritikat baik.

2.2. Status Nama dalam SABH

PT merupakan suatu Bentuk Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para pengusaha sebagai bentuk indentitas organisasi Badan Usaha di Indonesia. PT juga sangat dikenal luas oleh berbagai kalangan masyarakat umum dan mudah kenali karena pemakaian nama perusahaan ini selaku diikuti dengan nama PT.

Sebelum melakukan penyesuaian Anggaran Dasar, Notaris akan melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui Nama PT tersebut bisa gunakan atau tidak. Pengecekkan nama dilakukan terlebih dahulu secara terpisah memungkinkan perseroan memperoleh hak memakai suatu nama terlebih dahulu dari perseroan lainnya dan atau agar lebih cepat mendapat kepastian untuk dapat menggunakan nama tersebut. Dapat diajukan secara

langsung melalui pos atau melalui media lainnya seperti faksimili dan email. Setelah diterima, PT wajib melakukan Penyesuaian Anggaran Dasarnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan nama PT yang belum melakukan penyesuaian nama PT bisa saja dapat dipakai oleh pihak lain karena namanya tidak terdaftar lagi dalam data base Ditjen AHU sehingga jika PT yang lama dengan PT yang baru menggunakan nama yang sama, bisa sangat merugikan kelangsungan PT, misalnya saja semua aset baik barang bergerak maupun barang tak bergerak hak kepemilikannya jadi tidak jelas.

PT yang Anggaran Dasarnya belum disesuaikan tersebut dapat dikategorikan telah menggunakan nama PT secara melawan hukum dan dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya berdasarkan perbuatan melawan hukum karena telah melakukan perbuatan hukum dengan menggunakan nama PT yang sama dengan nama yang telah digunakan oleh PT lain secara sah. Dalam hal ini diatur pula dalam Pasal 16 Ayat (1) sub.a UUPT 40/2007. “Perseroan tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh PT lain atau sama pada pokoknya dengan nama perseroan lain”. Dan Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut hal ini diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata.

2.3. Pembubaran Perseroan Terbatas

PT dari seluruh Indonesia berlomba-lomba untuk melakukan penyesuaian anggaran dasarnya. Penyesuaian tersebut baru dilakukan pada saat-saat terakhir dari batas waktu yang ditentukan. Karena begitu banyaknya

PT yang mengajukan pada akhir dari batas waktu penyesuaian tersebut, maka pihak KEMENKUMHAM sepertinya merasa perlu untuk membuat aturan khusus demi ketertiban administrasi dan pelaksanaan Pasal 157 Ayat (2) UUPT 40/2007.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ditjen AHU KEMENKUMHAM membuat pengumuman Nomor AHU.AH.01.02-09 pada tanggal 10 September 2008 lalu. Inti dari pengumuman dimaksud adalah untuk memberikan kelonggaran ataupun perpanjangan waktu untuk memasukkan data penyesuaian Anggaran Dasar PT maksimum sampai dengan tanggal 16 September 2008. Dengan demikian, melalui pengumuman tersebut di beritahukan bahwa terhitung sejak tanggal 16 September 2008 maka akses PT melalui DIAN II SISMINBAKUM akan ditutup.

Batas waktu tanggal 16 September tersebut adalah merupakan batas waktu diperolehnya Nomor Kendali untuk penyesuaian. Nomor kendali ini adalah nomor dokumen untuk melakukan kegiatan DIAN di SISMINBAKUM. Jadi, apabila notaris sudah memperoleh Nomor Kendali, namun dokumen fisik belum masuk, maka akses nya masih tetap dapat di terima di SISMINBAKUM. Isi dari pengumuman tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi PT yang aksesnya sudah ditutup, masih dapat melakukan penyesuaian. Namun, jika akan melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya, Direksi PT yang bersangkutan harus membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada MENKUMHAM dengan melampirkan Pakta Integritas. Pakta Integritas tersebut intinya menyatakan bahwa:

a. Direksi PT yang bersangkutan taat sepenuhnya pada UUPT 40/2007. b. Direksi bertanggung jawab sepenuhnya atas keterlambatan penyesuaian

anggaran dasar PT nya.

c. Direksi menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang sehat, efisien, transparan, dan mencegah terjadinya KKN d. Meningkatkan pengelolaan usaha dengan prinsip good corporate

governance.

Waktu satu tahun tersebut telah dilampaui sebagai waktu untuk menyesuaikan anggaran dasar perusahaan dengan ketentuan dalam UUPT 40/2007 tersebut. Untuk itu kepada perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang belum menyesuaikan Anggaran Dasarnya dihimbau untuk segera menyesuaikan dan mendaftarkannya ke KEMENKUMHAM karena ini kewajiban yang diamanatkan oleh UUPT 40/2007 meskipun jangka waktu pengajuan penyesuaian anggaran dasar PT telah melewati tanggal 16 Agustus 2008.

Meskipun batas waktu tanggal 16 Agustus 2008 tersebut telah

Dokumen terkait