• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA MUAL MUNTAH KEHAMILAN DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN Oleh : ERWIN TOGATOROP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA MUAL MUNTAH KEHAMILAN DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN Oleh : ERWIN TOGATOROP"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)SKRIPSI. RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA MUAL MUNTAH KEHAMILAN DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011-2015. Oleh : ERWIN TOGATOROP 130100317. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017.

(2) RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA MUAL MUNTAH KEHAMILAN DI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011-2015 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran. Oleh : ERWIN TOGATOROP NIM : 130100317. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017.

(3)

(4) ii. ABSTRAK Mual dan muntah sering didapati pada wanita hamil. Pemberian antiemetik yaitu pencegah atau penghilang rasa mual dan muntah harus rasional agar tidak merugikan ibu dan janinnya seperti biaya yang mahal, adanya efek samping obat yang tidak diharapkan, peningkatan angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas peresepan antiemetik di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2011-2015. Ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, cara pemberian dan lama pemberian. Desain penelitian yang dipilih adalah restrospektif. Pengambilan data diambil dari data sekunder berupa rekam medis pasien. Hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan analitik. Dari 64 data rekam medik yang dianalisa, didapati 71,9 % penggunaan antiemetik tepat indikasi, 75% diklasifikasikan sebagai tepat dosis dan 100% dari peresepan obat diklasifikasikan sebagai tepat obat, tepat cara dan lama pemberian obat. Masih ditemukan penggunaan antiemetik pada mual muntah kehamilan yang tidak rasional, banyaknya penggunaan antiemetik yang tidak rasional dikarenakan ketidaktepatan indikasi penggunaan dan ketidaktepatan dosis pemberian. Kata Kunci. : Antiemetik, Mual Muntah Kehamilan, Rasional.

(5) iii. ABSTRACT Nausea and vomiting are often found in pregnant women. Administration of antiemetic or nausea and vomiting relieving drugs should be given rationally in order to not harm the mother and fetus, prescribing would be detrimental as cost, side effects of drugs that are not expected, an increase in morbidity and mortality of the disease. This study aims to determine the rationality of the use of antiemetic at the hospital of RSUD Dr Pirngadi Medan from 2011-2015. The aspect assesed were precise indications, right drug, right dose, route of administration, and duration of administration. The selected research design was a retrospective case study of data medical records of patients. The results of this research were presented in the form of descriptive and analytic study. Among 64 medical records that had been analyzed, 71,9% were classified as right indication, 75% were classified as right dose, and 100% of the antiemetics prescription was classified as right drug, route of administration, and duration of administration. The study still found the irrasionality of antiemetics usage in nausea and vomiting pregnancy (NVP), many antiemetics usage were irrational because wrong indication of usage and wrong dose of administration. Keywords. : Antiemetic, Nausea and Vomiting of Pregnancy, Rasionality.

(6) iv. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Karya tulis ilmiah ini berjudul “Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Mual Muntah Kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 20112015” dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara. 2. Drs. Admar Djas, S.Apt, M.Sc dan dr. Letta Sari Lintang, Sp.OG, selaku dosen pembimbing saya yang telah sabar menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam membimbing saya menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, kiranya berkat melimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa selalu berserta dokter dan keluarga. 3. dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked(KJ), Sp.KJ dan dr. Hidayat, M.Biomed, selaku dosen penguji yang telah membantu dan memberikan arahan dan masukan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 4. dr. Anggia Chairudin Lubis, Sp.JP, selaku dosen penasehat akademik saya selama belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh staff dan pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mengajari selama mengikuti pendidikan kedokteraan ini..

(7) v. 6. Direktur RSUD Dr Pirngadi Medan yang beserta jajaran yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas selama saya melakukan penelitian. 7. Keluarga saya terutama kedua orang tua saya yang merupakan kebanggaan saya dan panutan saya. Saya juga mengucapkan terima kasih buat kakak-kakak saya yang selalu memberikan semangat kepada saya selama pengerjaan skripsi ini. 8. Seluruh teman dan sahabat yang telah membantu, memberikan semangat dan masukan dalam pengerjaan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak hal yang harus disempurnakan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Terima kasih. Medan,. Desember 2016 Penulis. ( Erwin Togatorop. ).

(8) vi. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. x BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 3 1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 3 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4 1.4.1. Bagi Penulis ................................................................................... 4 1.4.2. Bagi Institusi .................................................................................. 4 1.4.3. Bagi Masyarakat ............................................................................ 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5 2.1. Kehamilan .............................................................................................. 5 2.1.1. Defenisi Kehamilan..................................................................... 5 2.2. Emesis Gravidarum ............................................................................... 7 2.2.1. Pengertian .................................................................................... 5 2.2.2. Etiologi ........................................................................................ 6 2.2.3. Klasifikasi ................................................................................... 8 2.2.4. Manifestasi Klinis ....................................................................... 8 2.2.5. Pengaruh Emesis Gravidarum Terhadap Ibu dan Janin .............. 9 2.2.7. Penatalaksanaan Emesis Gravidarum ......................................... 9 2.3. Hiperemis Gravidarum ........................................................................ 10.

(9) vii. 2.3.1. Pengertian .................................................................................. 10 2.3.2. Etiologi ...................................................................................... 10 2.3.3. Manifestasi Klinis ..................................................................... 10 2.3.4. Diagnosa ................................................................................... 11 2.3.5. Efek Hiperemesis Gravidarum Terhadap Ibu dan Janin .......... 12 2.3.6. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum ............................... 13 2.4. Obat dan Kehamilan ............................................................................ 14 2.4.1. Farmakokinetika obat pada kehamilan ...................................... 14 2.4.2. Kategori Obat pada Ibu Hamil .................................................. 15 2.4.3. Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan .................................. 16 2.5. Obat Antiemetik................................................................................... 17 2.5.1. Obat Antiemetik pada Kehamilan ............................................. 21 2.5.2. Penatalaksanaan Mual Muntah dengan Antiemetik .................. 25 2.6. Penggunaan Obat yang Rasional dalam Praktek ................................. 26 2.7. Penggunaan Obat yang Tidak Rasional ............................................... 27 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS .............. 29 3.1. Kerangka Teori .................................................................................... 29 3.2. Kerangka Konsep ................................................................................. 30 BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................................... 31 4.1. Rancangan Penelitian ........................................................................... 31 4.2. Lokasi dan Waktu ................................................................................ 31 4.3. Populasi dan Subjek Penelitian ............................................................ 31 4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32 4.5. Teknik Analisa Data ............................................................................. 33 4.6. Variabel dan Defenisi Operasional ...................................................... 33 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 35 5.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 35 5.2. Pembahasan ......................................................................................... 43 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 50 6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 50 6.2. Saran ..................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 52 LAMPIRAN ............................................................................................................... 56.

(10) viii. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi Emesis Gravidarum .................................................................. 8 Tabel 2.2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah pada Kehamilan....... 24 Tabel 2.3. Algoritme Penatalaksanaan Farmakologi untuk Mual Muntah dalam Kehamilan .................................................................................................. 25 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur ..................................................... 36 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan....................................... 36 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan status gravida......................................... 37 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan ................................. 37 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ............................................... 38 Tabel 5.6. Karakteristik gangguan mual muntah berdasarkan penyakit penyerta ...................................................................................................... 39 Tabel 5.7. Gambaran penggunaan terapi lain selain antiemetik ................................. 40.

(11) ix. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ETHICAL CLEARANCE DATA INDUK OUTPUT DATA SPSS.

