• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP LATAR BELAKANG BUSHIDO

2.4. Novel Shiosai

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pangarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang terkandung dalam suatu karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait dengan erat dengan masalah kehidupan. Namun tema bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau keinginan pengarang yang menyiasati persoalan yang muncul.

Dalam novel Shiosai karya Yukio Mishima ini, tema yang diusung adalah masalah percintaan dan asmara, antara Shinji dan Hatsue. Dengan berdasar tema

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku), 2009.

USU Repository © 2009

keagungan cinta, dalam novel ini terselubung ajaran “berani berbuat dan berani bertanggungjawab”, bahwa seseorang harus berani menentukan sikap dalam setiap permasalahan dan tidak lari dari masalah.

2.4.2. Alur/Plot

Salah satu elemen terpenting dalam membentuk sbuah karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerpen, plot sering pula disebut dengan istilah alur. Dalam pengertiannya yang paling umum plot atau alur dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang ada dalam satu cerita. Alur atau plot diartikan juga sebagai suatu konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan dan dialami oleh para pelaku.

2.4.3. Penokohan

Sebagian besar tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati hanya rekaan atau imajinasi pengarang, masalah penokohan merupakan salah satu sarana penting dalam membangun suatu cerita. Tokoh-tokoh tersebut bukan hanya berfungsi dalam memainkan cerita, tetapi juga berperan dalam memainkan ide, motif, plot dan tema. Semakin berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan salah satu alasan pentingnya peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang.

Tahap ini menguraikan latar cerita atau penokohan.

• Tahap pengenalan

Yaitu dengan memperkenalkan tokoh utama yaitu Shinji yang pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan di pulau utajima, dan juga kebiasaan hidupnya.

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku), 2009.

USU Repository © 2009

Lalu Hatsue anak dari pemilik kapal dan orang terkaya di desa itu, yaitu Terukichi Miyata, yang menaruh hati pada Shinji.

• Tahap penampilan masalah/konflik

Ditahap ini, Shinji dan Hatsue mendapat larangan untuk berhubungan oleh ayah Hatsue, yaitu Terujichi Miyata. Dan ditandai munculnya tokoh antagonis, yaitu Chiyoko dan Yasuo. Chiyoko adalah wanita yang menaruh simpati terhadap Shinji, dan seorang yang terpelajar, dan Yasuo adalah seorang pemimpin sebuah perkumpulan pemuda di desa itu, yang sangat mengidam-idamkan menjadi pendamping Hatsue.

• Tahap konflik memuncak

Dalam tahap ini Shinji dan Hatsue mulai tidak mendapat simpati dari keluarga mereka, dimana mereka sudah menjadi bahan pembicaraan orang-orang di desa itu. Shinji menjadi bahan pembicaraan oleh teman-temannya di perkumpulan pemuda dan Hatsue dimarahi oleh ayahnya dan melarang dia untuk bertemu dengan Shinji.

• Puncak ketegangan/klimaks

Tahap ini dimana ibu Shinji mendapat perlakuan yang arogan dari ayah Hatsue, dengan diusir dari rumahnya, dan dia merasa terhina. Shinji dimarahi ibunya karena bergaul dengan Hatsue.

• Tahap ketegangan menurun

Di sini, Shinji mendapat kesempatan untuk membuktikan bahwa dialah yang cocok menjadi pendamping Hatsue dengan keberanian dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam tahap ini, Terukichi Miyata telah memilih calon menantunya, yaitu Shinjii, yang dengan pemberitahuan kapten kapal, bahwa dia lebih baik dari pada Yasuo, seorang penakut. Dan Terukichi memberi Shinji kesempatan untuk mempersunting anak perempuannya. Karena Shinji telah membuktikan keberanian dala menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

2.4.4. Sudut Pandang

Sudut pandang atau cara bercerita adalah kedudukan pencerita atau penulis dalam membawakan cerita atau kisah. Ada beberapa macam sudut pandang atau cara bercerita.

• Sudut pandang orang pertama

Pengarang memakai istilah aku untuk menghidupkan tokoh, seolah-olah dia menceritakan pengalamannya sendiri.

• Sudut pandang orang ketiga

Pengarang memilih salah seorang tokohnya untuk menceritakan orang lain, tokoh yang diceritakan itu disebut dengan dia.

• Sudut pandang pengarang sebagai pencerita (objective point of view)

Pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seolah-olah pembaca menonton pementasan sandiwara. Pembaca hanya dapat menafsirkan cerita berdasarkan kejadian, dialog, dan perbuatan para pelakunya karena pengarang tidak memberikan petunjuk atau tuntunan terhadap pembaca.

• Sudut pandang serba tahu (omniscient point of view)

Pengarang seolah serba tahu akan segalanya. Ia dapat menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku), 2009.

USU Repository © 2009

diinginkannya. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para pelakunya dan ia dapat berbicara langsung dengan pembaca

Dalam novel Shiosai ini, sudut pandang yang digunakan oleh Yukio Mishima adalah sudut pandang serba tahu (omniscient point of view). Dimana Mishima menceritakan semua apa saja yang ia perlukan untuk mencapai tujuannya, yaitu dengan menjelaskan setiap karakter dari pada tokoh-tokohnya. Shinji yang merupakan seorang pekerja keras dan bertanggung jawab dalam setiap tindakannya. Hatsue yang pendiam dan taat kepada perintah ayahnya, dan ayah Hatsue, yaitu Terukichi Miyata adalah orang terkaya di pulau itu, digambarkan sebagai orang yang keras dan disiplin, dia adalah orang yang sangat disegani.

2.4.5. Latar/Setting

Dalam karya sastra, setting merupakan elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut dapat menggambarkan situasi umum sebuah karya. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan setting hakikatnya tidaklah hanya untuk menyatakan di mana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial, dan pandangan masyarakatnya.

Dalam novel Shiosai ini, menggambarkan sebuah kehidupan para nelayan yang hidup di sebuah pulau, yaitu utajima, dan watak dan perilaku para tokohnya tidak terlalu menonjolkan adanya tingkat pendidikan yang memadai. Sehingga dalam

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku), 2009.

USU Repository © 2009

cerita ini lebih menonjolkan kultur dan kebiasaan masyarakat desa di Jepang pada umumnya.

2.4.6. Amanat

Amanat adalah hal yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, yang berkaitan dengan tema. Amanat disebut juga hikmah cerita. Amanat dapat berupa paham-paham tertentu, nasihat-nasihat, ajakan, atau larangan. Anda dapat mengetahui amanat yang disampaikan pengarang setelah membaca seluruh karangan.

Dalam novel Shiosai ini, Mishima mengajak penikmat atau pembaca untuk tidak mencoba lari dari kenyataan, tetapi harus berusaha untuk menlesaikan masalah yang datang. Dan dalam setiap pekerjaan atau tindakan pasti ada ganjaran yang di terima

.

Dokumen terkait