• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOVEL POPULER

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 98-101)

PEMBELAJARAN SASTRA POPULER DALAM PENGENALAN KESETARAAN DAN KEADI LAN

D. NOVEL POPULER

Novel adalah cerita, dan cerita tentu digemari oleh anak-anak hingga orang dewasa. Novel merupakan karya sastra yang digemari manusia pada ceritanya, entah itu faktual, atau berhubungan dengan gurauan, atau sekadar ilustrasi dalam percakapan. Bahasa novel juga bahasa denotatif , tingkat kepadatan dan makna gandanya sedikit. Oleh karena itu novel mudah dibaca dan dicermat. Disamping itu, novel mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Novel adalah genre sastra dari Eropah yang muncul dilingkungan kaum borjuasi di I nggris dalam abad 18 yang pada waktu itu judul dari novel pertama dikenal atau disebut dengan karya novel adalah “Pamela”. Menurut Sumardjo (1999) novel adalah pruduk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, cukup waktu luang untuk membacanya. Hal ini digambarkan pada masa orde baru dapat dikatakan cukup banyak golongan pembaca wanita dari lingkungan menengah atas terpalajar. Pada era Reformasi pembaca novel

tidak terbatas pada orang tertentu baik dari kaum remaja hingga berbagai golongan menyukai novel. Novel dapat dibaca dimana saja dan kapan saja.

Pengkajian terhadap novel populer lebih menarik kepada “apa yang mereka baca”. Tingkat apresiasi novel populet I ndonesia sebenarnya sangat tinggi, dilingkungan kaum terpelajar. Pengkajian terhadap novel lebih menarik untuk dibahas tentang apa yang mereka tulis, novel-novel ini ditulis dengan kepedulian lingkungannya. Ada minat untuk bersuara, untuk mengatakan tentang lingkungan hidupnya.

Beberapa pendapat yang membedakan antara novel populer dan novel serius. Salah satu ciri dari novel serius adalah kepedulian kepada masalah-masalah lingkungan hidupnya. Asal sosial, pendidikan, pekerjaan dari penulis novel serius dapat menjelaskan latar belakang mengapa dibahas masalah tertentu untuk masyarakatnya, inilah pendekatan kausalitas yang dapat menjelaskan mengapa pada suatu masa para novelisnya memilih tema tertentu, gaya penulisan tertentu. Apa yang ditulis dalam novel- novel serius, meskipun lingkungan pembacanya terbatas, menjadi penting untuk sejarah intelektual suatu masyrakat . sedangkan novel poupler bersifat eskapisme menolak keterlibatan dengan masalah lingkungan kehidupan. Dalam segala cuaca situasi sosial politik apapun, kalau genre detektif atau roman percintaan sedang digemari, maka jenis itulah yang ditulis (Sumardjono,1999).

Selanjutnya disinggung, novel populer ditentukan oleh jumlah oplah dan cetak ulang. Dengan mudah novel populer mudah disambar oleh kepentingan dagang dan industri. Bukan persoalan masyarakat yang diangkat dalam novel, tetapi persoalan yang sedang digemari oleh pembacanya. Hal lainnya adalah tujuan akhir dari novel serius adalah kebenaran sedang tujuan akhir seni populer melayani apa yang disenangi konsumennya (“kebenaran” konteksnya).

Kesimpulannya antara novel populer dan serius pada perkembangan akhir-akhir ini tidak ada perbedaan diantara kedua jenis karya sastra tersebut. Karya populerpun akhir- akhir ini mengankat permasalahan yang dalam pada kehidupan masyarakat, contohnya “Ketika Cinta Bertasbih” mengangkat permasalahan Ketidak adilan gender yang sangat kental. Penulisan kedua novel tersebut tidak ada perbedaan yang menonjol di Amerika pada akhi-akhir ini. Para sastrwan justru jenderung untuk menghilangkan perbedaan dan tidak ada batas diantaranya. mereka kini ingin melenyapkan batas-batas tersebut. Pada intinya kedua novel tersebut membutuhkan kreativitas yang sama, tingkat intelektual yang sama, muatan ilmu pengetahuan yang sama, hanya kadang-kadang ada novel yang ditulis mementing masalah atau gaya yang lagi disukai atau booming.

