BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
2. UJI NORMALITAS
uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak.
Uji homogenitas dan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12 for windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala terpakai (try-out
terpakai) sehingga hanya satu kali saja menyebarkan skala. Peneliti tidak melakukan uji coba alat ukur (try-out) tapi peneliti meminta professional
judgement untuk memastikan bahwa aitem sudah sesuai dengan blue-print dan
indikator perilaku yang hendak diungkap, ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang benar serta tidak mengandung social desirability yang tinggi.
Alasan peneliti menggunakan metode try-out terpakai karena sedikitnya
jumlah sampel subjek yang akan dilakukan penelitian sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan metode ini.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan skala problem
focused coping. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus – 20
Oktober 2009. Pemilihan subjek untuk penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek penelitian berdasarkan kesesuaian
dengan karakteristik yang telah peneliti tetapkan. Dalam pelaksanaan pengambilan data ini skala diberikan baik secara langsung kepada subyek maupun melalui perantara teman yang mempunyai teman yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Pengambilan data ini dilakukan dengan
45
menyebarkan skala kepada 44 subyek perempuan yang berusia di atas 20 tahun yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan 40 subyek laki-laki yang berusia di atas 20 tahun yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Namun, hanya 79 skala yang dikembalikan kepada peneliti yaitu 39 subyek pria dan 40 subyek wanita dan hanya 74 yang dapat dianalisis karena ada pernyataan yang tidak diisi oleh subyek. Selain itu, subyek tidak sesuai dengan karakteristik subyek penelitian yaitu usia subyek belum berusia 20 tahun dan pacaran jarak jauh yang mereka jalani jaraknya tidak sesuai dengan definisi pacaran jarak jauh
Tabel 2: Distribusi Jumlah Subyek Penelitian
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 37 Perempuan 37
Total 74
Tabel 3: Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Laki-laki Perempuan
20 12 14 21 9 15 22 4 7 23 6 1 24 6 0 Jumlah 37 37
46
C. Hasil Uji Coba Penelitian 1. Validitas
Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya
dalam validitas ini adalah sejauhmana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) atau sejauhmana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.
2. Analisis aitem
Analisis aitem pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS
versi 12 for window dengan melihat korelasi aitem total (corrected aitem
total corelasion) dan digunakan batas koefisien korelasi ≥ 0,30. aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap memuaskan dan layak digunakan dalam penelitian sedangkan aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi < 0,30 memiliki daya diskriminasi yang rendah dan aitem tersebut gugur. Setelah melakukan analisis aitem, dari 70 aitem terdapat 38 aitem yang memiliki koefisien korelasi > 0,30. Berikut ini disajikan distribusi butir-butir skala problem focused coping setelah uji
47
Tabel 4 :Distribusi butir-butir skala Problem Focused Coping sesudah uji coba
Nomer Aitem Aspek Unfavorabel Favorabel Total cautiousness 1, 12, 27 4, 22 5 instrumental action 2, 14, 20 11, 28 5 PFC negotiation 8, 10, 15, 18, 29 7, 13, 17 8 Total 11 7 18 3. Reliabilitas item
Hasil dari data yang didapat dari try out berupa angka-angka dari
angka 1 sampai dengan 4. Angka-angka tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 12 for window. Untuk mendapatkan
reliabilitas aitem, Data dianalisis dengan menggunakan alfa cronbranch
dan diperoleh reliabilitas aitem sebesar 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut menunjukkan taraf kepercayaan yang cukup memuaskan. Berdasarkan reliabilitas skala problem focused coping diperoleh rentang
48
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Penelitian a) uji normalitas
Penulis melakukan uji normalitas sebelum melakukan uji-T untuk melihat apakah data yang diperoleh dari penelitian tentang problem
focused coping pada pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh
di masa dewasa awal dalam menghadapi masalah berasal dari populasi yang normal atau tidak. Untuk uji normalitas digunakan
Kolmogorov-Smirnov. Bila hasilnya p > 0,05 maka sebaran data penelitian mengikuti
distribusi normal sedangkan bila hasilnya p < 0,05 maka sebaran data penelitian mengikuti distribusi tidak normal.
