• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELI TIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Transkip Wawancara Penelitian 1.Transkip Wawancara Penelitian

2. Observasi Penelitian

Dalam sejarah kepala sekolah pertama bapak Soegeng Iskandar memimpin SM K M a’arif Kota M ungkid, dibawah kepemimpinan Bapak Soegeng penulis tidak banyak menggunakan strategi manajemen konflik hanya saja dalam kurun waktu tahun 1987-2000 konflik selalu diambil penyelesaian dengan strategi forcing dimana dalam kurun waktu itu SM K Kota M a’arif Kota M ungkid belum menjadi intitusi pendidikan yang besar dan staff maupun guru masih tunduk dan patuh kepada sang pendiri.

Potensi konflik sudah muncul ketika kepala sekolah pertama sekaligus pendiri SM K M a’arif Kota M ungkid yaitu Bapak Soegeng Iskandar wafat tahun 2000 dan tampuk kepemimipinan pindah ke Bapak Sugeng Riyadi, M .Eng. Dan konflik yang terjadi ini terjadi adalah konflik kepala sekolah dengan guru, dan dari pihak guru selalu ada kekuatan besar dari staff senior yang merupakan pihak-pihak yang merasa palin berhak atas SM K M a’arif Kota M ungkid. M ulai muncul penolakan dari staff maupun guru senior,akan tetapi keputusan dari yayasan sudah diambil dan disepaki oleh komite dan tokoh masyarkat. Awal perjalanan kepala sekolahperiode kedua ini sudah ada staff yang merupakan staff administrasi senior menjelma menjadi tokoh yang berpengaruh dalam intitusi pendidikan ini. Selalu ada eksitensi dan pengaruh dari tokoh senior ini mempengaruhi pengambilan kebijakan, pada awal mula perjalanan konflik tidak mengganggu kinerja sekolah.

Seiring perjalanan waktu SM K M a’arif Kota M ungkid semakin berkembang dan perjalanan konflik internal yang penulis menggunakan

istilah “ Dua matahari didalam organisasi” semakin mengemuka dan semakin menjadi kontradiksi, konfik bisa berawal dari minimnya komunikasi, rasa tidak sepaham dari staff senior kepada kepala sekolah terhadap kebijakan, dan staff senior ini mempunyai pengaruh kuat dan kubu diinternal guru di SM K M a’arif Kota M ungkid. Konflik juga terjadi ketika minimnya komunikasi antar guru yang muda dengan yang lebih lama bisa memancing konflik, dan staff senior yang berpengaruh biasanya

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

42

ikut masuk ke pusaran konflik apabila faktor like & dislike terpenuhi. Liliweri (2005) konflik disebabkan oleh :

1. Ada sejumlah pihak (individu atau kelompok) yang merasa dibedakan, dipisahkan, dianaktirikan. Biasanya konteksnya ada pada ikatan-ikatan seperti agama, bangsa, komunitas, dan lain sebagainya.

2. Tidak adanya interaksi antar anggota suatu kelompok/komunitas. Interaksi biasanya erat kaitannya dengan kontak dan komunikasi, bilamana suatu kelompok tidak memiliki mekanisme untuk mengatur komunikasi antar anggotanya maka rentan untuk terjadi konflik di dalamnya.

3. Adanya perbedaan posisi atau peran dari para anggota kelompok karena hirarkies relasi dalam suatu pekerjaan. Semakin kaku hirarkinya biasanya kemungkinan untuk terjadi suatu konflik akan terbuka.

4. Adanya kelangkaan kebutuhan dan keinginan terhadap sumberdaya, yang membuat banyak orang tidak puas terhadap pemenuhan kebutuhan adalah ketidakadilan dalam distribusi sehingga menimbulkan kelangkaan yang membuka kesepatan kepada konflik.

5. Perbedaan kepentingan antara pihak satu dengan pihak lainnya, bentuknya bermacam macam bisa dalam bentuk ketidaksepakatan terhadap suatu keputusan, tidak ditampungnya suatu aspirasi/kepentingan dari satu pihak, dan lain sebagainya. Dalam kasus yang terjadi di SM K M a’arif Kota M ungkid sering ikut masuk staff (tokoh) senior ikut masuk kedalam dan konflik semakin meruncing.

Pengelolaan manajemen konflik yang dilakukan kepala sekolah (Bapak Sugeng Riyadi) merupakan pondasi awal didasari organisasi suadah semakin besar personel organisasi sudah bersifat heterogen dengan masuknya guru-guru baru. Akan tetapi masuknya guru-guru baru tidak

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

43

mereduksi kekuatan pengaruh senioritas di SM K M a’arif kota mungkid, bahkan ada kubu kepala sekolah, kubu staff senior dan kubu guru-guru muda. Kepala sekolah sebagai top manajemen akan melakukan upaya pengelolaan konflik dan mengambil langkah untuk solusi yang tepat terhadap konflik. Dalam banyak literatur diungkapkan batasan batasan ideal resolusi konflik akan lancar bila sebuah system dapat mengupayakan tersalurnya aspirasi dari tiap aktor yang berkonflik agar dapat tertampung semua dalam suatu wadah rekonsiliasi yang adil. Seperti dalam yayasan Uluangkep yang diketuai (Dwipayana, 2004) menyatakan bahwa dalam pengelolaan konflik bisa dilakukan :

1. Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.

2. Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri prilaku kekerasan melalui suatu persetujuan damai

3. Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan prilaku yang positif bagi Pihak pihak yang terlibat konflik

4. Resolusi Konflik, menangani sebabsebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok kelompok yang berkonflik

5. Transformasi Konflik, mengatasi sumber sumber konflik yang lebih luas dan berusaha merubah kekuatan negatif konflik menjadi kekuatan sosial yang positif.

Hal yang dilakukan kepala sekolah menanggapi konflik dimana kepala sekolah akan mengambil langkah dengan melakukan untuk memahami interaksi antar personel termasuk interaksi yang dilakukan untuk melakukan pendekatan terhadap tokoh senior yang sangat berpengaruh yang merupakan satu matahari di SM K M a’arif Kota M ungkid setelah itu memahami perjalanan dinamika konflik serta sumber konflik dapat dipetakan dalam deskripsi kronologis peta konflik. Aksi selanjutnya adalah me-manage konflik, manajemen konflik adalah usaha

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

44

mengelola konflik melalui tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasikan dan dievaluasi dengan tujuan untuk mengakhiri suatu konflik. Banyak literatur mengungkapkan bahwa melalui pengelolaan konflik (manajemen konflik) aspirasi dari tiap aktor yang berkonflik dapat dijamin agar tersalurnya dan tertampung dalam suatu wadah negosiasi yang adil. Blake dan M ounton (1962) yang membagi pengelolaan konflik kedalam lima strategi yaitu Forcing, Collaborating, Avoiding, Accommodating dan Compromising. Kelima strategi tersebut diklasifikasikan berdasarkan kebijakan yang diambil oleh tiap pihak yang berkonflik dengan membandingkan indikator kedalaman tingkat ketegasan

(assertivitas) yaitu sejauh mana satu pihak berniat memuaskan dan peduli pada diri sendiri, dan kerjasama (kooperativitas) yaitu sejauh mana satu pihak berniat memuaskan dan peduli pihak lain.

Pengelolaan konflik pertama yang ada di SM K M a’arif Kota M ungkid yaitu M emakai setrategi kolaborasi, penyelesaian secara bersama, mencari solusi, bukan keuntungan tetapi hasil yang terbaik ini yang sering kita terapkan. Penangganan konflik dengan strategi kolaborasi diterapkan di SM K M a’arif Kota M ungkid, dan hasilnya sangat efektif dan efisien karna semua masalah diselesaikan bersama untuk mencari solusi yang terbaik untuk lembaga. Dalam hal ini kepala sekolah membuat perencanaan yang matang untuk melibatkan semua kubu di SM K M a’arif dan bersama-sama mencari solusi atas konflik yang muncul dengan mengajak diskusi terhadap semua personel di SM K M a’arif Kota M ungkid. Kepala sekolah juga menjadi negosiator jika konflik tidak melibatkan kepala sekolah, dimana kepala sekolah akan melakukan pendekatan kepada pihak-pihak bertikai termasuk kepada staff senior agar konflik terselesaikan.

Penanganan konflik kedua yang ada di SM K M a’arif Kota M ungkid yaitu memakai strategi akomodasi, dalam Penaganan konflik memakai strategi akomodasi dan mengakomodir, supaya bawahan lebih proaktif, sehingga suasana sekolah lebih aktif, dalam penanganan konflik dengan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

45

strategi akomodasi perlu diterapkan demi kemaslahatan bersama, yang penting pihak manajemen bisa memilah memilih mana jenis konflik yang harus di akomodasi demi kemajuan lembaga sekolah. Kepala sekolah menerapkan strategi akomodasi dengan membentuk tim-tim kecil untuk menyaring permasalahan atau konflik bahkan ide gagasan. Dengan cara ini kepala sekolah mengakomodasi segala sesuatu berasal dari bawah melalui tim kecil yang pada akhirnya bermuara pada kepala sekolah untuk mengambil langkah terkait konflik, sebagai mana konflik yang melibatkan kepala sekolah dengan kekuatan staf senior maka akomodasi dari kepala sekolah untuk memberikan ruang untuk menjalin komunikasi agar terjalin keselarasan terhadap kebijakan untuk kemajuan sekolah, ini dilakukan untuk meminimalisir konflik. Kepala sekolah berusaha memberikan gambaran tentang tujuan sekolah dan ketika diskusi dengan staff senior kepala sekolah menempatkan diri sebagai rekan kerja yang baik.

