• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Rumusan Masalah

5. Non Performing Financing (NPF)

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah (Dendawijaya, 2005:81). Kredit bermasalah sering juga disebut Non Performing Financing (NPF), yaitu rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah (Mutamimah, 2012). Besarnya yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Wangsawidjaja mengatakan dalam Asnaini (2014), ada 2 faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat diketahui menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR)

24

dan Financing Deposit Ratio (FDR), sedangkan faktor ekternal dapat menggunakan Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

NPF pada bank syariah dapat diukur dari kolektibilitasnya, yang merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga (Poetry, 2011). Kolektibitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia yaitu: kredit lancar, kredit dengan perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet (Dendawijaya, 2005:82). Dalam mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut:

1. rescheduling (penjadwalan kembali) 2. reconditioning

3. restructuring

4. kombinasi 3R 5. eksekusi

NPF merupakan indikator yang digunakan untuk menunjukkan kerugian akibat risiko pembiayaan. Semakin besar NPF menunjukkan bahwa semakin tinggi pembiayaan bermasalah. NPF berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah, yang artinya semakin besar tingkat NPF suatu bank dapat mengakibatkan penurunan penyaluran

pembiayaan murabahah pada bank. Hal ini membuat bank akan lebih berhati-hati dengan mengurangi pembiayaan.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs tanggal 7 Desember 2007, NPF dihitung dengan membandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang dimiliki oleh bank.

C. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian yang dapat disusun dari kajian teoritis mengenai pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang di perkuat/perlemah dengan variabel moderating.

Gambar 2.1

Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini Dari gambar 2.1 persamaan matematisnya sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = a + b1X1 + b3Z + b4(X1*Z) + e Y = a + b2X2 + b3Z + b5(X2*Z) + e

Pembiayaan Murabahah (Y) FDR (X2)

NPF (Z) CAR (X1)

26

Keterangan:

Y = Pembiayaan Murabahah a = Konstanta

b1-b5 = Koefisien Regresi

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Financing to Deposit Ratio (FDR) Z = Non Performing Financing (NPF)

e = Error

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Wirartha, 2006: 214). Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan Murabahah

Modal merupakan aspek yang paling penting bagi perusahaan perbankan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari

dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2009: 121). Semakin tinggi tingkat kecukupan modal suatu bank maka pembiayaan yang akan diberikan akan tinggi pula. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh pembiayaan (Wardiantika, 2014). Hal ini didukung dengan penelitian Kusnianingrum dan Riduwan (2016) yang menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.

Dari uraian di atas maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 = CAR (Capital Adequecy Ratio) berpengaruh positif signifikan Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah

2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan Murabahah

Rasio FDR memberikan pengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah dimana semakin tinggi rasio tersebut, maka jumlah pembiayaan murabahah pada suatu bank akan semakin tinggi. Jika FDR tinggi, maka pembiayaan yang akan diberikan akan tinggi pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR berpengaruh

28

positif terhadap pembiayaan murabahah (Rahman et.al, 2017). Kusnianingrum (2016) dalam penelitiannya menunjukkan peningkatan FDR akan berdampak pada peningkatan pembiayaan murabahah. Penelitian yang dilakukan Prastanto (2013) mengenai pengaruh FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasilnya adalah FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.

Dari uraian di atas maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2 = FDR (Financing to Deposit Ratio) berpengaruh positif signifikan Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah

3. Non Performing Financing (NPF) sebagai Variabel Moderasi

Penelitian ini menggunakan jenis variabel moderasi yang dapat memperlemah atau memperkuat variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen. NPF merupakan persentase dari pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang disalurkan Bank Umum Syariah. Jumlah NPF akan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan bank syariah. Diduga NPF yang tinggi akan berdampak pada penurunan pertumbuhan modal dan kesulitan likuiditas pada bank, sehingga akan mengurangi jumlah pembiayaan yang disalurkan (Oktaviani, 2012).

a. NPF memoderasi CAR terhadap Pembiayaan Murabahah

NPF dapat mempengaruhi pertumbuhan modal bank sehingga bank harus menyediakan pencadangan yang lebih besar untuk menutupi pembiayaan bermasalah. NPF berpengaruh negatif terhadap CAR yang berarti bahwa semakin tinggi pembiayaan bermasalah akan menyebabkan modal bank yang dialokasikan untuk pencadangan yang lebih besar untuk pembiayaan bermasalah (Ganggarani dan Budiasih, 2014). Hal ini tentunya NPF berpengaruh terhadap CAR yang juga akan berdampak pada penyaluran pembiayaan murabahah pada bank syariah. Dengan CAR yang tinggi maka pembiayaan yang akan diberikan akan naik, namun saat dimoderasi dengan NPF pembiayaan akan menurun atau dengan kata lain NPF memperlemah pengaruh CAR terhadap pembiayaan murabahah.

H3 = NPF memoderasi pengaruh CAR (Capital Adequecy Ratio) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah

b. NPF memoderasi FDR terhadap Pembiayaan Murabahah

NPF dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah dalam penyaluran pembiayaan, dimana NPF yang meningkat akan meningkatkan risiko pembiayaan. Dampak risiko kredit terhadap risiko likuiditas dapat terlihat dalam hal kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya menurun, seperti

30

membayar tabungan pada saat ditarik oleh nasabah atau membayar deposito yang jatuh tempo. Apabila pembiayaan yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat (Ganggarani dan Budiasih, 2014). Dengan optimalnya likuiditas suatu bank maka pembiayaan yang disalurkan semakin besar, akan tetapi tingkat pembiayaan bermasalah bank yang tinggi mengakibatkan buruknya kualitas pembiayaan. Artinya NPF memperlemah pengaruh FDR terhadap pembiayaan murabahah.

H4 = NPF memoderasi pengaruh FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah

Tabel 2.2 Hipotesis

No. Hipotesis

H1 CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah pada

Bank Umum Syariah.

H2 FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah pada

Bank Umum Syariah.

H3 NPF memoderasi pengaruh CAR terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank

Umum Syariah

H4 NPF memoderasi pengaruh FDR terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank

Umum Syariah

Sumber: Wardiantika (2014), Kusnianingrum (2016), Prastanto (2013), Ganggarani dan Budiasih (2014).

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif secara objektif dan statistik melalui perhitungan secara ilmiah berasal dari sampel orang atau orang-orang yang diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang hal yang disurvei dan bertujuan menguji hipotesis (Wijaya, 2013:6).

Dokumen terkait