(12) x. DAFTAR SINGKATAN a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s.. AKI AKB USG CTZ ADL IV hCG IUGR IM FDA ADEC 5-HT GABA CNS SSP ASI ISPA IMT SPSS. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Bayi Ultrasonografi Chemoreceptor Trigger Zone Activity Daily Living Intravena Hormon Chorionic Gonadotropin Intra Uterine Growth Restriction Intramuscular Food and Drug Administration Australian Drug Evaluation Committee 5-Hydroxytryptamine Gamma-Aminobutyric Acid Central Nervous System Sistem Saraf Pusat Air Susu Ibu Infeksi Saluran Pernafasan Atas Indeks Masa Tubuh Statistical Package For The Sosial Sciences.

(13) 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan. khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 minggu), triwulan II (12-28 minggu), dan triwulan III (28-40 minggu). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahanperubahan dalam tubuh ibu.1 Perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu hamil sebagian besar terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin. Kelainan gastro instestinal seperti mual (nausea) dan muntah (vomitting), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah dapat terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak pada usia kehamilan 6-12 minggu.2 Mual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trisemester awal kehamilan. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60 % multigravida. Emesis gravidarum merupakan istilah yang digunakan di bidang kedokteran untuk kejadian mual-muntah pada ibu hamil. Emesis gravidarum dapat menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan bahkan bisa membahayakan bagi ibu dan janin. Salah satu komplikasi mual muntah kehamilan yang sangat membahayakan ibu hamil dan bisa berdampak pada kematian ibu dan janin adalah mual muntah berlebihan yang berkelanjutan menjadi hiperemesis gravidarum.3 Hiperemesis gravidarum yang tidak segera ditangani dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu, janin mati dalam kandungan dan dapat mengalami.

(14) 2. kelainan kongenital. Adapun akibat terhadap ibu yakni dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa, dan kekurangan kalium.4 Sebagaimana telah diketahui bahwa masa hamil muda adalah saat mula terbentuknya berbagai organ tubuh (organogenesis), sehingga erat sekali kaitannya dengan cacat maupun kelainan pada janin, di pihak lain para dokter yang menangani wanita hamil harus menyadari dan memahami mekanisme kerja suatu obat serta dampaknya bagi janin. Penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta. Mengingat dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, sehingga dapat menyebabkan teratogenik atau dismorfogenik. Pengobatan terbaik yang dapat diberikan adalah pengobatan yang diberikan secara rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional bila tepat diagnosis, dosis dan pemilihan sedian untuk periode waktu yang adekuat, serta waspada akan efek samping obat, Penggunaan obat yang tidak rasional akan memberikan dampak yang buruk bagi pasien. Salah satu dampak buruk bagi pasien yaitu efek samping yang dapat memperlambat penyembuhan dan menambah keluhan bagi pasien.5 Berdasarkan Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dikatakan bahwa belakangan ini sering dijumpai penggunaan obat yang tidak rasional dalam praktik sehari-hari. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas, penentuan dosis, cara pemberian, dan lama pemberian yang keliru, serta ketidakwaspadaan akan efek samping. Dengan demikian perlu pemahaman yang baik mengenai obat dari segi dosis, jenis obat, indikasi, lama dan cara pemberian obat serta apa saja yang relatif tidak aman sehingga harus dihindari selama kehamilan agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandungnya. Dasar inilah yang mendorong dilakukannya penelitian tentang rasionalitas penggunaan antiemetik pada penderita mual muntah kehamilan. Belum banyak dijumpai penelitian yang serupa, satu yang dijumpai yaitu penelitian tentang evaluasi penggunaan antiemetik pada mual muntah kehamilan Di RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2009 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa metoklopramid (85,29%) dan ondasentron (14,71%) adalah.

(15) 3. obat yang paling sering digunakan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antiemetik 100% memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis. Namun, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah hasil serupa dapat dijumpai di RSUD Dr Pirngadi Medan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr Pirngadi kota medan didapati jumlah data ibu hamil yang menderita mual muntah yang menjalani perawatan pada tahun 2011-2015 berjumlah sebanyak 99 orang pasien dengan diagnosa hiperemesis gravidarum. Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang rasionalitas penggunaan obat antiemetik pada ibu hamil dalam mengatasi mual dan muntah pada kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan.. 1.2.. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah. sebagai berikut: Apakah penggunaan obat antiemetik pada mual muntah kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan rasional ?. 1.3.. Tujuan Penelitian. 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan obat antiemetik pada mual muntah kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan.. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui rasionalitas peresepan pada ibu hamil ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat lama dan cara pemberian obat..

(16) 4. 2. Untuk mengetahui frekuensi penggunaan obat antiemetik pada mual muntah kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan. 3. Untuk mengetahui karakteristik gangguan mual muntah pada ibu hamil berdasarkan sosiodemografi umur ibu, usia kehamilan, status gravida, pendidikan dan pekerjaan. 4. Untuk mengetahui karakteristik gangguan mual muntah pada ibu hamil berdasarkan penyakit penyerta, dan penggunaan terapi lain selain antiemetik.. 1.4.. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:. 1.4.1. Bagi penulis Merupakan. wahana. untuk. belajar,. menambah. pengetahuan. dan. wawasan mengenai mual dan muntah pada ibu hamil, faktor faktor pencetus mual muntah, dan terapi yang rasional untuk mengurangi gejala mual muntah tersebut serta sebagai salah satu syarat kelulusan semester akhir.. 1.4.2. Bagi institusi Skripsi ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan sumber informasi tentang rasionalitas pengunaan obat antiemetik pada ibu hamil. Sebagai. bahan. refrensi. untuk. mendukung. pengembangan. ilmu. pengetahuan dan teknologi.. 1.4.3. Bagi masyarakat Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat untuk mengetahui obat antiemetik yang rasional pada mual muntah kehamilan, jika ibu hamil mengalami gejala mual muntah sehingga dapat menghindari pengunaan obat yang irrasional..

(17) 5. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.. Kehamilan. 2.1.1. Defenisi Kehamilan Menurut. federasi. obstetri. ginekologi. internasional,. kehamilan. didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu : a.. Kehamilan Trimester I. : 12 minggu (minggu ke- 1 hingga ke-12). b.. Kehamilan Trimester II. : 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke- 27),. c.. Kehamilan Trimester III. : 13 minggu (minggu ke- 28 hingga ke- 40).. Selama 3 trimester tersebut akan terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu. Perubahan tersebut antara lain adalah perubahan produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomik dan fisiologik selama kehamilan.2. 2.2.. Emesis Gravidarum. 2.2.1. Pengertian Emesis Gravidarum Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil. Keadaan ini biasanya didahului rasa mual (Kamus Kedokteran). Berdasarkan studi prospektif oleh Lacasse, dari 367 wanita hamil, 78.5% melaporkan mengalami mual dan muntah pada trimester pertama, 52.2% mengalami mual muntah ringan, 45.3% mual muntah sedang, dan 2.5% mual muntah berat.6 Lacroix melaporkan, emesis gravidarum terjadi sekitar 75% pada wanita hamil dan lamanya berlangsung sekitar 35 hari.7.

