• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Trianto (2009:82), Numbered Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Miftahul Huda (2012:130) NHT merupakan varian dari diskusi kelompok dengan masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Guru memanggil secara acak nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Menurut Ani Setiani dan Donni Juni Priansa (2015:260) NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang telah dirancang dimana siswa diberikan nomor dan berdiskusi dalam kelompok yang telah ditentukan mengenai tugas atau pertanyaan yang diberikan oleh guru, kemudian memastikan semua anggota kelompok mengetahui dan memahami jawabannya serta siswa yang nomornya disebutkan oleh guru mempresentasikan jawaban atau hasil diskusinya.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Adapun langkah-langkah pada pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menurut Miftahul Huda (2012,138), yaitu.

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Kelompok disusun dengan melihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi

bersama teman kelompoknya. Masing-masing dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya serta mendiskusikannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui dan memahami jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ani Setiani dan Donni Juni Priansa (2015:261), yakni.

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Kelebihan Kekurangan

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Siswa yang pandai dapat

mengajari siswa yang kurang pandai.

4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

kelompok.

G. Minat

1. Pengertian Minat

Menurut W. S. Winkel (1983:30), Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Menurut Ani Setiani dan Donni Juni Priansa (2015:61), minat adalah sesuatu keinginan atas kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Menurut Makmun Khairani (2014: 137), Minat merupakan suatu gejala psikologis yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut. a) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari

subyek karena tertarik

b) Adanya perasaan senang serta menganggap bernilai terhadap obyek yang menjadi sasaran

c) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa kesenangan serta ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tertentu dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan tanpa ada yang menyuruh. Dengan demikian, peneliti mengukur minat pada aspek adanya ketertarikan, memandang bernilai, serta adanya keterlibatan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Adapun faktor yang mempengaruhi minat yakni menurut Slameto dalam (Ani Setiani dan Donni Juni Priansa, 2015:62) sebagai berikut.

a. Faktor Intern

1) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat,

kematangan, dan kesiapan. b. Faktor Ekstern

1) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat palajaran, waktu sekolah, standar penilaian diatas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.

H. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam (Kompri 2015:1), disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut Mc. Donald dalam (Sardiman, 1986:73-74), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, yaitu.

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Amstrong dalam (Donni Juni Priansa dan Ani Setiani, 2015:132), mengemukakan bahwa motivasi berkaitan dengan kekuatan dan arah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berprilaku dengan cara tertentu. Istilah motivasi dapat merujuk kepada berbagai tujuan yang dimiliki oleh individu, cara dimana individu memilih tujuan, dan cara dimana orang lain mencoba untuk mengubah perilaku mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri

seseorang serta dapat menentukan tingkah laku dengan tujuan tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

2. Sumber Motivasi

Menurut Ani Setiani dan Donni Juni Priansa (2015:133-134), menyatakan bahwa sumber peserta didik sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik (Rangsangan dari dalam diri peaerta didik)

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Motivasi ini timbul dari dalam diri peserta didik tanpa adanya paksaan dorongan dari orang lain. Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah :

1) Minat

Peserta didik akan merasa terdorong untuk belajar, jika kegiatan belajar tersebut sesuai dengan minatnya.

2) Sikap Positif

Peserta didik yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan, maka ia akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

3) Kebutuhan

Peserta didik mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun sesuai kebutuhannya. b. Motivasi Ekstrinsik (Rangsangan dari luar peserta didik)

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya ransangan dari luar. Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar peserta didik seperti ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian maka peserta didik mau melakukan sesuatu, contohnya belajar. Bagi peserta didik dengan motivasi intrinsik yang lemah, misalnya kurang rasa ingin tahunya, maka motivasi ekstrinsik ini perlu untuk diberikan.

3. Teori Motivasi menurut Abraham Maslow

Salah satu teori yang terkenal kegunaanya untuk menjelaskan mengenai motivasi siswa adalah yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1984). Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat, meliputi kebutuhan-kebutuhan pokok manusiawi seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup. Apabila kebutuhan ini kurang terpenuhi, maka kebutuhan laiannya mungkin akan

terdesak kebelakang, namuk suatu kebutuhan jika sudah dipenuhi maka ia bukan kebutuhan lagi. Dengan demikian memungkinkan munculnya kebutuhan lain yang bersifat sosial. 2) Kebutuhan akan keselamatan

Jika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan baru yang dapat dikategorikan dalam kebutuhan akan keselamatan. Kebutuhan tersebut meliputi kemanan, ketergantungan, kebebasan dari rasa takut, cemas, perlindungan, dan sebagainya.