Uji normalitas pada metode Problem Focused Coping a.) wanita
Tabel 5: Tabel Uji Normalitas Metode PFC pada Subyek Wanita
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PFC .087 37 .200(*) .983 37 .820
Uji normalitas pada metode PFC pada subyek perempuan diperoleh skor probabilitas sebesar 0,200 dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Jadi 0,200 > 0,05 yang artinya distribusi data
49
b.) pria
Tabel 6:Tabel uji Normalitas Metode PFC pada Subyek Pria
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PFC .077 37 .200(*) .987 37 .945
Uji normalitas pada metode PFC pada subyek laki-laki diperoleh skor probabilitas sebesar 0,200 dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Jadi 0,200 > 0,05 yang artinya distribusi
data tersebut normal.
b) uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variasi dari sampel yang akan diuji tersebut sama. Uji homogenitas menggunakan nilai signifikansi 5% atau 0,05 Jika hasilnya p >0,05 berarti sampel-sampel mempunyai variasi yang sama sedangkan jika hasilnya p< 0,05 berarti sampel-sampel yang berbeda.
Tabel 7: tabel homogenitas pada metode PFC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.132 1 72 .717
Hasil uji homogenitas pada metode Problem Focused
50
yang berarti lebih besar dari 0,05 yang artinya data berasal dari varians yang sama atau homogen.
c) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji homogenitas dan uji normalitas. Uji hipotesis dilakukan menggunakan Independent Sample
T-test dengan bantuan SPSS versi 12.0. Hipotesis pada penelitian ini
adalah adalah ada perbedaan problem focused coping yang digunakan
antara pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa dewasa awal dalam menghadapi masalah. Pria memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam menggunakan problem focused coping daripada
wanita.
Hasil uji t pada metode Problem Focused Coping sebesar 0,186
dengan taraf signifikansi sebesar 0,853 >0,05 yang artinya tidak ada perbedaan perilaku strategi coping dalam menggunakan metode Problem
Focused Coping antara pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak
jauh di masa dewasa awal dalam mengatasi mengatasi masalah. Tabel 8: Tabel Deskriptif PFC
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean PFC perempuan 37 56.00 6.532 1.074 laki-laki 37 55.70 7.180 1.180
51
Pada tabel statisik di atas terlihat bahwa mean PFC pada subyek wanita adalah 56,00 dan PFC pada subyek pria adalah 55,70. Hal ini menunjukkan bahwa PFC lebih banyak digunakan pada subyek wanita daripada laki-laki. Perbedaan mean tersebut sebesar 56,00 - 55,70 = 0,3. Namun, perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga kurang dapat menegaskan bahwa wanita lebih menggunakan PFC namun ada kecenderungan yang mengarah kesana.
E. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis penelitian pada metode Problem Focused
Coping diperoleh nilai uji-t sebesar 0,186 dengan taraf signifikansi 0,853 atau
lebih besar dari signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan metode Problem Focused Coping pada subyek
pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa dewasa awal dalam mengatasi masalah. Dari hasil mean Problem Focused Coping pada subyek
wanita adalah 56,00 dan mean pada Problem Focused Coping pada subyek
pria adalah 55,70. Hal ini menunjukkan bahwa Problem FocusedCoping lebih
banyak digunakan pada subyek wanita daripada subyek laki-laki. Hasil perbedaan mean tersebut tidak terlihat signifikan sehingga kurang dapat menegaskan bahwa wanita lebih dominan menggunakan problem focused
coping.
Subyek penelitian selalu berkomunikasi dengan intensif setiap hari baik dalam bentuk sms, telpon, email dan facebook. Namun, frekuensi
52
bertemu subyek tidak menentu karena tergantung kesibukan mereka. Situasi tersebut dapat menyebabkan kondisi yang tidak menyenangkan dan menekan sehingga rentan terhadap masalah. Masalah-masalah yang terjadi dalam hubungan pacaran jarak jauh disebabkan karena merasa tidak nyaman karena disukai atau menyukai orang lain, berkurangnya rasa percaya sehingga merasa tertekan karena takut pasangannya berpaling dan berkurangnya komunikasi menyebabkan kesalahpahaman yang akan menganggu hubungan yang sedang dijalani.