(18) 6. 2.2.2. Etiologi Emesis Gravidarum Muntah atau emesis secara umum adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector muntah, mekanisme integratif dan efektor. yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna. dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.8 Mual dan muntah dalam kehamilan tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti. Hormon chorionic gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah. Gastroesophageal refluks terjadi kurang lebih 80% dalam kehamilan, dan dapat disebabkan oleh kombinasi menurunnya tekanan sfingter esofageal bagian bawah, meningkatnya tekanan intragastrik, menurunnya kompetensi sfingter pilori dan kegagalan mengeluarkan asam lambung. Konstipasi disebabkan oleh efek hormon progesteron yang dapat menyebabkan relaksasi otot polos dan peningkatan waktu transit dari lambung dan usus sehingga dapat meningkatkan absorbsi cairan.2 Progesteron dan estrogen memiliki efek yang kuat terhadap otot polos uterus untuk mempertahankan miometrium dalam keadaan yang relatif relaksasi. Pengaruh ini juga terjadi pada otot polos sistem organ lain termasuk.

(19) 7. gastrointestinal. Selain itu, progestron juga menyebabkan waktu pengosongan lambung dan waktu transit intestinal memanjang sehingga dipikirkan menjadi faktor predisposisi terjadi mual dan muntah. 9 Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti appendiks yang akan bergeser kearah atas lateral. Kompresi lambung dan peningkatan tekanan intraabdominal akibat pembesaran uterus menyebabkan perubahan yang nyata pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan asam hidroklorid dan peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bagian bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi akibat penurunan motilitas usus besar.2 Faktor resiko atau pertanda untuk mual muntah pada kehamilan belum dapat ditetapkan secara pasti. Beberapa studi menemukan timbulnya gejala berkaitan dengan umur ibu hamil yang lebih tua, pekerjaan, merokok, dan jenis kelamin janin. Hipertensi, gangguan renal dan liver, penggunaan vitamin, dan stress menunjukkan peningkatkan resiko terkena mual muntah. Karakterisik seperti pendidikan, ras, umur yang lebih tua, tingkat paritas yang tinggi, dan peningkatan berat badan yang kurang selama kehamilan juga telah ditemukan berkaitan dengan timbulnya late/delayed onset dari gejala mual muntah.10 Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, gaya hidup juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan- makanan berprotein tinggi namun berkabohidrat dan bervitamin B6 rendah lebih berpeluang menderita mual hebat. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang makan, kurang tidur atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa mual.11.

(20) 8. 2.2.3. Klasifikasi Emesis Gravidarum Emesis dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan pengaruh terhadap aktivitas sehari-hari, yaitu:12 Kategori Symptomps. Pengaruh terhadap ADL (Activity Daily Living). Mild. Nausea < 1 jam per hari. Moderate Nausea dan vomiting. Sedikit atau tidak ada Moderate. sampai 2 kali per hari Severe. Gejala persistent selama Signifikan, dan membutuhkan lebih dari 6 jam dengan. perawatan segera atau IV hydrasi. > 5 episode vomiting per hari Tabel 2.1. Klasifikasi Emesis Gravidarum Sumber : Guidelines Nausea and Vomiting of Pregnancy, Albama Perinatal Excellence Collaborative. 2.2.4. Manifetasi Klinis Emesis Gravidarum Mual (nausea) dan muntah (emesis) adalah gejala yang wajar dan sering didapati pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.3 Gejala emesis gravidarum dapat berupa : a.. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah Mual dan muntah ini dapat terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi setiap saat.. b.. Nafsu makan berkurang..

(21) 9. c.. Mudah lelah.. d.. Emosi yang cenderung tidak stabil.. Biasanya semakin tua kehamilan akan semakin berkurang kejadiannya.13 2.2.6. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu dan Janin Emesis merupakan dalam keadaan normal, tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini. berkelanjutan. dan. berubah. menjadi. hiperemesis. garvidarum. akan. meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada kehamilan.3 Wanita- wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum berpotensi besar mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Tanda- tanda klinis dehidrasi yang dapat diamati antara lain :14 a. Penurunan berat badan. b. Kekurangan volume cairan menyebabkan konjungtiva kering, air mata berkurang, dan mata cekung. c. Turgor kulit menurun d. Temperatur tubuh dapat meningkat e. Takikardi atau denyut nadi meningkat. 2.2.7. Penatalaksanaan Emesis Gravidarum Penatalaksanaan Non-Farmakologi untuk mengurangi keluhan mual dan muntah pada kehamilan antara lain:12 a.. Beristirahat.. b.. Menghindari stimulus sensoris berupa bebauan dengan aroma tajam.. c.. Makan dengan porsi yang kecil namun sering.. d.. Makan makanan dengan sumber karbohidrat seperti sereal atau biskuit serta kurangi konsumsi makanan yang berlemak dan pedas.. e.. Ginger capsule 250 mg 4x per hari.. f.. Penatalaksanaan dengan teknik akupressur..

(22) 10. 2.3.. Hiperemesis Gravidarum. 2.3.1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur 20 minggu. Keluhan muntah kadang- kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari- hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya.2. 2.3.2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum 1.. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.. 2.. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi. 3.. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.3. 2.3.3. Manifestasi Klinis Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak dijumpai; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,. sebaiknya. ini. dianggap. sebagai. hiperemesis. gravidarum.. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan: 1. Tingkatan I: Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit.

(23) 11. dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. 3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin menurun hingga mencapai somnolen atau koma, terdapat ensefalopati werniche yang ditandai dengan: nistagmus, diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.3. 2.3.4. Diagnosa Hipremesis Gravidarum Berikut adalah penegakan diagnosa dari hiperemesis gravidarum.2 1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu. 2. Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali permenit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis- koma) 3. Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide) 4. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui adanya kemungkinan kehamilan kembar atau molahidatidosa..

(24) 12. 5. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keto dan proteinuria. 6. Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi. 2.3.5. Efek terhadap ibu dan janin Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.3 Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin. berkurang. sehingga. darah. menjadi. kental. (hemokonsentrasi),. memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil.15 Pada ibu hiperemesis kekurangan vitamin B1 akibat muntah yang terusmenerus serta kurangnya asupan nutrisi menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataxia, dan kejang. Jika hal ini tidak ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu pada kasus yang lebih parah seperti pada hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan. Selain itu, penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).2.

(25) 13. 2.3.6. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum 1.. Stop makanan peroral 24- 48 jam.. 2.. Pemberian infus glukosa 10% atau 5%.. 3.. Pemberian bat sedativa IM seperti fenobarbital, klorpromazin, atau diazepam jika diperlukan.. 4.. Pemberian antasida per oral. 5.. Diet : Dianjurkan untuk meminta advis ahli gizi a.. Diet Hiperemesis I, diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1- 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.. b.. Diet Hiperemesis II, diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur-angsur mulai diberikan bahan makanan yang benilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.. c.. Diet Hiperemesis III, diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.. 6.. Rehidrasi dan suplemen vitamin.. 7.. Pemberian obat antiemetik. Tidak dijumpai adanya efek teratogenitas dengan menggunakan dopamin. antagonis. (klorpromazin,. (metoklopramid,. prokloperazine),. domperidon),. antagonis. reseptor. fenotiazin histamin. (prometazin). Namun jika gejala masih menetap dapat digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis.2.

