• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG ZAKAT

D. Objek Zakat

Padaawalsejarahpertumbuhan Islam di Mekah, orang­ orang yang berhak menerima zakat (infaq) itu adalah orang miskin saja. Setelah

24

Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 10

25

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Peneltian UIN SyarifHidayatullah, 2008), cet. 1, h. 184

26

Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial, (Jakarta: Srigunting, 2001), Cet. 2, h.83

tahunke ­9 Hijriyah Allah SWT menurunkan ayat 60 surat al­Taubah di Madinah.27 Ayat tersebut menjelaskan secara rinci mengenai orang­ orang yang berhak menerima zakat. Ayatdimaksud ialah:

Artinya: sesungguhnya zakat- zakat ituhanyalahuntuk orang- orang fakirorang- orang miskin, pengurus- pengurus zakat, muallaf yang dibujukhatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang- orang yang

berhutang, untukjalan Allah dan orang- orang yang

sedangdalamperjalanan, sebagaisesuatuketetapan. (QS 9: 60)yang diwajibkan Allah; dan Allah MahaMengetahuilagiMahaBijaksana

Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang berhak menerima zakat terdiri dari delapan golongan yaitu sebagai berikut:

1. Orang Fakir

Para ulama tidak sependapat dalam memberi definisi terhadap terminologi fakir. Ulama Mazhab Syafi‟I dan Maliki mendefinisikannya sebagai orang yang tidak mempunyai harta dan tidak pula memiliki pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Dia juga tidak mempunyai suami atau anak atau saudara yang menanggung nafkahnya.28

2. Orang Miskin

27

Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. 2, h. 180

28

Para Ulama Fiqh yang berpendapat bahwa fakir dan miskin adalah dua kata yang mempunyai arti satu yaitu orang yang serba berkekurangan atau yang benar­ benar membutuhkan. Ada yang mengatakan bahwa dua kata itu memiliki arti yang berbeda. Mazhab Syafi‟I dan Hanbali misalnya mengatakan makna kedua istilah itu jelas berbeda. Orang fakir menurut mereka lebih parah keadaan ekonominya dari orang miskin. Orang yang fakir adalah orang yang sama sekali tidak memiliki harta dan pekerjaan. Sedangkan orang miskin adalah orang yang memiliki harta atau pekerjaan, tetapi hanya dapat menutupi sekitar limapuluh persen atau lebih dari kebutuhannya dan kebutuhan keluarga yang wajib dinafkahinya, namun tetap juga tidak mencukupi.29

3. Amil Zakat

Yang dimaksud Amil zakat adalah orang yang diberi tugas untuk pemimpin, kepala pemerintahan, atau wakilnya untuk mengambil zakat dari orang kaya, meliputi pemungut zakat, penanggung jawab, petugas penyimpanan, penggembala ternak dan pengurus administrasinya. Mereka harus terdiri dari kalangan kaum Muslimin dan bukan dari golongan yang tidak diperkenankan menerima zakat, seperti keluarga Rasulullah SAW, yaitu Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.30

29

Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh al-Islam, (Beirut: Dar al­Fikri, 1987), hal. 879 30

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Khairul Amru Harahap dan masrukhin,(Jakarta; Cakrawala Publishing, 2011), jilid. 2, h.142

4. Muallaf

Secara etimologis, muallaf berarti orang yang dilunakkan hatinya. Tentu orang yang seperti ini adalah orang yang belum kuat imannya dalam memeluk agama Islam, untuk menguatkan hatinya terhadap agama Islam diberikan kepadanya zakat.31

5. Riqab

Yang dimaksud dengan riqab adalah usaha memerdekakan hamba sahaya dengan cara membelinya dengan uang zakat kemudian memerdekakannya. Jadi zakat digunakan sebagai dana untuk membebaskan dirinya agar ia merdeka.

6. Gharimin

Gharim adalah orang­ orang yang berhutang dan menghadapi kesulitan untuk melunasinya. Yusuf Qardhawi mendefinisikannya sebagai orang yang berhutang yang sulit dilunasinya. Hutang itu timbul melalui kegiatan­ kegiatan sosial, bukan kemaksiatan.32

7. Fi Sabilillah

Pada awalnya sesuai dengan konteks sosial, fi sabilillah diartikan dengan sekelompok orang yang berjuang, berperang menegakkan agama Allah SWT. Zakat digunakan sebagai dana atau biaya angkatan perangnya. Pengertian ini wajar, karena penggunaan kata sabilillah

31

Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. 2, h. 183

32

mutlak digunakan untuk peperangan, sebab Allah SWT sering mengaitkannya dengan kata al­qatldan al­jahd yang berarti berperang. Misalnya dalam ayat berikut:

Artinya: dan perangilah di jalan Allah orang- orang yang memerangikamu..(QS 2: 190)

8. IbnuSabil

Ibnu sabil adalah orang yang sedang dan akan melaksanakan perjalanan dengan tujuan kebaikan. Tetapi dia kekurangan biaya untuk mencapai tujuan dari perjalanan itu. Dengan zakat diharapkan dia sampai ke tujuan.