Kondisi yang tidak menyenangkan yang dihadapi secara terus menerus akan menuntut seseorang untuk menyelesaikannya. Adanya keinginan dan tuntutan untuk memecahkan masalah dan situasi yang menekan merupakan pemicu munculnya sekumpulan individu untuk mengatasinya. Cara-cara untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang menekan disebut dengan coping(Wardhani,2002:9).
Dalam menyelesaikan masalah, seseorang menggunakan problem
focused coping. Seseorang yang cenderung menggunakan problem focused
coping dalam mengatasi masalah yang dialami akan cenderung untuk lebih
terfokus pada masalah yang dihadapinya dan berusaha untuk mencari berbagai cara untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Arbidiati, et.al.2007:24).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi coping adalah
jenis kelamin. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan problem focused coping dalam menghadapi masalah. antara pria dan wanita
53
berdasarkan hasil penghitungan uji t didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hamiltondan Fagot; Havlovic dan Keenan yang menyatakan bahwa problem focused coping antara pria dan wanita berbeda. Selain itu, Patteck
mengemukakan bahwa ketika mahasiswa berhadapan dengan masalah sehari-hari maka pria dan wanita akan menggunakan metode problem focused
coping. (Rizki,.et.al,2008:7-75)
Penolakan hipotesis juga terjadi karena menurut J.T. Ptacek, Ronald Smith dan John Zanas dalam pandangan struktural perbedaaan mendasar antara pria dan wanita datang dari perbedaan situasi stress yang berbeda sehingga pada situasi stres yang sama seseorang akan menggunakan strategi coping yang sama. Subyek dalam penelitian ini sering menghadapi stres yang
sama yaitu berkurangnya kepercayaan karena tidak dapat memantau perilaku pasangan, terjadi kesalahpahaman dan konflik karena komunikasi yang mulai berkurang dan godaan untuk selingkuh karena bosan dan merasa kesepian. Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan strategi coping yang digunakan oleh pria dan wanita yang menjalani pacaran
jarak jauh di masa dewasa awal.
Dari hasil perbedaaan mean dapat dilihat bahwa wanita lebih menggunakan metode problem focused coping dalam menghadapi stres pada
pacaran jarak jauh. Hal itu terlihat dari banyak wanita yang menghadapi stres dengan mencari penyebab masalah, berusaha memperbaiki hubungan dengan melakukan tindakan yang dapat menyelesaikan masalah dan menemui pacar
54
untuk dapat berdiskusi tentang masalah yang sedang terjadi dalam hubungan mereka.
Pada masa dewasa awal,baik pria maupun wanita akan menyelesaikan masalah dengan berfokus pada sumber masalah atau dengan metode problem
focused coping. Hal tersebut karena seseorang yang berada pada masa dewasa
awal akan mulai mengatur pemikiran secara operasional dan dituntut tanggung jawab dalam memutuskan sesuatu sehingga mereka merencanakan tindakan dan membuat hipotesis yang lebih sistematis ketika mendekati masalah dan tidak hanya menggunakan emosi yang hanya bersifat sementara karena sesungguhnya masalah yang terjadi belum selesai dan hanya meredakan emosi. (Santrock,2002:91-92). Mereka mengatasi masalah dengan cara selalu berhati-hati dalam memutuskan sesuatu (cautiousness), selalu membuat
perencanaan sebelum bertindak (instrumental action) dan berkompromi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanDari hasil uji t pada metode Problem Focused Coping sebesar 0,186
dengan taraf signifikansi sebesar 0,853 > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan antara pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa dewasa awal pada penggunaan metode Problem Focused Coping dalam
menghadapi masalah
Dari hasil mean Problem FocusedCoping pada subyek wanita sebesar
56,00 dan pada subyek pria adalah 55,70 terlihat bahwa mean subyek wanita lebih tinggi dari pada mean subyek pria, namun perbedaan tersebut tidak terlalu kuat.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa yang berpacaran jarak jauh
Dalam menghadapi masalah pada pacaran jarak jauh yang dijalani mahasiswa dapat menggunakan metode problem focused coping seperti
mencari akar permasalahan, membuat perencanaan sebelum melakukan sesuatu, mengevaluasi cara-cara yang sudah dilakukan dan berdiskusi dengan orang yang menjadi sumber masalah untuk menjaga kelangsungan hubungan mereka daripada menggunakan emosi karena bila menggunakan emosi sebenarnya masalah belum selesai karena hanya meredakan emosi yang timbul dari masalah.