(26) 14. 2.4.. Obat dan Kehamilan.. 2.4.1. Farmakokinetika obat pada kehamilan Meskipun janin di dalam kandungan telah dilindungi dari pengaruh luar oleh plasenta dan selaput ketuban, tetapi ia sama sekali tidak terlepas dari pengaruh buruk obat yang dikonsumsi oleh sang ibu. Secara khusus, penggunaan obat-obatan pada ibu hamil tidak hanya memberikan efek samping pada sang ibu, tetapi lebih dari itu ada pengaruh buruk pada janin, yang berupa cacat-cacat bawaan. Obat atau agen lain yang dapat mengakibatkan cacat bawaan yang nyata lazim disebut sebagai obat yang bersifat teratogenik atau dismorfogenik.16 Kebanyakan obat yang digunakan oleh ibu hamil dapat melintasi plasenta dan menimbulkan efek farmakologis dan efek teratogenik pada embrio dan janin yang sedang berkembang. Faktor faktor penting yang mempengaruhi transfer obat ke plasenta dan efek obat terhadap janin meliputi:16 1. Kelarutan dalam lipid Seperti juga membran biologik lainnya, obat yang melintasi plasenta bergantung pada kelarutan lipid dan derajat ionisasi obat, obat lipofilik cenderung berdifusi dengan mudah melintasi plasenta dan masuk sirkulasi janin. 2. Ukuran Molekul Berat molekul obat juga mempengaruhi kecepatan transfer dan jumlah obat yang ditransfer melalui plasenta. Obat-obat dengan molekul 250500 dapat melintasi plasenta dengan mudah, bergantung pada kelarutan lipidnya dan derajat ionisasi. Obat dengan berat molekul 500-1000 lebih sulit melintasi plasenta, dan obat dengan berat molekul lebih dari 1000 sangat sulit melintasi plasenta. 3. Ikatan Protein Derajat ikatan obat dengan protein plasma (albumin) dapat pula mempengaruhi laju transfer dan jumlah obat yang dipindahkan..

(27) 15. Namun, jika obat sangat mudah larut lipid, tidak akan banyak dipengaruhi oleh ikatan protein 4. Metabolisme obat plasenta dan janin Terdapat dua mekanisme yang memberikan perlindungan janin dari obat dalam sirkulasi darah maternal: 1. Plasenta sendiri berperan baik sebagai sawar semipermeabel dan sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melaluinya. 2. Obat yang telah melewati plasenta masuk dalam sirkulasi janin melalui vena umbilikus.. 2.4.2. Kategori obat pada ibu hamil Sistem penggolongan kategori resiko pada masa kehamilan dapat mengacu pada sistem penggolongan FDA (Food and Drug Administration) atau ADEC (Australian Drug Evaluation Committee). Untuk sediaan farmasi yang mengandung lebih dari satu bahan obat, penggolongan resiko sesuai dengan komponen obat yang mempunyai penggolongan paling ketat.Penggolongan ini berlaku hanya untuk dosis terapetik anjuran bagi wanita usia produktif. Kategori obat pada kehamilan menurut FDA, adalah sebagai berikut:17 a. Kategori A Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada kehamilan trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin. b. Kategori B Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil. Studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil.

(28) 16. trimester pertama (dan ditemukan bukti adanya pada kehamilan trimester berikutmya). c. Kategori C Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin (teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang terjadi pada janin. d. Kategori D Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu digunakan untuk mengatasi kondisi yang mengancam jiwa atau penyakit serius bilamana obat yang lebih aman tidak digunakan atau tidak efektif. e. Kategori X Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin. Besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-jelas melebihi manfaat terapeutiknya. Obat yang masuk dalam kategori ini dikontraindikasikan. pada. wanita. yang sedang. atau. memiliki. kemungkinan hamil. 2.4.3. Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan.18 a. Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan b. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu diharapkan lebih besar dibandingkan risiko pada janin c. Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester pertama kehamilan d. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara klinis.

(29) 17. e. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat mungkin f. Hindari polifarmasi g. Pertimbangkan. perlunya. penyesuaian. dosis. dan. pemantauan. pengobatan pada beberapa obat (misalnya fenitoin, litium). 2.5.. Obat Anti Emetik Obat anti emetik adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau. meringankan gejala mual dan muntah (kamus dorland).. 2.5.1. Obat Anti Emetik pada Kehamilan Berikut adalah golongan obat yang sering digunakan pada ibu hamil.. a. Piridoksin Piridoksin yang oleh Birch dan kawan- kawan dinamakan vitamin B6 adalah merupakan derivat dari peridin. Bersama dengan piridoksal dan piridoksamin merupakan bentuk vitamin B6 yang terpenting. Piridoksin dalam bentuk pyridoksalfosfat terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan asam amino, termasuk dalam sintesa neurotransmitter 5HT dan GABA. 19 Farmakokinetik Piridoksin mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari piridoksn adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal.20 Farmakodinamik Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis yang sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB dapat menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba, tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menyebabkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang penting dalam metabolisme berbagai asam amino, diantaranya dekarboksilasi,.

(30) 18. transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam- asam amino yang bersulfur dan amino hidroksida.19 Indikasi Penggunaan piridoksin untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil telah dimulai sejak tahun 1942. Bagaimana mekanisme piridoksin untuk mengurangi gejala mual dan muntah belum diketahui. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan piridoksin mengurangi tingkat keparahan dari mual muntah tetapi tidak mempengaruhi frekuensi dari mual muntah itu sendiri. Seperti pada penelitian Vutyvanich yang membandingkan efek dosiss 25 mg piridoksin dengan placebo dan menemukan bahwa setelah 5 hari terapi rerata skor nausea menurun pada grup yang diintervensi. tetapi tidak menunjukkan pengurangan episode dari. muntah. Sehingga dikatakan bahwa efek piridoksin kemungkinan berkaitan dengan dosis.21 Efek samping Piridoksin merupakan obat lini pertama dalam penatalaksanaan emesis yang terbukti efektif. Namun, piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg2g per hari untuk jangka panjang. Gejala awal berupa sikap yang tidak stabil, rasa kebas diakaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala akan berangsur- angsur hilang setelah beberapa bulan setelah asupan piridoksin dihentikan. Tidak dijumpai adanya efek teratogenik pada janin sehingga oleh FDA dikategorikan sebagai kategori A.20. b. Antihistamin Antihistamine memblock reseptor histamin baik pada vestibular system (H1 receptors) dan chemoreceptor trigger zone (H2 receptors). Obat ini digunakan secara luas sebagai first-line medication therapy untuk wanita hamil dengan keluhan mual muntah. Diphenhydramine.

(31) 19. (Benadryl) and doxylamine (Unisom tablets) contohnya dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep. Terbagi menjadi beberapa golongan antara lain:19 . Derivat Etanolamin Zat-zat ini memiliki daya kerja antikolinergik yang kuat dan sedatif yang agak kuat. Contoh obatnya: Difenhidramin: merupakan antihistamin derivat etanolamin yang memiliki daya kerja antikolinergik yang agak kuat. Disamping daya antikolinergik dan sedatif yang kuat, antihistamin ini juga bersifat spasmolitik, anti-emetis, dan anti vertigo (anti pusing). 20 Dimenhidrinat. :. merupakan. senyawa. klorteofilinat. dari. difenhidramin yang khusus digunakan sebagai terhadap mabuk jalan dan muntah karena kehamilan.19 Doxylamine : merupakan antihistamin derivat etanolamin yang juga memiliki daya antikolinergik yang kuat. . Derivat Fenotiazine Senyawa trisiklis ini memiliki daya kerja antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi sering sekali berefek sentral kuat dengan khasiat neuroleptis. Contoh obatnya antara lain:19 Promethazine : merupakan anthistamin tertua yang telah digunakan sejak 1949 sebagai antiemetikum untuk mencegah mual dan muntah. Selain itu promethazine juga digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.19. . Derivat Piperazine Hydroxyzin dan meclizine adalah antagonis pada reseptor H1. Obat ini memiliki sifat antikolinergik, CNS depressant dan anastetik lokal. Efek antiemetik dan antivertigo belum diketahui. Obat ini menekan labyrinth excitability and stimulasi vestibular, dan juga dapat mempengaruhi medullary chemoreceptor trigger.

