VI SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM
PENGERTIAN IJMA’, DASAR HUKUM IJMA’, KEHUJJAHAN
7. Objek ijma’
Objek ijma‟ ialah semua peristiwa atau kejadian yang tidak ada dasarnya hukumnya dalam al-Qur'an dan Hadits, peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan ibadat ghairu mandhah (ibadat yang tidak langsung ditujukan kepada Allah swt.) bidang mu'amalat, bidang kemasyarakatan atau semua hal-hal yang berhubungan dengan urusan duniawi tetapi tidak ada dasarnya dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
L a t i h a n
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi pada Satuan Bahasan V dipersilahkan mengerjakan latihan berikut :
1. Buat rumusan tentang pengertian ijma‟
2. Buat rumusan tentang kehujjaan ijma‟ 3. Buat rumusan tentang dasar hukum ijma‟
5. Buat rumusan tentang kemungkinan terjadinya ijma‟ 6. Buat rumusan tentang maca-macam ijma‟
7. Buat rumusan tentang obyek ijma‟
R a n g k u m a n
Ditinjau dari segi cara terjadinya, maka ijma‟ terdiri atas :
a Ijma‟ bayani, yaitu para mujtahid menyatakan pendapatnya dengan jelas dan tegas baik, berupa ucapan atau tulisan. Ijma‟ bayani disebut juga ijma‟ sharih,ijma‟ qouli atau ijma‟ haqiqi..
b. Ijma‟ sukuti, yaitu para mujtahid seluruh atau sebahagian mereka
tidak menyatakan pendapat dengan jelas dan tegas, tetapi mereka berdiam diri saja atau tidak rncmberikan reaksi terhadap suatu ketentuan hukum yang telah dikemukakan mujtahid lain yang hidup di masanya ijma‟ seperti disebut juga juga ijima' 'Itibar Ditinjau dari segi yakin atau tidaknya terjadi suatu ijma', dapat dibagi kepada:
c.
a. Ijma‟qath'i, yaitu hukum yang dihasilkan ijma' itu adalah qath'idi yakini benar terjadinya tidak ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijma' yang dilakukan pada waktu yang lain.
d.
Ijma‟ dhanni, yaitu hukum yang dihasilkan ijma‟ itu dhanni,masih ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijtihad orang lain atau dengan hasil ijma‟'yang dilakukan pada waktu yang lain.
Dalam kitab-kitab fiqh atau Ushul Fiqh terdapat pula beberapa macam ijma‟ yang dihubungkan dengan masa terjadi, tempat terjadi atau orang-orang yang melaksanakannya. Ijma‟ itu ialah:
e. Ijma‟ sahabat, yaitu ijma‟ yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah saw.
f. Ijma‟ khulafa-urrasyidin, yaitu ijma‟' yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan pada masa keempat orang itu hidup, yaitu pada masa Khalifah Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal dunia ijma‟ tersebut tidak dapat dilakukan lagi. g. Ijma‟ ahli Madinah, yaitu ijma‟ yang dilakukan oleh ulama-ulama
Madinah. Ijma‟ ahli Madinah merupakan salah satu sumber hu-kum Islam menurut madzhab Maliki, tetapi madzhab Syafi'i ti-dak mengakui sebagai salah satu sumber hukum Islam.
h. Ijma‟ulama Kufah yaitu ijma‟ yang dilakukan oleh ulama-ulama Kufah . Madzhab Hanafi menjadikan ulama-ulama Kufah sebagai salah satu sumber hukum Islam.
Tes Formatif
1. Jelaskan tentang pengertian ijma‟ 2. Jelaskan tentang kehujjaan ijma‟
3. Kemukakanlah tentang dasar hukum ijma‟ 4. Sebutkan dan jelaskan tentang rukun ijma‟
5. Uraikan dan jelaskan bagaimana kemungkinan terjadinya ijma‟ 6. Kemukakan mtentang maca-macam ijma‟
SATUAN
BAHASAN
VIII QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM
A. Gambaran Singkat Mengenai Materi Kuliah
Mayoritas ulama menetapkan bahwa qiyas merupakan sumber hukum keempat setelah al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma‟. Qiyas merupakan sumber hukum yang paling banyak digunakan dalam peristiwa-peristiwa yang baru muncul. Meskipun demikian, ada juga ulama yang tidak mengakui eksistensi qiyas seperti mazhab al-Dzahiriyah dan sebagian dari kalangan Syiah.
Argumen yang diajukan oleh golongan penentang qiyas bukan berarti bahwa qiyas tidak dapat dilepaskan dari pembinaan hukum Islam. Sebab, dalam perkembangan dunia dewasa ini senantiasa muncul kasus-kasus baru yang tidak ditemukan nashnya secara sharih di dalam al-Qur‟an dan sunnah. Dengan suatu asumsi bahwa tidak ada yang luput dari hukum Allah, maka setiap muslim meyakini bahwa setiap kasus atau peristiwa yang terjadi pasti ada hukumnya. Sebagian hukumnya itu dapat dilihat secara jelas dalam nash namun sebagian yang lain tidak jelas. Di antara yang tidak jelas hukumnya itu mempunyai kesamaan sifat dengan kasus yang sudah dijelaskan hukumnya. Dengan konsep mumatsalah peristiwa yang tidak jelas hukumnya itu dapat disamakan hukumnya dengan yang ada hukumnya dalam nash. Meskipun secara jelas tidak menggunakan nash, namun karena disamakan hukumnya dengan yang ada nashnya, maka cara penetapan hukum seperti ini dapat dikatakan menggunakan nash syara secara tidak langsung. Usaha mengistimbatkan hukum dengan menggunakan metode penyamaan
(al-mumatsalah) inilah yang disebut oleh ulama Ushul dengan qiyas
Pada bab ini akan dibahas secara menukik tentang substansi qiyas mulai dari pengertiannya baik secara etimologi maupun terminologi, rukun-rukunnya, macam-macamnya hingga kehujjahannya sebagai sebuah sumber hukum.
B. Pedoman Mempelajari Materi
Baca dengan baik mengenai pengertian qiyas baik dari segi etimologi maupun terminologinya, rukun-rukunnya, macam-macamnnya, metode masalikul illat, kehujjahan qiyas dan aplikasi qiyas dalam kasus fiqh kontemporer. Untuk lebih mendalami dan memahami dari kajian qiyas, buatlah intisari/ringkasan dari setiap sub-sub bahasan yang dipelajari.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mendiskripsikan qiyas secara etimologi dan terminologi 2. Mengidentifikasi dan menjelaskan rukun qiyas
3. Mengidentifikasi dan menjelaskan macam-macam qiyas 4. Mengaplikasikan metode masalikul illat dalam pencarian ilat 5. Memaparkan pendapat para ulama mengenai kehujjahan qiyas 6. Mengaplikasikan metode qiyas dalam kasus fiqh kontemporer