56
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti permasalahan yang sama, mungkin diperlukan alat ukur lain yang mendukung selain angket untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak yang dapat mendukung data penelitian. Alat ukur tersebut misalnya dengan wawancara terhadap subyek untuk mengetahui situasi-situasi yang dapat menimbulkan permasalahan dalam hubungan pacaran jarak jauh dan mengetahui status berpacaran subyek yaitu benar-benar berpacaran jarak jauh dan bukan pacaran jarak jauh dan jarak dekat.
DAFTAR PUSTAKA
Andanasari, Rakhel. Ririn.(2008). Coping stress pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Skripsi Fakultas Psikologi Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan)
Arbidiati, R.A, Catur, Wahyu & Kurniati,Ni, Made, Taganing (2007). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan problem focused coping pada sales.
Jurnal Psikologi Vol 2. hal 24-27. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Srsitek dan Sipil). Universitas Gunadrama.
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi.(2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Revisi V. Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta
Artis, Info. Acha septriasa dan irwansyah putus lagi. (2008, Juli1) Dipungut 24 Agustus 2009 dari www. Info artis.com
Azwar, Saiffuddin. (1997).Reliabilitas dan validitas.edisi 1. cetakan I Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
(2007). Penyusunan skala psikologi. Edisi 1 cetakan IX Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Baron, R.A, Byrne, D & Branscombe, N. R (2006). Psychology social (eleventh ed). Boston:Pearson Eduction,Inc
Berk, Laura. E. (2007). Development through life span. Boston: Pearson Education.
Brannon, Linda (1996). Gender psychological perspective. USA: Ally and Bacon Dian, K. Oktaviani (2006). Kesepian pada wanita dewasa awal yang menjalani
pacaran jarak jauh. Skripsi Fakultas Psikologi Univeristas Gundarma (bagian abstrak) tidak diterbitkan.
Drake, Jonathan (2007 april 3). Long distance relationship dipungut pada tanggal 24 Februari 2009 dari http://www.urban dictionary.com
Ellywati. (2003). Perbedaan sikap remaja putri yang bertempat tinggal bersama orang tua dengan yang bertempat tinggal tidak bersama orang tua terhadap perilaku seksual masa berpacaran. Skripsi Fakultas Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan) Gunarsa dan Gunarsa. (1991). Psikologi untuk muda-mudi. Jakarta : PT BPK
Gunung Mulia
Hampton, David P. (2008) The effect of communication on satisfaction in long distance and proximal relationship of college students. Missouri Western State University
58
Hartono, (2008). SPSS.16.0 Analisis data statistika dan penelitian. Edisi 1 cetakan 1.Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Zanava
Kerlinger, F.N (1996). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Lefton, Lester. A & Linda Brannon (2003).Psychology eighth edition. America: Person Educational Inc
Limbong. Veronika. Rismauli. (2003). Menelaah strategi coping pada Mahasiswa yang menghadapi masalah skripsi berdasarkan jenis kelamin. Skripsi Fakultas Psikologi Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan)
Lyons, C. Antonia and Kerry. Chamberlain. (2006). Health psychology a critical Introduction. Cambridge: University Press
Majalah Lisa (2006). Cinta interlokal, mungkinkah bertahan. Dipungut pada tanggal 14 Maret 2009 dari http://www.cyberwoman.cbn.net.id.htm
Ma’shum,Yahya dan Wahyurini, Chatarina (2004). Pacaran itu apa sih….?