Penanganan konflik ketiga yang ada di SM K M a’arif Kota M ungkid memakai strategi kompromi. Penanganan konflik disekolah dengan memakai strategi kompromi, karena strategi ini paling efektif dan efesien dari beberapa strategi yang lain, prinsip win-win solotion dengan semua pihak, sehingga pihak-pihak yang konflik menerima keputusan dengan senang dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan, pihak sekolah dalam menyelesaikan konflik memakai jalan tengah atau strategi kompromi yang dapat diterima oleh semua pihak, gaya ini dapat berarti membagi perbedaan diantara dua posisi dan memberikan konsensi untuk mencari titik tengah, sehingga kalau sudah ada kesepakatan bersama kita putuskan dan semua pihak menerima dengan legowo, demi tercapainya visi misi sekolah. Kepala sekolah menempatkan diri sebagai leader yang harus berwibawa tetapi tidak mencerminkan otoriternya dengan melakukan diplomasi terutama terhadap staff senior yang sangat berpengaruh terhadap personil maupun guru di SM K M a’arif Kota M ungkid agar kepala sekolah mendapat dukungan terkait kebijakannya dengan jalan melakuan kompromi. Atau ketika konflik terjadi diluar dan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

46

tidak melibatkan kepala sekolah maka kepala sekolah mencari baik buruknya pihak-pihak yang berkonflik dan akan melakukan kompromi dengan mencari win-win solution tetap berdasarkan rule peraturan yang ditetapkan.

Penanganan konflik keempat di SM K M a’arif Kota M ungkid memakai strategi forcing. Penanganan konflik disekolah dengan memakai sikap dimana kepala sekolah menerapkan strategi untuk memaksakan kebijakan kepada bawahannya untuk tunduk dan patuh terhadap apa yang telah digariskan oleh kepala sekolah, strategi ini dilakukan menyangkut nama baik, kredibiltas, dan tujuan SM K M a’arif Kota M ungkid. M aka pihak yang mempunyai wewenang yaitu kepala sekolah memaksakan kebijakan untuk kepentingan yang lebih besar yaitu kemajuan dan kepercayaan masyarakat terhadap SM K M a’arif Kota M ungkid. Kepala sekolah menerapkan strategi forcing ketika konflik sudah sangat akut ketika konflik sudah meluas dan kontradiksi terhadap kegiatan belajar mengajar di SM K M a’arif Kota M ungkid maka kepala sekolah akan mengambil langkah sebagai pemimpin yang mempunyai otorisasi penuh dan harus ditaati. Atau ketika kepala sekolah saat mempunyai kebijakan strategis terkait kemajuan sekolah dan menuai ketidaksepahaman maka kepala sekolah akan menerapkan strategi forcing.Kasus ketika SM K M a’arif Kota M ungkid akan membangun ICT (Information Communication Technologies) Center banyak dari kalangan staff dan guru menolak, akan tetapi kepala sekolah mengambil sikap forcing untuk meredam konflik penolakan. Dan yang diambil kepala sekolah sesuatu yang sesuai karena pada akhirnya ICT itu berjalan bahkan SM K M a’arif Kota M ungkid menjadi pusat ICT Kabupaten M agelang.

Ketika tahun 2011 dikarenakan bapak Sugeng Riyadi M .Eng dimutasi ke Disdikpora Kabupaten M agelang maka tampuk kepemimpinan berganti ke Bapak Surais, Spd, dengan gaya kepemimipinan yang agak berbeda tetapi pondasi yang telah dilakukan tetep hampir sama terhadap apa yang dilakukan Bapak Sugeng Riyadi, M .Eng dan pengelolaan

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

47

konflik tidak jauh berbeda dari apa yang dilakukan kepala sekolah sebelumnya.Akan tetapi dinamika permasalahan yang semakin berbeda tetapi dengan mengikuti pondasi awal pengelolaan konflik sampai saat ini bisa meredam konflik itu. Dan kepala sekolah periode ketiga ini mempunyai cara meredam konflik yaitu :

1. M embuat perencanaan matang untuk meredam konflik

2. Bertemu atau melakukan diskusi terhadap pihak-pihak yang berpotensi menimbulkan konfik

3. M embangun komunikasi yang baik untuk meminimalisir konflik 4. Kepala sekolah berusaha menjadi atasan maupun rekan kerja

yang baik

5. Selalu mengedepankan kepentingan sekolah dan kemajuan sekolah

6. M embangun commond ground yaitu sesuatu kesamaan antar pihak - pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain perbedaan juga pasti aka nada kesamaan yang dapat diajdikan dasar rasa saling percaya.

7. M elakukan pendekatan-pendekatan kepada yang senior untuk bisa mengayomi yang junior dan sebaliknya.

8. M enempatkan bahwasanya kepala sekolah itu adalah top management yang merupakan pengambil kebijakan.

9. Dengan begitu sampai sekarang konflik bisa diredam dan walaupun ada stigma bahwa SM K M a’arif Kota M ungkid itu ada “dua matahari didalam organisasi” bisa diminimalisir konflik dan diarahkan ke hal yang positif untuk saling memperkuat kebijakan dan pengelolaan dalam manajemen di SM K M a’arif Kota M ungkid

STIE

Widya

Wiwaha

Jangan

Plagiat

48

3. S umber-S umber Konflik di S MK Ma’arif Kota Mungkid

Dokumen terkait