BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Eksistensi Odious Debt Doctrine dalam Hukum Internasional
2. Odious Debt Doctrine dan Institusi Keuangan Internasional
a. Odious debt doctrine menurut Bank Dunia
Konsep mengenai odious debt telah digunakan oleh sejumlah grup advokasi dan organisasi perhimpunan sipil sebagai manifestasi mereka atas penolakan utang unilateral negara berkembang. Namun bagi pihak yang lain, odious debt dapat berarti sesuatu yang lain. Dalam pembahasan mengenai konsep tradisional
odious debt, Nehru & Thomas menarik 3 kesimpulan. 113 Pertama, konsep
tradisional odious debt tidak diakhiri secara terbuka tetapi malah membatasi doktrin ini kedalam beberapa kategori yang mudah untuk diidentifikasi (utang perang, utang penundukan, dan utang rezim) dibawah konteks suksesi negara atau suksesi pemerintahan. Kedua, meskipun dengan pembatasan yang ketat,tidak ada aturan dalam hukum kebiasaan internasional (kecuali apabila bertentangan dengan
jus cogens) mengijinkan penolakan atas utang yang bersifat odious. Doktrin ini
tampaknya muncul dari praktek negara dan putusan arbitrase yang menyebar, dan tidak ada kodifikasi perjanjian internasional yang disusun sebagai perkecualian atas sifat odious dari suatu utang. Ketiga, proposal-proposal yang
113
mendeklarasikan ex ante (berdasarkan asumsi atau prediksi) suatu rezim bersifat
odious memiliki sejumlah kelemahan tersendiri.
Terkait dengan perluasan konsep dan kategori odious debt, Nehru dan Thomas menyimpulkan, odious debt dalam terminologi yang digunakan saat ini telah mengalami perluasan makna dan menjadi semakin tidak jelas. Kurangnya presisi, dan tidak adanya kesatuan praktek keberatan yang mengkonfrontasi
odious debt, menyulitkan penerimaan atas perkembangan konsep ini.114
Dalam pembahasan mengenai peningkatan pinjam-meminjam antar negara, Nehru dan Thomas menyimpulkan, ada banyak pendukung perluasan konsep
odious debt yang mendasarkan tuntutannya berdasarkan alasan kebiadaban moral
dan kebutuhan akan sistem yang adil dalam hal kedaulatan dalam peminjaman internasional. Namun Bank Dunia bependapat, daripada mendasarkan tuntutan pada suatu hal yang sulit untuk dipahami terkait dengan perluasan konsep odious
debt, lebih praktis bagi para pihak untuk merundingkan hal apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan praktek pinjam meminjam dalam level harian. Pendekatan ini memiliki keuntungan untuk menghubungkan kepentingan masing-masing pihak dan menyelenggarakan debat mengenai odious debt ke arah yang konstruktif.115
114 Ibid 115
Dalam round table yang diselenggarakan Bank Dunia pada tanggal 17 Juli 2008 mengenai odious debt116, dicapai kesimpulan sebagai berikut, semua
partisipan (negara-negara anggota Bank Dunia) setuju bahwa round table merupakan pertukaran sudut pandang dan dipandang sebagai bagian dari percakapan yang lebih luas tekait subyek yang dibahas. Disetujui bahwa tindakan Norwegia untuk membatalkan pinjaman senilai US$80 juta yang dipinjamkan pada 5 negara diakui sebagai “shared responsibility” (pembagian tanggung jawab).
Pada Oktober 2008, Bank Dunia mengadakan konferensi untuk membahas mengenai pembebasan utang negara-negara berpendapatan rendah. Terakhir, Bank Dunia menyebutkan akan melakukan pengetatan proses audit internal dan akan dilakukan investigasi serius atas dugaan kerugian negara sebagai akibat dari aktifitas pendanaan Bank Dunia.
b. Odious debtdoctrine menurut IMF
Sir Joseph Gold menciptakan doktrin keseragaman perlakuan (doctrine of
uniform treatment) yang menyebutkan bahwa:117
the provisions of the Articles on the rights and obligations of members do not discriminate among members and the Fund may not discriminate among members in establishing policies under the Articles. In particular,
116
Round Table on Conceptual and Operational Issues of Lender Responsibility for Sovereign Debt. World Bank, Washington D.C. 14 April 2008
117 Leonie F. Gueder. 2009, The Administration of Debt Relief by the International Financial Institutions A Legal Reconstruction of the HIPC Iniative, Spinger, New York. hlm 159
discrimination cannot be justified on the basis of domestic social or political policies.118
Doktrin ini melahirkan interpretasi dari IMF mengenai konsep keseimbangan pembayaran yang sama bagi setiap anggota. Yurisdiksi finansial IMF dijalankan dalam kaitannya dengan surplus minus dan perihal umum dalam keseimbangan pembayaran. 119 Hal ini tampak jelas dalam argumen yang diberikan oleh IMF bersama dengan Bank Dunia atas tuntutan Gerakan Non Blok terkait pembebasan beban utang multilateral terhadap beberapa negara miskin dengan nilai kredit yang besar. Argumen yang diberikan kedua institusi tersebut adalah sebagai berikut:120
1) hanya ada empat negara kreditur berat dengan utang multilateral yang menggantung.
2) Institusi keuangan internasional telah mengambil tindakan berupa sanksi ekonomi.
3) Tindakan lebih jauh tidak diperlukan.
4) Tindakan pembebasan utang hanya akan berdampak pada: a) Penghambat bagi penyediaan sumber daya kolektif. b) Kemunduran bagi pembangunan kebijakan.
118
Ketentuan-ketentuan dalam pasal yang mengatur tentang hak dan kewajiban anggota tidak bersifat diskriminatif diantara anggota dan sikap diskriminatif tidak seharusnya dilakukan dalam hal pendanaan sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal. Diskriminasi tidak dapat dibenarkan menurut dasar social domestk maupun kebijakan politik.
119 Ibid
120 Percy S. Mistry 1996, Resolving Africa's Multilateral Debt Problem: A Response to the
c) Munculnya permasalahan moral yang berbahaya.
d) Konsekuensi mengerikan atas integritas keuangan debitur.
5) Sebagai konsekuensi, negara peminjam akan menderita atas kerusakan yang ditimbulkannya pada pasar.
Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa IMF tidak memberikan utang yang sifatnya odious dan penolakan pembayaran utang oleh negara debitur merupakan pelanggaran atas hukum ekonomi internasional. Terkait dengan odious
debt doctrine sendiri, IMF melalui paper yang ditulis oleh Kremer dan
Jayachandran beranggapan bahwa doktrin ini lebih tepat diaplikasikan secara ex
ante121 daripada ex post.122 Perluasan konsep odious debt kontemporer
menganggap organ kuasi judisial akan menghasilkan rezim yang bersifat odious sehingga pemerintah suksesor tidak terikat pada utang rezim terdahulu. Padahal ada kondisi dimana rezim odious dapat menghasilkan keuntungan bagi rakyat atas utang yang diterimanya. Secara umum, IMF menganggap bahwa perluasan konsep
odious debt merupakan suatu hal yang tidak bersifat konkrit dan belum dapat
diterima oleh IMF.
121
Berdasarkan asumsi dan prediksi mengenai hal-hal yang tampak pada awalnya dan bukan berdasarkan kejadian setelahnya.
122 Hukum yang memberikan hukuman pada pelaku criminal setalah dilakukannya tindakan kriminal.