(32) 20. zone. Meclizine juga merupakan dopamin antagonis pada reseptor D1 dan D2.19 Efek Samping Obat- obatan antihistamin yang menimbulkan sedasi akan menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan inhibisi terhadap histamin maupun asetilkolin. . Pada sistem saraf pusat Efek yang biasanya terjadi meliputi sedasi, somnolensia,. penurunan kewaspadaan, waktu reaksi yang melambat, konfusi, keletihan, depresi, kelemahan, atau perasaan berat pada kedua tangan dan gangguan koordinasi . Pada sistem kardiovaskular Preparat antihistamin dapat bekerja pada reseptor H1 untuk. menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi hipotensi, hipotensi ortostatik dan sakit kepala . Gangguan usus dan hati Beberapa orang dapat mengalami kehilangan selera makan,. nyeri abdomen, konstipasi, diare, mual atau muntah ketika menggunakan obat antihistamin. . Efek samping antimusarinik Obat antimuskarinik menghambat kelenjar yang mensekresikan. mukus yang membasahi dinding epitel tubuh seperti dinding traktus digestivus, respiratorius dan traktus urogenitalis dan konjungtiva mata. Sehingga dapat timbul perasaan tidak nyaman dan haus. Hasil studi menunjukan bahwa penggunaan antihistamin selama kehamilan tidak menyebabkan resiko teratogenik pada janin.22.

(33) 21. c. Antagonis Dopamin Promethazine and Prochlorperazine. mengantagonis reseptor. dopamine (D2) di CNS chemoreceptor trigger zone dan juga memiliki efek yang sedang terhadap reseptor H1. Metoclopramide (Reglan) benzamide, memiliki mekanisme aksi baik pada sentral maupun perifer. Obat ini mengantagonis baik dopamin (D1) dan reseptor serotonin. (5-HT3). secara. sentral. dan. meningkatkan. waktu. pengosongan lambung. 21 Efek samping Preparat antagonis dopamin, khususnya fenotiazil (proklorperazine), biasanya menyebabkan sedasi dan resiko timbulnya serangan kejang meningkat pada ibu yang menderita epilepsi selain itu, obat golongan ini juga dapat menyebabkan kelainan postur dan gerakan jika diberikan dalam dosis tinggi (extrapyramidal symptoms).. Pada pemberian. metoclopramide selain dapat menyebabkan gangguan ekstrapiramidal juga dapat menyebabkan tardive dyskinesia terutama jika digunakan lebih dari 12 minggu.22. d. Antagonis Reseptor Serotonin 5HT3. Farmakologi. Ondansetron ialah suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Senyawa lain dari golongan ini sekarang telah tersedia, antara lain granisetron, dolasetron dan tropisetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5HT yang terdapat pada chemoreceptor trigger zone di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansetron juga. mempercepat. pengosongan. lambung,. bila. kecepatan. pengosongan basal rendah, tetapi waktu transit saluran cerna.

(34) 22. memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi. Ondansetron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness.23,24 Pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat. Kadar maksimum tercapai setelah 1-1,5 jam, terikat protein plasma sebanyak 70-76%, dan waktu paruh 3 jam. Ondansetron di eliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini melalui jalur sitokrom P450 secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukuronida atau sulfat dalam hati.23,24 Indikasi. Ondansetron digunakan untuk pencegahan mual dan muntah yang berhubungan dengan operasi dan pengobatan kanker dengan radioterapi dan sitostatika. Obat ini juga efektif untuk mengatasi hiperemesis kehamilan dan mual pascaoperasi. Dosis 0,1-0,2 mg/kg IV.23 Efek samping. Ondansetron biasanya ditoleransi secara baik. Keluhan yang umum ditemukan ialah konstipasi. Gejala lain dapat berupa sakit kepala, flushing, mengantuk, dan gangguan saluran cerna. Belum diketahui adanya interaksi dengan obat SSP lainnya seperti diazepam, alkohol, morfin atau antiemetika lainnya.23,24 Kontraindikasi. Keadaan hipersensitivitas merupakan kontraindikasi penggunaan ondansetron. Obat ini sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan dan ibu masa menyusui karena kemungkinan disekresi dalam ASI. Pasien dengan penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada insufisiensi ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman. Karena obat ini sangat mahal, maka penggunannya harus dipertimbangkan.

(35) 23. dengan baik, mengingat obat dengan indikasi sejenis tersedia cukup banyak.23,24. e. Glukokortikoid Kortikosteroid dapat dipertimbangkan bagi wanita dengan gejala mual muntah persistent. Mekanisme kerjanya belum dapat dimengerti namun, beberapa wanita mengalami pengurangan gejala yang cepat ketika diterapi dengan kortikosteroid. Kortikosteroid oral berhubungan dengan gangguan penutupan cleft palate janin ketika diberikan pada umur kehamilan dibawah 10 minggu sehingga pemberiannya perlu diperhatikan.22.

(36) 24. Agen. Dosis Oral. Kategori FDA. Ketereangan. Vitamin B6 atau kombinasi vitamin B6antihistamin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama.. Vitamin B6 (Piridoksin). 10-25 mg setiap 8 jam. A. Kombinasi vitamin B6- doxylamine. Piridoksin, 10-25 mg setiap 8 jam; doxylamine, 25 mg sebelum tidur, 12,5 mg pada pagi hari jika dibutuhkan ditambah 12,5 mg pada siang hari jika dibutuhkan. A. Antihistamin Doxylamine Diphenhydramine Meclizine Hydroxyzine Dimenhydrinate. 12,5-25 mg setiap 8 jam 25-50 mg setiap 8 jam 25 mg setiap jam 50 mg setiap 4-6 jam 50-100 mg setiap 4-6 jam 25 mg setiap 4-6 jam. A B B C B. Promethazine C. Antagonis Dopamin (D2) Metoclopramide. 10 mg setiap 6 jam C. Domperidon Prochlorperazine Antagonis Reseptor Serotonin Ondansetron Glukokortikoid Metilprednison. Kerusakan jaringan berat dengan pemberian intravena; lebih disarankan pemberian oral, rectal, atau intramuskular. 10-20 mg setiap 4-8 jam 5-10 mg setiap 6 jam. Pemberian obat lebih dari 12 minggu meningkatkan risiko Tardive dyskinesia. B C 4-8 mg setiap 12 jam 16 mg setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian dosis diturunkan selama 2 minggu. B C. Jangan digunakan sebelum usia gestasi 10 minggu. Tabel 2.2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah pada Kehamilan.25 Sumber : New England Journal of Medicine.

(37) 25. 2.5.2. Penatalaksanaan Mual Muntah Dengan Anti Emetik. Tabel 2.3. Algoritme Penatalaksanaan Farmakologi untuk Mual Muntah dalam Kehamilan Sumber : SOGC Clinical Practice Guidelines.

(38) 26. 2.6.. Penggunaan Obat yang Rasional dalam Praktek WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh seluruh obat di dunia. diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Tujuan penggunaan obat rasional untuk. menjamin pasien mendapatkan pengobatan. yang sesuai. dengan. kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau.5 Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya. Tepat indikasi penyakit setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian,pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.5,26 Tepat pemilihan obat adalah keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. Tepat dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi.5,26 Tepat cara pemberian contohnya obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivtasnya. Tepat interval waktu pemberian, cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Semakin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.5,26 Tepat lama pemberian, lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing masing. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang.

