• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Obat Antiemetik

2.5.1. Obat Antiemetik pada Kehamilan

Berikut adalah golongan obat yang sering digunakan pada ibu hamil.

a. Piridoksin

Piridoksin yang oleh Birch dan kawan- kawan dinamakan vitamin B6 adalah merupakan derivat dari peridin. Bersama dengan piridoksal dan piridoksamin merupakan bentuk vitamin B6 yang terpenting.

Piridoksin dalam bentuk pyridoksalfosfat terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino, termasuk dalam sintesa neurotransmitter 5HT dan GABA. 19

Farmakokinetik

Piridoksin mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari piridoksn adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal.20

Farmakodinamik

Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis yang sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB dapat menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba, tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menyebabkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang penting dalam metabolisme berbagai asam amino, diantaranya dekarboksilasi,

transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam- asam amino yang bersulfur dan amino hidroksida.19

Indikasi

Penggunaan piridoksin untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil telah dimulai sejak tahun 1942. Bagaimana mekanisme piridoksin untuk mengurangi gejala mual dan muntah belum diketahui. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan piridoksin mengurangi tingkat keparahan dari mual muntah tetapi tidak mempengaruhi frekuensi dari mual muntah itu sendiri. Seperti pada penelitian Vutyvanich yang membandingkan efek dosiss 25 mg piridoksin dengan placebo dan menemukan bahwa setelah 5 hari terapi rerata skor nausea menurun pada grup yang diintervensi tetapi tidak menunjukkan pengurangan episode dari muntah. Sehingga dikatakan bahwa efek piridoksin kemungkinan berkaitan dengan dosis.21

Efek samping

Piridoksin merupakan obat lini pertama dalam penatalaksanaan emesis yang terbukti efektif. Namun, piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg- 2g per hari untuk jangka panjang. Gejala awal berupa sikap yang tidak stabil, rasa kebas diakaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala akan berangsur- angsur hilang setelah beberapa bulan setelah asupan piridoksin dihentikan. Tidak dijumpai adanya efek teratogenik pada janin sehingga oleh FDA dikategorikan sebagai kategori A.20

b. Antihistamin

Antihistamine memblock reseptor histamin baik pada vestibular system (H1 receptors) dan chemoreceptor trigger zone (H2 receptors).

Obat ini digunakan secara luas sebagai first-line medication therapy untuk wanita hamil dengan keluhan mual muntah. Diphenhydramine

(Benadryl) and doxylamine (Unisom tablets) contohnya dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep. Terbagi menjadi beberapa golongan antara lain:19

 Derivat Etanolamin

Zat-zat ini memiliki daya kerja antikolinergik yang kuat dan sedatif yang agak kuat. Contoh obatnya:

Difenhidramin: merupakan antihistamin derivat etanolamin yang memiliki daya kerja antikolinergik yang agak kuat. Disamping daya antikolinergik dan sedatif yang kuat, antihistamin ini juga bersifat spasmolitik, anti-emetis, dan anti vertigo (anti pusing). 20 Dimenhidrinat : merupakan senyawa klorteofilinat dari difenhidramin yang khusus digunakan sebagai terhadap mabuk jalan dan muntah karena kehamilan.19

Doxylamine : merupakan antihistamin derivat etanolamin yang juga memiliki daya antikolinergik yang kuat.

 Derivat Fenotiazine

Senyawa trisiklis ini memiliki daya kerja antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi sering sekali berefek sentral kuat dengan khasiat neuroleptis. Contoh obatnya antara lain:19

Promethazine : merupakan anthistamin tertua yang telah digunakan sejak 1949 sebagai antiemetikum untuk mencegah mual dan muntah. Selain itu promethazine juga digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.19

 Derivat Piperazine

Hydroxyzin dan meclizine adalah antagonis pada reseptor H1. Obat ini memiliki sifat antikolinergik, CNS depressant dan anastetik lokal. Efek antiemetik dan antivertigo belum diketahui.

Obat ini menekan labyrinth excitability and stimulasi vestibular, dan juga dapat mempengaruhi medullary chemoreceptor trigger

zone. Meclizine juga merupakan dopamin antagonis pada reseptor

D1 dan D2.19 Efek Samping

Obat- obatan antihistamin yang menimbulkan sedasi akan menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan inhibisi terhadap histamin maupun asetilkolin.