Dipungut pada tanggal 10 maret 2009 dari http://kesehatan/news/htm Mu’tadin, Zainudin. Strategi coping. (2002, Juli 22) dipungut 10 November 2008
dari www. e-psikologi.com/epsi/individual/2008_01_06.archive.html Mulamawitri, Trinzi.(2005). Pacaran jarak jauh. Dipungut pada tanggal 21
Oktober 2008 dari http://www.kompas.com
Nisa, Saadatun. (2007). Konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa muda.
Skripsi Fakultas Psikologi Univeristas Gundarma (bagian abstrak) tidak diterbitkan.
Paludi, Michele. A (2002). Human development in multicultural context: a books of Readings. New Jersey: Prentice Hall
Papalia, Diane. E, Sally. W & Ruth, D.F. (2005). Human development (10ed).
New York: Mc Graw Hill
Paramitha, Agustia. Abdurrohim dan Ari. Dhamayanti. (2007). Keterkaitan perilaku emotion focused coping dengan minat dugem pada siswa kelas II SMA “X” Semarang. Jurnal psikologi proyeksi vol 2.No 1.
Resep Sukses Pacaran Jarak Jauh. (2009,maret 6).Dipungut pada tanggal 15 Februari 2010 dari http://www.kompas.com/resep sukses pacaran jarak jauh. Rini, Indah. Ria. Sulistya. (2008). Dukungan keluarga sebagai upaya untuk
menjaga keberlangsungan perkawinan jarak jauh. Jurnal Psikologi , Vol 3 .No 1.
59
Rizki, Binta. Mut’tiya. Joko. Kuncoro dan Ratna. Supradewi. Problem focused coping pada mahasiswa hafidz ditinjau dari kecerdasan spiritual dan jenis kelamin di UnissulaSemarang. Jurnal Psikologi Proyeksi. Vol 3. No1. Santrock, J. W. (2002). Life-Span development perkembangan masa hidup Jilid II.edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga
Setianingsih, Rr. Indras. Tuti. Sriwahyu (2003). Hubungan perilaku coping stress dengan tingkat religiusitas pada penghuni panti rehabilitas. Psikowacana vol II. No2.
Smet, Bert (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT Grasindo
Skinner, Breeana. (2005). Perceptions of college student in long distance relationship.UW-L Journal of Undergraduate Research VIII
Supratiknya, A. (1998). Psikometri. Yogyakarta: Pusat Penerbitan & Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi USD.
(2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Susantiny. (2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecenderungan menggunakan problem focused coping pada wiraniaga pria. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan)
Wangsadjaja, Reina. Stress. dipungut 10 November 2008 dari www. Rumah Belajar Psikologi.com/index.php/stress.html
Wardhani, Lestari Wulandari Caesarin (2002). Hubungan efikasi diri dengan problem focused coping menghadapi masalah skripsi. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan)
Weber, Hannelore. (2003). Breaking the rules: personal and social responses to coping norm-violations. Anxiety, Stress and Coping. Juni 2003. Vol 16 No 2 pp 133-153
Wikipedia (2009). Long distance relationship. Dipungut pada tanggal 23 Februari 2009 dari http://en.wikipedia.org/wikil/long-distance-relationship.
Utami, Veronika. Josri. (2006). Perbedaan sikap siswa putra dengan siswi putri dalam hal perilaku seksual masa pacaran dan iimplikasinya bagi usulan materi bimbingan seksualitas pada siswa-siswi kelas 1 SMA BOPKRI 2 yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Skripsi Fakultas Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (tidak diterbitkan)
Yamin, Sofyan & Heri. Kurniawan.(2009). SPSS complete teknik analisis statistik terlengkap dengan software SPSS. Jakarta: Salemba Infotek
LAMPIRAN A:
1.
SKALA PENELITIAN
2.