(39) 27. seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan. Waspada terhadap efek samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.5,26. 2.7.. Penggunaan Obat Tidak Rasonal Ciri- Ciri Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dikategorikan sebagai Berikut:5 a. Peresepan berlebih (overprescribing) Yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan. Contohnya, pemberian obat antibiotik pada ISPA non pneumonia (umumnya disebabkan oleh virus), pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang dianjurkan dan jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk penyakit tersebut merupakan beberapa contoh dari peresepan berlebih. Pemberian obat berlebihan memberi resiko untuk timbulnya efek yang tidak diinginkan seperti: interaksi, efek samping dan intoksikasi. b. Peresepan kurang (underprescribing), Yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori ini. c. Peresepan majemuk (multiple prescribing) Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat..

(40) 28. d. Peresepan salah (incorrect prescribing) Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi yang. sebenarnya. merupakan. kontraindikasi. pemberian. obat,. memberikan kemungkinan resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi yang keliru mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya.. Dalam kenyataannya masih banyak penggunaan obat yang tidak rasional terjadi dalam praktik sehari-hari dan umumnya tidak disadari oleh para klinisi. Hampir setiap klinisi mengatakan bahwa pengobatan adalah seni, oleh sebab itu setiap dokter berhak menentukan jenis obat yang sesuai untuk pasiennya. Hal ini bukannya keliru, tetapi jika tidak dilandasi dengan alasan ilmiah akan menjurus ke pemakaian obat yang tidak rasional.Sekarang ini, ada budaya dalam interaksi dokter-pasien yang berperanan menimbulkan penggunaan obat yang tidak rasional. Baik dokter maupun pasien memandang bahwa memberikan resep obat dipandang sebagai (1) bukti bahwa diagnosis telah ditegakkan, (2) cara untuk menutup sesi konsultasi dan (3) sarana untuk memperpanjang interaksi dokterpasien. Dokter merasa tidak nyaman kalau perpisahan dengan pasien tidak disertai dengan pemberian resep obat, sebaliknya ada kecenderungan pada pasien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan karena ia menggunakan system pembiayaan prabayar.27.

(41) 29. BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. Tatalaksana nonfarmako. Penatalaksanaan. Faktor Predisposisi. Peningkatan estrogen. Emesis gravidarum. Penurunan pengosongan lambung. Komplikasi Peningkatan tekanan gaster Hiperemesis gravidarum. Penanganan farmakologi 1. 2. 3. 4. 5.. Piridoksin Antihistamin Antagonis dopamin Antagonis serotonin Glukokortikoid. Penilaian rasionalitas 1. Indikasi 2. Jenis obat 3. Dosis 4. Cara pemberian 5. Lama Pemberian. Rasional. Tidak Rasional. Kehilangan cairan berlebih. Gangguan nutrisi kebutuhan tubuh. Dehidrasi. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hemokonsentrasi. Aliran darah kejaringan menurun. Metabolisme intrasel menurun. Perfusi jaringan otak. Melemahnya otot dan tubuh. Penurunan kesadaran.

(42) 30. 3.2.. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam. penelitian ini adalah:. o Indikasi o Jenis obat o Dosis obat o Cara pemberian o Lama Pemberian obat. Rasionalitas Peresepan Antiemetik.

(43) 31. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yang bersifat retrospekif. untuk melihat rasionalitas penggunaan antiemetik pada mual muntah kehamilan di RSUD Dr Pirngadi Medan. Pengambilan data diambil dari data sekunder berupa rekam medis pasien. 4.2.. Lokasi dan Waktu Tempat pengambilan sampel penelitian dilakukan di bagian Rekam Medik. RSUD Dr Pirngadi Medan. Waktu pengambilan data mulai dari Juli – Desember 2016. 4.3. Populasi dan Subjek Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah ibu hamil yang dirawat di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2011-2015. 4.3.2. Subjek Penelitian Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah rekam medik ibu hamil yang datang RSUD Dr Pirngadi Medan yang mengalami mual muntah kehamilan mulai tahun 2011-2015 dengan jumlah sampel adalah dengan menggunakan metode total sampling dan jumlah pasien yang didapatkan dari survey pendahuluan di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2011-2015 adalah berjumlah 99 pasien dengan diagnosa hiperemesis gravidarum..

(44) 32. 4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi adalah rekam medik yang lengkap dengan pengobatan antiemetik di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2011-2015. Kelengkapan data, meliputi: 1. Umur Ibu 2. Umur Kehamilan 3. Pekerjaan 4. Status Gravida 5. Keluhan (mual, muntah) 6. Obat yang digunakan adalah peresepan obat antiemetik 7. Dosis obat yang digunakan 8. Lama pengobatan Kriteria Eksklusi adalah Rekam medik yang mencantumkan peresepan obat antiemetik yang tidak lengkap.. 4.4.. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder pasien. yang didapat dari rekam medik ibu di RSUD Dr Pirngadi Medan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria penilaian didasarkan pada kelengkapan: 1. Indikasi 2. Jenis obat 3. Dosis 4. Cara pemberian obat 5. Lama pemberian obat.

(45) 33. 4.5.. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan karakteristik pasien.. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif meliputi parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian obat, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik dan dianalisa secara deskriptif untuk menentukan rasionalitas penggunaan obat antiemetik pada ibu hamil yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS.. 4.6.. Variabel dan Defenisi Operasional. Rasionalitas peresepan antiemetik dikatakan rasional bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya, umtuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat. Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : 1. Rasional 2. Tidak Rasional. Skala Ukur. : Nominal. Indikasi adalah ketepatan penggunaan obat atas diagnosis yang ditegakkan Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : 1. Tepat indikasi 2. Tidak tepat indikasi. Skala Ukur. : Nominal.

(46) 34. Jenis obat adalah macam- macam obat yang digunakan dalam terapi mual dan muntah Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : Jenis Obat yang digunakan. Skala Ukur. : Nominal. Dosis adalah jumlah atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : Dosis obat. Skala Ukur. : Nominal. Cara pemberian obat adalah teknik yang digunakan dalam mengkonsumsi obat Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : 1. Oral 2. Parenteral. Skala Ukur. : Nominal. Lama. obat. pemberian. adalah. waktu. mengkonsumsi obat. Cara Pengukuran. : Observasi. Alat Ukur. : Rekam medik. Hasil ukur. : hari sampai minggu. Skala Ukur. : Interval. yang. ditetapkan. dalam.

(47) 35. BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1.. Hasil Penelitian. 5.1.1.. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Pirngadi Medan yang berlokasi di. Jalan Prof. H. M. Yamin SH No.47, Medan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit negeri tipe B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang cukup bervariasi.. 5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif retrospektif dengan meneliti data-data yang diambil dari rekam medis pasien mual muntah kehamilan yang datang berobat ke RS Dr Pirngadi Medan dari Tahun 2011 hingga Tahun 2015. Pada penelitian ini didapati kasus sebanyak 99 pasien, namun yang memenuhi kriteria sebanyak 64 pasien..

(48) 36. 5.1.3. Karakteristik Gangguan Mual Muntah pada Ibu Hamil 5.1.3.1. Distribusi Proporsi Pasien Mual Muntah Kehamilan. Berdasarkan. Sosiodemografi (Umur, Usia Kehamilan, Status Gravida, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan) Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur Usia Ibu Hamil (tahun). Jumlah (orang). Persentase (%). 20-25. 15. 23,4. 26-30. 25. 39,1. 31-35. 17. 26,6. >35. 7. 10,9. Total. 64. 100. Sebagian besar ibu hamil berada pada kelompok usia 26-30 tahun berjumlah 25 orang (39,1%) dan sebagian kecil berada kelompok usia >35 tahun berjumlah 7 orang (10,9%). Tabel 5.2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan Usia Kehamilan. Jumlah (orang). Persentase (%). ≤16. 56. 87,5. >16. 8. 12,5. Total. 64. 100. (minggu). Sebagian besar ibu hamil dengan keluhan mual muntah berada pada kelompok usia kehamilan ≤16 minggu berjumlah 56 orang (87,5%) dan sebagian.