E. PEMBELAJARAN KKG MELALUI NOVEL POPULER

Pembelajaran sastra disekolah tingkat dasar, pertama, menengah maupun di tingkat Universitas memerlukan strategi yang tepat agar proses tranformasi ilmu dan nilai-nilai budaya melalui karya sastra menghasilkan manusia I ndonesia yang berbudi. Untuk menanamkan nilai menghargai kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki sebagaimana didalam kurikulum 2004 salah satu tujuannya adalah mengangkat masalah gender. Oleh karena itu, perlunya pemilihan materi sastra yang berhubungan dengan ketidak adilan gender. Karya-karya sastra baik karya serius maupun populer dapat disajikan dan didiskusikan secara mendalam. Pengenalan kesetaraan dan keadilan gender dapat dianggat atau diperkenalkan lewat karya karya sastra yang lagi booming atau

dikatakan novel populer seperti “Ketika Cinta Bertasbeh” atau “Perempuan Berkalung Sorban” dan dapat diangkat juga novel-novel zaman yang lalu, “Layar Terkembang” dan sebagainya sebagai pembanding. Kegiatan proses belajar dapat digunakan metode mandiri.

Untuk menyajikan materi sastra yang menarik sebagaimana disebutkan diatas, “Perempuan Berkalung Sorban” oleh abida. Novel tersebut telah dilayar lebarkan dan menyedot banyak penonton antaranya kaum remaja. Di I ndonesia novel yang benar- benar menggugat posisi subordinate perempuan belum banyak ditulis. Novel “Perempuan Berkalung Sorban” menjadi salah satu perintis yang secara gamblang memperjuangkan kesetaraan gender. Abidah menggambarkan satu sisi kehidupan manusia, pemberontakan terhadap dominasi kekuasaan laki-laki. Meskipun telah banyak orang yang berbicara soal gender baginya hanyalah berbicara diruang kosong. Realitanya perempuan banyak mengalami kekerasan, terutama dalam kehidupan rumah tangga. Tokoh Anisa menggambarkan perempuan muslim yang tidak radikal, tokoh feminis yang mengangap gugatannya tidak dengan amarah, bersifat plural dan terbuka. Mengkiritisi dunia laki-laki, dunia patriaki.

“Perempuan Berkalung Sorban* dapat didiskusikan siswa dengan arahan guru menyangkut ketidak adilan gender dalam keluarga yaitu cara orang tua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan di rumah, contoh dialog antara Nisa dan ibunya:

“Nisa,Nisa ...! Ayo keluar, bantu ibu didapur:. “Nisa ada PR, yang belum digarap, Bu ,Nanti bisa kena strap. “Mengapa tidak digarap sepulang sekolah. Bu berlalu kedapur Dengan muka kesal. Dengan kesal pula kuintip ibu yang tak sedikitpun menengo ke arah kamar Rizal atau Wildan. Lalu dari pintu kamar Rizal, sesosok kepala nongol Disana sambil nyelutuk, dasar pemalas.

Dialog tersebut diatas memberi informasi penting bagi siswa bahwa pola asuh dalam keluarga menggambarkan ketidak setaraan gender. Pola tersebut sudah perlu dihilangkan. Oleh karena itu, anak perempuan maupun anak laki-laki posisinya sama dalam hal melaksanakan tugas rumah. I nformasi penting lainnya yaitu siswa memperoleh pembelajaran tentang kekerasan yang sering dilakukan oleh kaum laki-laki, khususnya sering ditemukan dalam kehidupan rumah tangga. Tokoh Khodori dan Samsudin sangat berbeda. Khodori sangat menghargai dan memperlakukan perempuan dengan baik, sedangkan Samsudin yaitu mantan suami Anisa sangat melecehkan kaum perempuan. Dari gambaran kedua tokoh laki-laki tersebut, siswa akan memperoleh nilai-nilai penting memperlakukan istri dengan baik. artinya seorang suami tidak dapat sewenang-wenang menguasai istrinya tetapi memberi ruang bagi istrinya dalam mengeksperisikan hidupnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Khodori terhadap istrinya. Penyajian gender dalam pembelajaran sastra dapat disajikan pada karya-karya yang booming difilimkan dan dibanjiri penonton dari kalangan remaja antara lain, “Ketika Cinta Bertasbih” menggambarkan tokoh perempuan Annah yang berani mengambil keputusan atau memberi suara sebelum ikatan perkawinan diikrarkan. Tokoh Furkon menggambarkan sosk laki-laki yang menghargai perempuan, khususnya istri. Tokoh Forgon merasa terkena penyakit kelamin sehingga dia tidak ingin istrinya keturan penyakit yang sama. Nilai-nilai yang terdapat dalam karya-karya sastra akan memberi informasi penting dalam pembelajaran menghargai kaum perempuan serta dapat membentuk karakter siswa dalam hal moral.

Dalam dokumen Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta (Halaman 98-101)