• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

B. Pacaran Jarak Jauh

coping (misalnya, perencanaan dan coping secara aktif) maupun

emotional focused coping (antara lain mencari dukungan sosial dan

perenungan kembali) dibandingkan dengan pria.

Menurut J.T. Ptacek, Ronald Smith dan John Zanas mendiskusikan perbedaan dua pandangan untuk jenis kelamin dan coping yaitu: (Brannon:1996:388)

a. Pandangan sosialisasi

Wanita memberi reaksi terhadap stres secara emosional dan pria diduga bereaksi secara aktif, strategi problem. Jadi diduga bahwa pria dan wanita akan menggunakan strategi yang berbeda dalam situasi stres yang sama.

b. Pandangan struktural

Perbedaaan mendasar antara pria dan wanita datang dari perbedaan situasi stress yang berbeda .

Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan pemilihan perilaku coping adalah usia,

pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan sosial, jenis kelamin, karakteristik kepribadian dan pengalaman

B. Pacaran Jarak Jauh 1. Pengertian Pacaran

Gilarso (dalam Utami,2006:27) menjelaskan pacaran sebagai hubungan yang semula adalah teman biasa menjadi hubungan istimewa

20

atau mengkhusus. Pacaran mengandung pengertian bahwa pria dan wanita mulai memproses hubungan mereka, untuk secara serius menjajagi dan memikirkan kemungkinan mereka melestarikan hubungan mereka sampai pada jenjang perkawinan. Lips (dalam Ellywati,2003:15) menjelaskan hubungan heteroseksual ini dengan istilah kencan atau dating yang

kemudian berlanjut dengan pacaran. Soesilowindardini mengatakan dating

adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan hubungan antara pria dan wanita pada tahap pengenalan yaitu suatu tahap awal dari suatu hubungan serius.

Dalam membangun keterikatan dengan orang lain, orang harus mencari pasangan dan membangun ikatan emosi yang menopang mereka tiap waktu. Pada dewasa awal dikhususkan mengenai cinta romantic, yang

membutuhkan keterikatan. Biasanya orang memilih pasangan yang mirip dengan dirinya dalam hal sikap, kepribadian, rencana pendidikan, intelegensi, daya pikat fisik dan bahkan tinggi badan. Selama perbedaan mengizinkan setiap orang untuk memuaskan pilihan pribadi dan tujuan, mereka dapat menyumbangkan kecocokan. Faktanya, penelitian menemukan bahwa pasangan yang memiliki banyak kemiripan lebih memuaskan mereka untuk merawat hubungan mereka (Berk,2006:468)

Untuk melalui hubungan pacaran, biasanya diawali dengan proses perkenalan, pertemanan, bersahabat hingga memasuki hubungan pacaran. Seseorang akan menjalin hubungan dekat dengan orang yang dikasihi melalui hubungan pacaran karena merasakan kenyamanan dan kecocokan.

21

Dalam menjalin hubungan pacaran biasanya bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain. Hubungan berpacaran akan terjalin dengan baik bila ada rasa nyaman, rasa pengertian, rasa percaya dan keterbukaan satu sama lain. Kedewasaan dalam berpacaran bisa dilihat dari kesiapan untuk bertanggung jawab. Ini dapat dilihat dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan peran, membagi waktu, perhatian, dan tanggung jawab terhadap masa depan. Serta kesiapan untuk berbagi dengan orang lain, menghadapi permasalahan pacaran, dan tetap bisa mengendalikan diri dan memenuhi nilai-nilai yang dianut dalam berhubungan dengan lawan jenis. (Ma’shum, & Wahyurini: 2004).

Erikson melihat perkembangan pada hubungan keterikatan adalah tugas yang penting sekali dalam masa dewasa awal. Membutuhkan bentuk yang kuat, seimbang, tertutup dan hubungan yang penuh kepedulian. Elemen penting dalam hubungan keterikatan adalah self-disclosure yaitu

menyatakan informasi penting dari dalam dirinya kepada orang lain. Hubungan keterikatan memerlukan kemampuan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan komunikasi emosi, pemecahan konflik dan kemampuan menopang komitmen (Papalia,2005;520).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah suatu hubungan yang terjalin dengan lawan jenis karena adanya keterikatan, kenyamanan, kepercayaan, perhatian dan kecocokan satu sama lain untuk mengenal kebiasaan, karakter atau sifat masing-masing pasangan.

22

2. Pengertian Pacaran Jarak jauh

Saat menjalin hubungan pacaran, seseorang selalu ingin merasa dekat satu sama lain secara fisik maupun perasaan. Namun, dalam menjalani pacaran, individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya, sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen namun individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. (Nisa,2007).

Shalstein (Rini,2008:22) mendefinisikan hubungan jarak jauh sebagai hubungan ketidakhadiran secara fisik pasangannya. Namun kebanyakan perpisahan karena ketidakhadiran pasangan secara fisik sifatnya sementara dan terjadi karena kemauan. Menurut Ruth Purple pacaran jarak jauh adalah adanya jarak atau benua atau laut diantara dua orang yang saling cinta. Dalam hubungan ini merupakan kerja keras karena memerlukan rasa saling percaya dan komitmen.