E. Manajemen Pengelolaan Zakat

Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,

managemen” yang berakar kata “manage”yang berarti “control” control

dan “succed” sukses.33

Sedangkan secara istilah dikemukakan oleh James Stoner bahwa

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan symber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.34

33

Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modern, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 71

34

Mary Parker Follet memiliki definisi yang berbeda dengan Stoner, dia mengartikan manajemen adalah seni dalam menyelesaikan tugas pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut Hani Handoko manajemen adalah bekerja dengan orang- orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan- tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi- fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.35

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen pengelolaan zakat adalah sistem atau cara yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat untuk mengelola zakat itu sendiri sehingga bisa tersalurkan kepada orang­ orang yang memang berhak untuk menerimanya. Seperti pengumpulan, pengambilan, pendayagunaan dan pendistribusian.

Dasar hukum pengelolaan zakat itu sendiri adalah QS At­Taubah 103:

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.

35

Berangkat dari perintah yang tersurat dan tersirat dari ayat di atas,

yang diawali dengan “kata perintah” : Ambillah, seharusnya mekanisme pengumpulan dan penyaluran zakat adalah sebagai berikut:

Muzakki Amil/petugas Mustahiq

Dengan demikian dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan ada muzakki yang merupakan pembayar zakat, ada Amil sebagai pengumpul dan penyalur, dan ada mustahiq sebagai penerima zakat.

MANAJEMEN ZAKAT 1. Lembaga Pengelola Zakat

a. Eksistensi Lembaga Pengelola Zakat

Pengelolaan zakat di Indonesia saat ini ada dua bentuk yaitu pengelolaan zakat oleh pemerintah yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga pengelola zakat non pemerintah yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ). Lembaga Amil Zakat (LAZ) dibentuk oleh masyarakat dan mendapatkan pengukuhan dari pemerintah setelah memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.36

b. Pendayagunaan dan Pengelolaan zakat

Pengelolaan zakat sebagaimana disebut dalam UU RI No. 38 Tahun 1999 merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan

36

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Managemen Zakat, (Jakarta: Wahana Kardofa, 2012), cet. 1, h. 38

pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Pengelolaan dan pendayagunaan zakat sebagai bentuk dari manajemen zakat.

c. Distribusi zakat kepada mustahiq

Sebagaimana diketahui bahwa orang yang berhak menerima zakat ada delapan kelompok, yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, orang yang berutang (gharim), orang yang berjuan di jalan Allah (sabilillah), dan orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil). Dalam masalah penyaluran harta zakat ulama berbeda pendapat tentang

distribusi zakat. Imam Syafi‟I dann pengikutnya berpendapat bahwa

zakat harus diberikan kepada delapan kelompok secara merata. Sedangkan Abu Hanifah dan Imam Ahmad boleh memberikan zakat hanya kepada sebagian tidak semua asnaf yang delapan. Sementara Imam Malik berpendapat bahwa pemberian zakat didahulukan berdasarkan tingkat kebutuhan. Para ulama Mazhab juga berpendapat tentang larangan pemindahan zakat dari suatu Negara ke Negara yang

lain. Demikian pendapat Imam Malik dan Imam Syafi‟I. Sedangkan

Abu Hanifah dan Imam Ahmad menyatakan boleh memindahkan zakat dari suatu Negara ke Negara lain jika penduduk Negara itu berkecukupan.37

2. Deskripsi Manajemen Mutu Kinerja Lembaga Pengelola Zakat a. Kepemimpinan

37

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Managemen Zakat, (Jakarta: Wahana Kardofa, 2012), cet. 1, h. 44

Pengetahuan tentang misi dan visi lembaga merupakan hal penting bagi setiap pegawai (amil). Untuk itu visi dan misi disampaikan kepada para pegawai saat mulai bekerja dalam bentuk pelatihan serta pada kegiatan rutin bagi keseluruhan pegawai. Intensitas pertemuan ditentukan secara berkala, ada yang mingguan, bulanan, serta akhir tahun.

b. Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis sebagai bagian dari manajemen yang membuat rencana kerja jangka panjang, menengah, dan tahunan. Setiap lembaga pengelola zakat memiliki RENSTRA lembaga. Demikian pula strategi pencapaian, rencana tindakan dan indicator kunci.

c. Fokus pada pengelolaan Mustahiq dan muzakki

Data mustahik dan muzakki terhimpun dalam data base. Dengan adanya data tersebut dapat diketahui jumlah muzakki dan mustahik yang ada pada lembaga. Data mustahik dan muzakki pada lembaga pengelola zakat harus dapat dilihat dalam media website masing­ masing.

d. Pengukuran dan Analisis Manajemen

Pengukuran kinerja lembaga tertuang dalam bentuk laporan rutin tertulis kinerja unit setiap lembaga.