DATA SUBYEK PENELITIAN
LAMPIRAN B:
1. UJI RELIABILITAS
2. UJI NORMALITAS
3. UJI HOMOGENITAS
61
1. SKALA PENELITIAN
IDENTITAS SUBYEK Inisial : Jenis Kelamin : Usia : Agama : Suku :Pekerjaan : .../Mahasiswa semester….
Alamat :Asal :
Tempat tinggal skrg:
Lama berpacaran :
Pengeluaran per bulan: :
Frekuensi pertemuan dengan pacar per bulan: Sarana komunikasi dengan pacar :
62 IDENTITAS PACAR Inisial : Jenis Kelamin : Usia : Agama : Suku : Pekerjaan : ... / Mahasiswa semester…. Alamat :Asal : Tempat tinggal skrg:
63
Petunjuk Pengisian
Dibawah ini disajikan suatu masalah yang berhubungan dengan cara mengatasi masalah dalam pacaran jarak jauh. Anda diminta menempatkan diri sebagai orang yang mempunyai masalah tersebut. Bayangkanlah seandainya masalah tersebut benar-benar terjadi pada diri anda. Setelah itu jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih salah satu dari 4 alternative jawaban yang tersedia.
Setiap pertanyaan disediakan empat alternative jawaban yaitu: SS (sangat setuju), S (setuju),TS (tidak setuju),STS (sangat tidak setuju)
Anda hanya diperbolehkan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan tanda silang (X)
Tidak ada jawaban yang salah selama jawaban tersebut menggambarkan diri anda yang sebenarnya. Jika sudah selesai periksalah kembali dan jangan ada pertanyaan yang terlewati.
Saya sangat menghargai kerjasama anda. Terimakasih
No Pernyataan Pilihan
SS S TS STS
1 Saya mengambil keputusan tanpa dipikirkan terlebih dahulu ketika terjadi kesalahpahaman dalam hubungan jarak jauh kami.
2 Banyaknya tantangan dalam pacaran jarak jauh membuat saya menyerah dalam menjalin hubungan dengan pacar.
64
3 Saya tidak bertanya kepada sahabat tentang cara mengatasi masalah dalam hubungan jarak jauh yang saya jalani
4 Saya selalu berpikir masak-masak terhadap langkah-langkah yang sudah saya lakukan dalam menyelesaikan masalah dengan pacar. 5 Saya selalu bersikap hati-hati dalam mengambil
keputusan ketika mempunyai masalah pada hubungan jarak jauh yang saya jalani.
6 Saya pernah berpikir untuk memutuskan
hubungan jarak jauh yang saya jalani bila ada masalah dengan pacar.
7 Ketika saya mempunyai masalah dengan pacar, saya selalu menelponnya untuk membicarkan masalah.
8 Masalah yang kami hadapi akan beres dengan sendirinya sehingga saya tidak perlu membicarakannya dengan pacar
9 Jarak yang jauh membuat saya melakukan komunikasi yang lebih efektif agar tidak ada lagi kesalahpahaman diantara saya dengan pacar.
10 Lebih baik menonaktifkan handphone daripada berdiskusi dengan pacar bila menghadapi masalah dalam hubungan jarak jauh
11 Setiap menghadapi masalah dengan pacar, saya selalu mencari faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
12 Saya tidak pernah mengevaluasi apa yang sudah saya lakukan untuk menyelesaikan masalah
65
dengan pacar.
13 Saya akan membalas SMS dari pacar untuk mencari jalan keluar dari permasalahan dalam hubungan jarak jauh yang saya jalani.
14 Waktu akan membuat segalanya berubah, sehingga saya lebih baik menunggu daripada memikirkan masalah dalam hubungan jarak jauh yang saya jalani.
15 Saya akan mendiamkan pacar dan bersikap cuek terhadap pacar saya ketika kami sedang mempunyai masalah.
16 Saya akan bertanya kepada sahabat bagaimana cara mengurangi kesepian dan kebosanan karena jauh dari pacar.
17 Secepat mungkin saya dan pacar akan berdiskusi untuk mencari jalan keluar dari