3) Kebutuhan akan rasa cinta

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan akan rasa cinta, rasa ksih, dan rasa memiliki. Ia merasa ingin memiliki suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya dan ia akan berusaha keras untuk menggapainya.

4) Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan ini diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Pertama keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, serta kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, keinginan akan nama baik atau gengsi, prestise, status, ketenaran.

5) Kebutuhan akan perwujudan diri

Meskipun semua kebutuhan telah dipenuhi, seseorang masih sering merasa tidak puas dan muncul kegelisahan yang baru, kecuali jika ia melakukan apa yang secara individual sesuai dengan dirinya. Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai perwujudan diri. Seseorang akan cenderung untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. I. Materi

Pokok bahasan pada penelitian ini adalah mengenai keliling dan luas layang-layang. Sebelumnya akan dibahas beberapa definisi yang akan menjadi dasar untuk pembahasan selanjutnya yakni sebagai berikut.

1. Titik A dan titik B disebut berimpit atau bersekutu jika dan hanya jika

= .

2. Dua garis g dan h disebut berimpit jika dan hanya jika � = ℎ.

3. Sudut adalah gabungan dua buah sinar garis yang titik pangkalnya bersekutu. Persekutuan titik pangkal dinamakan titik sudut dan sinar-sinarnya disebut kaki sudut.

4. Panjang ruas garis adalah jarak antara keua ujung ruas garis tersebut. 5. Garis g disebut tegak lurus garis h jika mereka membentuk sudut

siku-siku dan dilambangkan � ⊥ ℎ.

6. Garis bagi ̅̅̅̅ adalah garis yang memotong ̅̅̅̅ dititik pertengahannya.

Penjelasan mengenai pokok bahasan pada penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut.

1. Pengertian layang-layang

Menurut I Putu Wisma Ariawan (2014: 101), Layang-layang merupakan suatu segiempat yang pasangan sisi berdekatannya sama panjang. Suatu layang-layang dapat dipandang sebagai gabungan dua buah segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit.

Untuk mempelajari layang-layang perhatikan langkah-langkah berikut beserta keterangan gambar :

(i) Buatlah Δ ABD sama kaki dengan =

(ii) Buatlah Δ CEF sama kaki dengan 《� = dan panjang = .

(iii)Impitkan alas kedua segitiga tersebut, sehingga terbentuk bangun ABCD.

Gambar 2.1. Langkah-Langkah Menggambar Layang-Layang Dengan demikian, bangun ABCD disebut bangun layang-layang.

2. Sifat-Sifat Layang-Layang

Pada Gambar 2.2. menunjukkan layang ABCD. Baliklah layang-layang ABCD menurut garis BD, sehingga diperoleh AD=CD dan AB=BC. Hal ini berarti AD=CD dan AB=BC.

Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut :

Perhatikan sudut-sudut pada layang-layang ABCD pada Gambar 2.2 . Pada layang-layang ABCD tersebut, apabila dibalik menurut garis BD akan diperoleh ∠ = ∠ .

Pada setiap layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama besar.

Pada setiap layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama panjang.

O C

B A

D

Gambar 2.3. Layang-Layang ABCD

Salah satu diagonal layang-layang merupakan sumbu simetri.

Apabila layang-layang ABCD dilipat menurut garis BD maka ̅̅̅̅̅ akan menempati ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ akan

menempati ̅̅̅̅, sedemikian sehingga AD=CD dan

AB=BC. Dengan kata lain, ΔABC akan tepat berimpit dengan ΔBCD. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa BD merupakan sumbu simetri. Perhatikan bahwa BD adalah salah satu diagonal layang-layang ABCD.

Dengan melipat layang-layang ABCD menurut garis BD maka

(i) A = C, O = O, dan OA = OC, sehingga � = � = ;

(ii) ∠ � = ∠ � , sehingga ∠ � = ∠ � = 90ᵒ;

∠ � = ∠ � , sehingga ∠ � = ∠ ��_ = 90ᵒ.

Berdasarkan (i) dan (ii) dapat dikatakan bahwa ̅̅̅̅̅ tegak lurus ̅̅̅̅ dan

OA=OC.

Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling tegak lurus.

y y x x O C B A D

3. Keliling Layang-Layang

Keliling layang-layang ABCD sebagai berikut : Keliling (K) = AB + BC + CD + AD = x + x + y + y = 2 x + 2 y = 2( x + y) x x y y O C B A D

x x y y O C B A D 4. Luas Layang-Layang

Luas (L) �= � Luas�∆�ABD� + �Luas�∆�BCD

= × ��� × ����� + × ��� × �����

= ��� × � × � �����+���� × × �

= �× � � ��� � + �� ��

= �× � ×

Dokumen terkait