(49) 37. kecil berada pada kelompok usia kehamilan >16 minggu berjumlah 8 orang (12,5%). Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan status gravida Status Gravida. Jumlah (orang). Persentase (%). Primigravida. 22. 34,4. Multigravida. 41. 64,0. Grandemultigravida. 1. 1,6. Total. 64. 100. Terdapat kelompok ibu hamil dengan kehamilan pertama sekali atau primigravida berjumlah 22 orang (34,4%), dan kelompok ibu hamil dengan jumlah kehamilan 2-5 kali atau multigravida berjumlah 41 orang (64,0%), sedangkan kelompok ibu hamil dengan jumlah kehamilan >5 kali atau grandemultigravida berjumlah 1 orang (1,6%). Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan. Jumlah (orang). Persentase (%). SD. 1. 1,55. SMP. 1. 1,55. SMA. 46. 71,9. Perguruan Tinggi. 16. 25. Total. 64. 100. Pasien yang memiliki tingkat pendidikan SLTA dan sederajat merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah 46 orang (71,9%), sedangkan pasien yang.

(50) 38. tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan kelompok terkecil berjumlah masing masing 1 orang (1,55%).. Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan Pekerjaan. Jumlah (orang). Persentase (%). Ibu Rumah Tangga. 36. 56,25. Pegawai Swasta. 6. 9,37. Pegawai Negri. 16. 25. Wiraswasta. 6. 9,37. Total. 64. 100. Mual muntah pada kehamilan banyak diderita oleh kelompok ibu rumah tangga yaitu berjumlah 40 orang (56,25%) dan yang paling sedikit diderita oleh kelompok pegawai swasta dan wiraswasta yaitu masing-masing berjumlah 6 orang (9,37%)..

(51) 39. 5.1.3.2. Karakeristik Gangguan Mual Muntah pada Ibu Hamil Berdasarkan Penyakit Penyerta, dan Gambaran Penggunaan Terapi lain selain Antiemetik Tabel 5.6. Karakteristik gangguan mual muntah berdasarkan penyakit penyerta Penyakit Penyerta. Jumlah (orang). Persentase (%). 54. 84,3. Gastritis. 7. 11. Hipertiroid. 1. 1,56. DM. 1. 1,56. Asma Bronchial. 1. 1,56. Total. 64. 100. Tanpa Penyakit Penyerta. Dapat dilihat bahwa paling banyak ibu hamil yang menderita mual muntah tidak menderita penyakit penyerta lain berjumlah 55 orang (86%), penderita penyakit gastritis didapati berjumlah 7 orang (11%), dan yang paling sedikit adalah penyakit DM, Hipertiroid, dan Asma bronchial masing-masing berjumlah 1 orang (1,56%)..

(52) 40. Tabel 5.7. Gambaran penggunaan terapi lain selain antiemetik Kelas Terapi. Jumlah Obat tiap. Nama Obat. Frekuensi. Infus RL. 33. Infus NaCl. 9. Infus Dextrose 5%. 13. Infus KAEN. 4. Infus Aminofel. 4. Infus ASERING. 1. Ranitidin. 18. Cimetidin. 1. Antasida. 13. Magtral Syrup. 1. Strocain. 1. Omeprazol. 2. Gastran. 1. Paracetamol. 1. Ampicilin. 1. Amoxicilin. 1. Ambroxol. 1. Silex syrup. 1. Hystolan. 1. 1. Premaston. 1. 1. Asam Folat. 24. Vit B6. 6. Suplemen dan. Tablet Besi. 2. Terapi Penunjang. Bcomplex. 10. Neurodex/Neurobion. 4. Calsium. 1. Cairan infus. Antidispepsia. Antipiretik Antibiotik. Mukolitik Uterus Relaxant Penguat Kandungan. Kelas Terapi. 64. 37. 1 2. 2. 47.

(53) 41. 5.1.4. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik 5.1.4.1 Tepat Indikasi Tepat indikasi adalah ketepatan penggunaan antiemetik atas diagnosis yang ditegakkan. Dari hasil penelusuran data rekam medik terdapat jumlah pemberian antiemetik tepat indikasi sebesar (71,9%). Ketidaktepatan indikasi obat antiemetik terhadap pasien dapat terjadi apabila antiemetik yang diberikan tidak sesuai dengan diagnsosis yang dialami pasien, dijumpai (28,1%) pemberian antiemetik yang tidak tepat indikasi. 5.1.4.2 Tepat Obat Jenis obat adalah macam- macam obat yang digunakan dalam terapi mual dan muntah. Pilihan pengobatan yang paling tepat tergantung pada penyebabnya, dan keputusan untuk penggunaan obat dilakukan setelah adanya diagnosis yang tepat. Dari analisis data yang diperoleh dijumpai penggunaan mediamer B6 saja berjumlah 20 orang (31,25%), mediamer B6 bersama dengan metoklopramide berjumlah 2 orang (3,125%), metoklopramide dan ondansentron berjumlah 4 orang (6,25%), penggunaan ondansentron tunggal berjumlah 31 orang (48,43%), serta penggunaan metoklopramide tunggal sebanyak 7 orang (10,9%).. Dan ketepatan obat pada terapi mual muntah kehamilan mencapai. persentase 100%. 5.1.4.3. Tepat Dosis Dosis adalah jumlah atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Tepat dosis merupakan pemilihan dosis dan frekuensi pemberian obat. Dari hasil penelitian didapati ketepatan dosis sebanyak 48 kasus dengan persentase 75% dan ketidaktepatan dosis sebanyak 16 kasus dengan persentase 25%..

(54) 42. 5.1.4.4. Tepat Lama Pemberian Obat Lama. pemberian. obat. adalah. waktu. yang. ditetapkan. dalam. mengkonsumsi obat. Proporsi terbanyak adalah pengobatan yang rentang lama pengobatan ≤ 4 hari dengan proporsi 100%. Dari data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa lama pemberian obat kepada pasien telah tepat yaitu sebesar 100% 5.1.4.5. Tepat Cara Pemberian Obat Cara pemberian merupakan aturan pemakaian obat. yang harus. diperhatikan. Setiap obat memiliki aturan pakai yang berbeda beda. Aturan pemakaian ini meliputi waktu penggunaan obat (sebelum atau sesudah makan), frekuensi pemberian dan rute pemberian. Dari hasil penelitian dijumpai pemberian terbanyak secara oral yaitu sebanyak 45%, pemberian secara intravena sebanyak 36%, dan pemberian secara oral dan intravena sebanyak 19%. Dari data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa cara pemberian obat kepada pasien telah tepat yaitu sebesar 100%. Namun, aturan penggunaan obat (sebelum/sesudah makan) tidak tertera pada rekam medik sehingga tidak dapat dicantumkan dan dianalisis dalam ketepatan cara pemberian obat..