 Pada sistem saraf pusat

Efek yang biasanya terjadi meliputi sedasi, somnolensia, penurunan kewaspadaan, waktu reaksi yang melambat, konfusi, keletihan, depresi, kelemahan, atau perasaan berat pada kedua tangan dan gangguan koordinasi

 Pada sistem kardiovaskular

Preparat antihistamin dapat bekerja pada reseptor H1 untuk menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi hipotensi, hipotensi ortostatik dan sakit kepala

 Gangguan usus dan hati

Beberapa orang dapat mengalami kehilangan selera makan, nyeri abdomen, konstipasi, diare, mual atau muntah ketika menggunakan obat antihistamin.

 Efek samping antimusarinik

Obat antimuskarinik menghambat kelenjar yang mensekresikan mukus yang membasahi dinding epitel tubuh seperti dinding traktus digestivus, respiratorius dan traktus urogenitalis dan konjungtiva mata. Sehingga dapat timbul perasaan tidak nyaman dan haus.

Hasil studi menunjukan bahwa penggunaan antihistamin selama kehamilan tidak menyebabkan resiko teratogenik pada janin.22

c. Antagonis Dopamin

Promethazine and Prochlorperazine mengantagonis reseptor dopamine (D2) di CNS chemoreceptor trigger zone dan juga memiliki efek yang sedang terhadap reseptor H1. Metoclopramide (Reglan) benzamide, memiliki mekanisme aksi baik pada sentral maupun perifer. Obat ini mengantagonis baik dopamin (D1) dan reseptor serotonin (5-HT3) secara sentral dan meningkatkan waktu pengosongan lambung. 21

Efek samping

Preparat antagonis dopamin, khususnya fenotiazil (proklorperazine), biasanya menyebabkan sedasi dan resiko timbulnya serangan kejang meningkat pada ibu yang menderita epilepsi selain itu, obat golongan ini juga dapat menyebabkan kelainan postur dan gerakan jika diberikan dalam dosis tinggi (extrapyramidal symptoms). Pada pemberian metoclopramide selain dapat menyebabkan gangguan ekstrapiramidal juga dapat menyebabkan tardive dyskinesia terutama jika digunakan lebih dari 12 minggu.22

d. Antagonis Reseptor Serotonin 5HT3. Farmakologi.

Ondansetron ialah suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Senyawa lain dari golongan ini sekarang telah tersedia, antara lain granisetron, dolasetron dan tropisetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreceptor trigger zone di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansetron juga mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan basal rendah, tetapi waktu transit saluran cerna

memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi. Ondansetron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness.23,24

Pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat. Kadar maksimum tercapai setelah 1-1,5 jam, terikat protein plasma sebanyak 70-76%, dan waktu paruh 3 jam. Ondansetron di eliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini melalui jalur sitokrom P450 secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukuronida atau sulfat dalam hati.23,24

Indikasi.

Ondansetron digunakan untuk pencegahan mual dan muntah yang berhubungan dengan operasi dan pengobatan kanker dengan radioterapi dan sitostatika. Obat ini juga efektif untuk mengatasi hiperemesis kehamilan dan mual pascaoperasi. Dosis 0,1-0,2 mg/kg IV.23

Efek samping.

Ondansetron biasanya ditoleransi secara baik. Keluhan yang umum ditemukan ialah konstipasi. Gejala lain dapat berupa sakit kepala, flushing, mengantuk, dan gangguan saluran cerna. Belum diketahui adanya interaksi dengan obat SSP lainnya seperti diazepam, alkohol, morfin atau antiemetika lainnya.23,24

Kontraindikasi.

Keadaan hipersensitivitas merupakan kontraindikasi penggunaan ondansetron. Obat ini sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan dan ibu masa menyusui karena kemungkinan disekresi dalam ASI. Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada insufisiensi ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman. Karena obat ini sangat mahal, maka penggunannya harus dipertimbangkan

dengan baik, mengingat obat dengan indikasi sejenis tersedia cukup banyak.23,24

e. Glukokortikoid

Kortikosteroid dapat dipertimbangkan bagi wanita dengan gejala mual muntah persistent. Mekanisme kerjanya belum dapat dimengerti namun, beberapa wanita mengalami pengurangan gejala yang cepat ketika diterapi dengan kortikosteroid. Kortikosteroid oral berhubungan dengan gangguan penutupan cleft palate janin ketika diberikan pada umur kehamilan dibawah 10 minggu sehingga pemberiannya perlu diperhatikan.22

Agen 25 mg sebelum tidur, 12,5 mg pada pagi hari jika dibutuhkan ditambah 12,5 mg pada siang hari jika dibutuhkan

12,5-25 mg setiap 8 jam 25-50 mg setiap 8 jam 25 mg setiap jam 50 mg setiap 4-6 jam 50-100 mg setiap 4-6 jam 25 mg setiap 4-6 jam

Tabel 2.2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah pada Kehamilan.25 Sumber : New England Journal of Medicine

Dokumen terkait