Sumber daya manusia dalam hal ini amil (pegawai) merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan operasional lembaga pengelola zakat. Semua lembaga pengelola zakat memberikan gaji/insentif bagi para amil. Begitu pula penghargaan atas prestasi yang dicapai.

f. Pencapaian Hasil

Hasil yang dicapai oleh lembaga pengelola zakat berupa dana ZIS yang terkumpul, pengelolaan dan penyalurannya. Dalam hal ini terdapat pula daftar mustahik dan muzakki dalam periode tertentu. Setiap lembaga memiliki daftar capaian hasil serta penyalurannya.

Penjelasan secara rinci dari deskripsi kinerja lembaga pengelola zakat disajikan dalam uraian yang meliputi: manajemen penghimpunan zakat (Fundrising Managemen), manajemen pengelolaan dan pendayagunaan zakat (Empowering Managemen),

manajemen keuangan dan akuntasi (Finance anda Accounting managemen), dan Manajemen amil (amil Managemen).

3. Manajemen Penghimpunan Zakat (Fundrising Managemen) Fundrising merupakan kegiatan dalam rangka penghimpunan dana dan sumber dana lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional

lembaga dalam rangka mencapai tujuan. Dengan demikian kegiatan Fundrising berujuan untuk menghimpun dana dan donatur.

Fundrising juga merupakan sarana untuk menghimpun simpatisan juga pendukung. Kegiatan fundrising dapat pula menjadi sarana dalam upaya membangun citra lembaga dan menjadi tujuan utamanya memberikan kepuasan bagi para donatur. Bagi lembaga

yang didirikan untuk melaksanakan syari‟at agama seperti lembaga

pengelola zakat, kegiatan fundrising ditujukan untuk melaksanakan tujuan dari pemberlakuan syari‟ah itu sendiri yaitu mewujudkan

kemaslahatan, membangun kemandirian umat, dan terwujudnya keadilan distributive sehingga dapat merubah kehidupan para mustahik idealnya mereka menjadi muzakki.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi penggalangan dana yang dilakukan lembaga pengelolaan zakat baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah sebagai berikut:

a. Sumber dana: individual, perusahaan (corporate fund), lembaga pemerintah, dan pendapatan usaha (earned income): unit usaha yang dikelola dari berbagai sumbangan yang diberikan oleh perusahaan

b. Media yang digunakan: cetak, elektronik, internet, dan media komunikasi

4. Manajemen Pengelolaan dan Pendayagunaan Zakat (Empowering Managemen)

Bagian ini akan memaparkan praktek pengelolaan dan pendayagunaan zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Pada bagian ini dibahas pula mengenai pola pendayagunaan yang dilakukan masing­ masing lembaga beserta program pendayagunaannya. Bagian ini merupakan bagian dari indicator sitem manajemen mutu terkait mustahik dan muzakki.38

Untuk penyaluran dana BAZNAS memiliki beberapa program. Program tersebut secara garis besar terdiri atas: program kemanusiaan, program kesehatan, program pendidikan, program ekonomi, dan program dakwah. Adapun alokasi dana untuk program kemanusiaan sebanyak 10%, program kesehatan sebanyak 20%, program pendidikan 25%, program ekonomi sebanyak 35%, dan program dakwah sebanyak 10%. Program yang dilakukan yaitu Indonesia Cerdas, Indonesia Makmur, Indonesia Peduli, Indonesia Talwa, dan Indonesia Sehat. Seluruh program tersebut dilaksanakan diberbagai daerah yang berada diseluruh Indonesia melalui unit salur zakat yang tersebar di berbagai daerah.

38

Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Managemen Zakat, (Jakarta: Wahana Kardofa, 2012), cet. 1, h. 79

F. Macam- Macam Zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua :pertama, zakat yang berhubungan dengan badan atau disebut zakat fitrah. Kedua, zakat yang berhubungan dengan harta atau zakat mal.