(55) 43. 5.2.. Pembahasan Sebagai hasil penelitian, dari 64 sampel yang diteliti, mayoritas pasien. mual muntah kehamilan berada pada kelompok usia 26-30 tahun yaitu berjumlah 25 orang (39,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruri Puriati dan Nurul Misbah tahun 2011 di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung yang menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 93,7%.28 Hal ini terjadi karena walaupun pada umur 20-35 tahun adalah umur yang sesuai dan bisa menerima kehamilan karena kematangan fisik serta organ-organ lainnya, tetap saja dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum begitu jelas tetapi besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.29 Dari segi usia kehamilan, mayoritas kasus terjadi pada kelompok usia kehamilan ≤16 minggu dengan jumlah 56 orang (87,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ini sesuai dengn penelitian yang dilakukan oleh Silviana Sari tahun 2013 di RSUD Raden Mattaher Jambi yang menemukan bahwa prevalensi ibu dengan umur kehamilan ≤16 minggu yang mengalami kasus yaitu 85,4%.30 Mual dan muntah pada kehamilan lebih sering terjadi pada usia kehamilan ≤16 minggu ini disebabkan karena peningkatan kadar sekresi hCG dan estrogen yang dihasilkan oleh sel trofoblas blastosit pada 12-16 minggu pertama kehamilan, hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron sehingga merangsang mual dan muntah.31 Dilihat dari segi jumlah kehamilan atau gravida, paling sering mual muntah dialami pada multigravida dengan jumlah orang 41 orang (64,0%). Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hiperemesis lebih sering terjadi pada ibu hamil primigravida bila dibandingkan multigravida yang.

(56) 44. disebabkan karena pada primigravida memiliki kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan multigravida. Ibu yang pertama kali hamil (primigravida) belum dapat beradaptasi dengan peningkatan human Chorionic Gonadotropin (hCG) dan estrogen yang diduga menjadi penyebab hiperemesis gravidarum.33 Elabd MM menjelaskan bahwa estrogen dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas olfactorius (penciuman) terhadap aroma atau bau yang tidak enak yang dapat merangsang mual muntah.34 Dijelaskan pula bahwa kehamilan pertama adalah pengalaman baru bagi ibu hamil dimana ibu belum siap secara mental menghadapi kehamilannnya, cemas dan takut dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, dan tanggung jawab sebagai ibu sehingga kondisi demikian dapat menstimulasi stress yang mempengaruhi psikologis ibu.31 Hasil yang tidak sesuai dengan literatur juga dijumpai pada penelitian Ardianti N tahun 2012 di RS Bhakti Yuda Depok yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara hiperemesis terhadap faktor resiko gravida ibu dikarenakan jumlah ibu hamil multigravida. yang. berkunjung. lebih. banyak. dibandingkan. ibu. hamil. primigravida.35 Bila ditinjau dari segi pendidikan, sebagian besar pasien berada kelompok pendidikan yang dikategorikan sebagai pendidikan yang tinggi ≥ SMA berjumlah 62 orang (97%). Secara teoritis, pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.36 Oleh sebab itu, ibu yang memiliki pendidikan dan pengetahuan. yang. rendah. akan. lebih. mudah. terkena hyperemesis. gravidarum daripada ibu yang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, di karenakan kurangnya pengetahuan dan sumber informasi tentang hyperemesis gravidarum..

(57) 45. Berdasarkan pekerjaan, paling sering didapatkan pasien dengan profesi sebagai ibu rumah tangga berjumlah 36 tahun (56,25%). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Tri Anasari tahun 2012 di RSU Ananda Purwokerto yang menemukan 88,8% dari ibu yang mengalami mual muntah tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Hasil penelitian Armilah tahun 2010 di RS Islam Kustati Surakarta mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.37 Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro yang mengungkapkan bahwa faktor psikologi memegang peranan penting dalam penyakit ini, misalnya, kehilangan pekerjaan, beban pekerjaan yang berat, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai pelarian kesukaran hidup. Hal ini tidak jarang dapat diatasi dengan cara memberikan suasana baru, sehingga dapat mengurangi frekuensi muntah. Berdasarkan penyakit penyerta dijumpai sebagian besar pasien yang datang berkunjung tanpa disertai dengan penyakit penyerta sebanyak 54 orang (84,3%). Penyakit penyerta terbanyak yang dijumpai mual muntah kehamilan di RSUD Dr Pirngadi adalah Gastritis sebanyak 7 kasus (11%). Hasil ini didukung oleh penelitian Syahril Syamsuddin tahun 2014 di Puskesmas Poasia Kota Kendari yang menemukan bahwa gastritis berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.38 Berdasarkan terapi pendukung dijumpai sebagian besar pasien diberikan cairan infus sebanyak 56 orang (87,5%) dengan total pemberian 64 kali. Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi,.

(58) 46. kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan selanjutnya, pemberian terapi pengganti intravena harus segera dilakukan jika sudah ditemukan tanda tanda dehidrasi pada mual muntah kehamilan.39 Dijumpai (28,1%) pemberian antiemetik yang tidak tepat indikasi. Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis gravidarum.. Penyebab-penyebab. lain. seperti. penyakit. gastrointestinal,. pielonefritis dan penyakit metabolik perlu diekslusi. Beberapa parameter diambil untuk membantu menyingkirkan penyebab lain mual muntah kehamilan antara lain: 1) Onset mual muntah, hampir seluruh kasus onset mual muntah dimulai pada usia kehamilan dibawah 9 minggu dan berakhir pada trimester pertama kehamilan 2) Gejala penyerta, ditemukannya gejala penyerta yang bukan khas hyperemesis gravidarum antara lain; nyeri perut, demam, sakit kepala 3) memiliki penyakit kronis.31,32,39 Terdapat 12 pasien yang didianosa hiperemesis gravidarum dengan onset mual muntah pada trimester II usia kehamilan, hal ini dianggap tidak tepat indikasi berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa mual dan muntah yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai pada minggu ke 4 sampai minggu ke 16 kehamilan, mencapai puncaknya pada berakhir. minggu ke 11-13 dan. pada minggu ke-14-16. Mual dan muntah ini disebabkan karena. meningkatnya kadar hormon human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblas blastosit khususnya pada 12-16 minggu pertama kehamilan. hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron sehingga merangsang mual dan muntah dan berangsur-angsur akan menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan karena ibu sudah dapat beradaptasi dengan kenaikan hormon akibat kehamilan.31 Terdapat 6 pasien yang memiliki gejala penyerta yang bukan khas hiperemesis antara lain nyeri ulu hati dan nyeri perut juga dianggap tidak tepat indikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Kenneth L koch tahun 2002 yang menyebutkan bahwa wanita hamil dengan gejala nyeri abdomen dan mual muntah harus dipertimbangkan kelainan gastrointestinal seperti gastroesofageal reflux, peptic ulcer dan kolesistitis.40.

Gambar

Tabel 2.3. Algoritme Penatalaksanaan Farmakologi untuk Mual Muntah dalam           Kehamilan

Referensi

Dokumen terkait

Namun masih ada yang belum mengetahui tentang rambu lalu lintas, penerapan teknologi 3D hologram sebagai media interaktif pengenalan rambu lalu lintas ini

Hasil analisis ektraksi illumination yaitu pada algoritma SVD didapat nilai koefisien korelasi sebesar -0,8986 yang berarti bahwa semakin besar tingkat kecerahan

Guru juga menjelaskan bahwa masalah rendahnya sikap tanggung jawab pada mata pelajaran PKn berdampak pada prestasi belajar siswa, hal ini dilihat dari hasil

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional dan Penilaian Hasil

PENGUM UM AN PEM ENANG LELANG TAHAP-XV UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KABUPATEN KLATEN.. POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 05 Tahun 1999 sebagaimana diubah

Income stocks Saham jenis ini, memberikan deviden dalam nilai yang relatif besar tapi tidak teratur, dapat digunakan sebagai sarana untuk menghasilkan

1) Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang kekurangan gizi