Hubungan pacaran jarak jauh memerlukan ikatan yang kuat dan kejujuran. Hal ini diperlukan dua orang yang saling mencintai (Drake, 2007). Jarak jauh dalam hubungan jarak jauh berkisar antara jarak yang jauh ke suatu daerah atau bahkan negara.

23

Long distance relationship memiliki banyak definisi. Biasanya

menggunakan kriteria “terpisah jarak beberapa mil ” meskipun ukuran tepat untuk milnya selalu berubah, contohnya Schwebel menggunakan 50 mil (80,4672 km) atau lebih untuk penelitiannya, dimana Lydon, Pierce, O’Regan dan Knox menggunakan 200 mil (321,8688 km) atau lebih untuk mendefinisikan long distance relatinship. Penelitian lain menggunakan

definisi lain yang kurang konkret. Contohnya, Guldner menggunakan perkataan ”pasanganku tinggal cukup jauh dari saya yang akan sangat susah atau tidak mungkin untuk melihatnya setiap hari”. Definisi yang berbeda menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang berperan dalam hubungan pacaran jarak jauh. (Skinner,.2005)

Menurut Sprecher dalam hubungan pacaran jarak jauh komunikasi dilakukan dengan tidak tatap muka karena terhalang dengan jarak sehingga mereka berkomunikasi dengan cara email atau telepon. (Hampton, 2008). Namun, komunikasi dan cinta tidak satu-satunya faktor yang dapat menopang hubungan diantara pasangan tetapi kepuasan dan komitmen juga merupakan sesuatu hal yang sama penting dalam hubungan pacaran jarak jauh. Beberapa penelitian menemukan bahwa komitmen adalah prediktor yang baik dalam kestabilan hubungan. Komitmen yang dimiliki laki-laki berbeda dengan wanita. Wanita memperlihatkan lebih berkomitmen daripada pria (Skinner,2005)

Berdasarkan uraian di atas definisi pacaran jarak jauh adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang saling berkomitmen yang

24

terpisah dengan jarak 50 mil (50 mil = 80,4672 km) atau 200 mil (321,8688 km) dan mereka terpisah secara fisik karena pasangan berada di daerah, kota, pulau atau negara yang berbeda.

3. Tantangan Dalam Pacaran Jarak Jauh

Menurut Shehan menyatakan interaksi yang positif akan ditandai dengan seringnya pasangan menghabiskan waktu berdua, adanya keterbukaan dan kedekatan satu sama lain, adanya emosi positif dan perilaku yang menunjukan rasa cinta dan kasih sayang dan perilaku yang saling mendukung (Rini, 2008:20). Teori-teori tentang hubungan cinta romantik juga mensyaratkan kedekatan fisik sebagai salah satu syarat terbangunnya hubungan yang sehat Namun pada hubungan pacaran jarak jauh hal tersebut tidak dapat terjadi karena mereka tidak selalu dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain.

Pada pasangan yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh akan menghadapi banyak tantangan. Tantangan yang terdapat dalam hubungan pacaran jarak jauh yaitu: (Wikipedia, 2009)

a. pasangan jarak jauh terpisah karena jarak dan akan memungkinkan adanya konflik

b. komunikasi dapat lebih menantang dan sangat diperlukan.

c. perilaku pasangan tidak dapat dimonitor sehingga diperlukan kepercayaan

d. hubungan secara fisik dan perilaku seksual tidak dapat dilakukan

25

e. kemungkinan pasangan menjadi bosan dan lenggang

Menurut Dr. Greg Guldner, direktur Center for the Study of Long-Distance Relationships, yang membedakan antara pasangan yang berhasil dan tidak berhasil menjalani LDR adalah: peraturan dasar seperti berapa kali sehari memberikan kabar dan jadwal bertemu. Dr. Guldner menjelaskan, sekitar 70% pasangan LDR yang tidak mengatur perjanjian sejak mula, rata-rata putus hubungan setelah 6 bulan (resep sukses pacaran jarak jauh,2009). Anwar Sheriff (Majalah Lisa, 2006) mengatakan bahwa hubungan pacaran jarak jauh adalah hubungan yang penuh risiko. Kebanyakan hubungan pacaran jarak jauh gagal karena tak ada rasa saling percaya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga hubungan jarak jauh tetap awet. Hal tersebut tergantung tekad, sifat hubungan asmara itu sendiri, dan seberapa kuat komitmen untuk menjalani hubungan tersebut. Jika ada tekad, memiliki hubungan yang kokoh, dan mau menjalani komitmen, maka hal tersebut dapat menjadi modal untuk menjalankan hubungan jarak jauh. Namun, hal tersebut tergantung pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh, karena pacaran jarak jauh itu sangat rentan dengan hal-hal negatif seperti, selingkuh.

Dokumen terkait