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah dilihat dari segi kebahasaan bermakna membersikan jiwa atau diri dengan cara mengeluarkan harta dan diberikan kepada mereka yang sangat memerlukan harta tersebut.

Sedangkan menurut istilah dalam syari‟ah Islam, zakat fitrah adalah mengeluarkan beras atau bahan makanan pokok sebesar kuranglebih 2,5 kg (kurang lebih 3,5 liter), atau nilainya yang sepadan dengan jumlah tersebut, dan didistribusikan kepada mereka yang memerlukannya, untuk membersihkan diri atau jiwa yang mengeluarkannya.39

Dalam pengertian lain zakat fitrah menurut istilah adalah zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang­ orang yang membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan­ kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya.40

Hadits yang berkaitan tentang kewajiban zakat fitrah adalah sebagai berikut:

39

Tim Penyusun, MengenalHukum Zakat danInfak/ sedekah, (Jakarta: BAZIS, 1999), h. 15

40

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2013), cet. 3, h. 395

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah satu sha’ dari kurma atau sha’ dari gandum bagi setiap orang

yang merdeka maupun hamba sahaya (budak), laki-laki maupun perempuan dari kaum muslimin.

Zakat fitrah boleh dikeluarkan di awal malam bulan Ramadhan, namun penundaannya hingga akhir bulan Ramadhan lebih utama. Dalam hal ini, ada 5 waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah, yiatu:

1. Waktu boleh, yaitu pada permulaan Ramadhan, mengingat sudah terpenuhinya sebab perrtama diantara dua sebab diwajibkannya zakat yaitu Ramadhan dan Idul fitri.

2. Waktu wajib, yaitu akhir Ramadhan dan awal syawal.

3. Waktu utama, yaitu setelah shalat shubuh dan sebelum shalat idul fitri. 4. Waktu makruh, setelah shalat idul fitri, meskipun memang disunnahkan mengakhirkannya untuk menunggu orang yang dekat seperti tetangga selama belum terbenam matahari.

5. Waktu haram, yaitu waktu yang dilarang untuk menunda­ nunda pembayaran zakat fitrah, yaitu akhir hari raya Idul Fitri ketika matahari telah terbenam.

Zakat mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat­ syarat wajib zakat.41

Zakat mal itu sendiri terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:

1. Zakat Binatang Ternak

Hewan ternak dinamakan al­an‟am karena banyaknya nikmat Allah

yang dianugerahkan kepada hambanya melaui hewan tersebut. hewan ternak itu mencangkup unta, sapi dan kambing.42 Syarat­ syarat zakat ternak:

a) Sampai nishab, yaitu mencapai kuantitas tertentu yang ditetapkan

hukum syara‟, jumlah minimal (nishab).

b) Telah dimiliki satu tahun, menghitung masa satu tahun anak­anak ternak berdasarkan masa satu tahuninduknya.

c) Digembalakan, maksudnya adalah sengaja diurung sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu,daging dan hasil perkembang biakannya.

d) Tidak dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak,mengairi tanaman, alat transportasi, dan sebagainya.43

Nishab atas zakat binatang ternak:

41

Gustiana Djuanda, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2006), h. 18

42

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2013), cet. 3, h. 350

43

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, 1986), h. 170­172

1) Unta

Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta, ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah. Sesuai dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim:

.

44

Artinya: “Tidak ada kewajiban zakat pada unta yang kurang dari

lima ekor”.

maka dapat dibuat table sebagai berikut:45

Jumlah (ekor) Zakat

5­9 10­14 15­19 20­24 25­35 36­45 45­60 1 ekor kambing 2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekor kambing

1 ekor anak unta betina umur 1 tahun lebih

1 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih

1 ekor anak unta betina umur 3 tahun

44

Imâm Abî Husain Muslim bin Hajjâj, Şahîh Muslim, (Riyâ Maktabah al­Rusyd, 1991) h. 675

45

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, 1999), h. 176

61­75

76­90

91­120

lebih

1 ekor anak unta betina umur 4 tahun lebih

2 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih

2 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih

2) Ternak Unggas

Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing. Akan tetapi dihitung berdasarkan skala usaha.

Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar =4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Artinya bila seorang berternak unggas atau perikanan,, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5 %.46

3) Sapi

46

Gustiana Djuanda, dkk, Pelaporan Zakat, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2006), h. 25

Sapi adalah binatang ternak yang wajib dizakatkan apabila telah mencukupi satu nisab. Termasuk kedalam jenis sapi adalah kerbau, dan zakat kedua binatang itu juga sama. Berdasarkan kesepakatan ulama sapi atau kerbau yang kurang dari tiga puluh ekor tidak wajib dizakatkan. Sehingga sapi dan kerbau baru dikeluarkan zakatnya setelah mencapai tiga puluh ekor, seperti tabel berikut:

Jumlah (ekor) Zakat

30­39 1 ekor anak sapi jantan atau betina/seekor anak kerbau umur 1 tahun 40­59 1 ekor anak sapi betina/seekor anak

kerbau umr 2 tahun 60­69 2 ekor anak sapi jantan

70­ 79 Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun) ditambah anak sapi jantan (umur 1 tahun)

80­ 89 2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun 90­ 99 3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun

Yang dimaksud kambing disini adalah kambing domba dan kambing kacangan, karena keduanya adalah satu jenis.47 Kewajiban zakat atas ternak kambing apabila telah mencapai empat puluh ekor dan seterusnya, sebagaimana rincian dalam table berikut:

Jumlah (ekor) Zakat

40­120 1 ekor kambing

121­200 2 ekor kambing 201­399 3 ekor kambing 400­ 499 4 ekor kambing 500­599 5 ekor kambing48

2. Zakat Emas dan Perak

Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing­masing negara. Oleh karena itu segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.

47

Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 165

48

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, 1986), h. 205

Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah, dan lain­ lain. Yang melebihi keperluan

menurut syara‟ atau dibeli/ dibangun dengan tujuan menyimpan

uang dan sewaktu­ waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang­ barang tersebut.

Nishab atas zakat emas dan perak:

Sesungguhnya kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak terikat dengan dua syarat:

1. Mencapai Nishab

2. Memilikinya genap satu tahun dengan hitungan hijriyah semenjak memilikinya , dan nisab harus sempurna dalam setahun penuh.

Nishab emas adalah 20 dinar (85gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham (setara 672 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah setahun, makaia terkena wajib zakat sebesar 2,5 %.49

Sesuai dengan Hadits Nabi berikut:

49

Gustiana Djuanda, dkk, Pelaporan Zakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 25

50

Abu Daud Sulaimân bin Ats‟asy, Sunan Abî Daud, (Riyâ Maktabah al­Ma‟ârif, 2002, h. 272

Artinya: Dari Ali, ia berkata : Rasulullah Saw, bersabda: “aku

telah membebaskan kalian dari zakatnya kuda dan hamba, karena itu keluarkanlah zakatnya perak, yaitu untuk setiap 40 dirham, (zakatnya) satu dirham, dan tidak ada kewajiban zakat pada 190 (dirham), tetapi apabila sudah mencapai 200 (dirham), maka

(zakatnya) 5 dirham.” (HR Ahmad, Abu daud, dan Tirmidzi).

3. Zakat Harta Perniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat­ alat,pakaian,makanan, perhiasan, dan lain­ lain. Perniagaan tersebut diusahakan secara perorangan, atau perserikatan sepertiCV, PT, Koperasi, dan sebagainya.

Zakat atas harta perniagaan:

Harta perniagaan nishabnya adalah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha padaakhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan laba) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (jika pergram Rp 25.000,00 = Rp 2.125.000,00) maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 %.

Usaha yang bergerak di bidang jasa, sperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, rental mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara,danlain­ lain, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 cara :

a. Pada perhitungan akhir tahun (tutupbuku) seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung termasuk barang (harta)

penghasiljasa, sperti hotel, taksi, kapal, dan lain­lain, kemudian dikeluarkan zakatnya 2,5 %.

b. Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%.

4. Zakat Hasil Pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh­tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis, seperti biji­ bijian, umbi­ umbian, sayur­ mayur, buah­buahan, tanaman hias, rumput­ rumputan, dan lain­ lain.

Nisab dan kadar zakat hasil pertanian:

Adapaun nishab hasilpertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 653 kg (gabah kering). Hal tersebut berdasarkan riwayat dari Jabir, dari Rasulullah SAW., “…tidak wajib bayar zakat padakurma yang kurang dari 5 ausuq” (HR Muslim).

Ausuq adalah bentuk jamak (plural) dari wasaq,dimana 1

wasaq = 60 sha‟, sedangkan 1sha‟= 2,176 kg, maka 5 wasaq adalah

5x60x2,176= 652,8 kg, dibulatkan menjadi 653 kg.

Apabila hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dan lain­ lain, maka nishabnya adalah 653 kg. akan tetapi, jika hasil pertanian itu bukan makanan pokok, seperti buah­ buahan, sayur­ sayuran,daun, bunga,

dan lain­ lain, maka nishabnya disetarakan dengan harga nishab

Dokumen terkait