• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Peralatan-Peralatan Utama PLTU

2.4.10 Oil and Gas Burner

Pembakar jenis ini adalah jenis pembakar ganda yang merupakan mesin yang dioperasikan dengan dua bahan bakar (minyak dan gas). Jenis pembakar ini sangat cocok untuk semua jenis pemanas fluida termis, ketel uap, insinerator, generator udara panas. Pembakar bahan bakar ganda dapat

Gambar 2.16 Oil And Gas Burner 2.5 Biaya-biaya pada PLTU

Dalam pembahasan ini akan di bahas mengenai biaya-biaya pada pembangkitan listrik tenaga uap tersebut, berikut biaya-biaya yang akan dibahas:

2.5.1 Biaya Operasional Dan Perawatan

Biaya yang digunakan selama pembangkit beroperasi termasuk ke dalam biaya operasional dan perawatan. Biaya operasional dan perawatan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Fixed Cost adalah biaya yang tidak berhubungan terhadap besar tenaga listrik yang

dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik. Variabel Cost adalah biaya yang berkaitan dengan pengeluaran untuk alat-alat dan perawatan yang dipakai dalam periode pendek dan tergantung pada besar tenaga listrik yang dihasilkan seperti biaya air dan lembur karyawan dalam waktu satu tahun [10]. Biaya operasional dan perawatan dapat dilihat dari persamaan 2.1.

(2.1) Dimana:

Gs = Biaya Total Operasional dan Maintanance To = Jam pertahun ( 8760 jam )

Kapasitas Pembangkit : 1500 Kw

2.5.2 Biaya Bahan Bakar

Pembangkit ini menggunakan bahan bakar dari fiber dan cangkang kelapa sawit yang merupakan hasil sisa bahan bakar hasil produksi pabrik kelapa sawit. Cangkang merupakan sisa produksi yang memiliki nilai jual sedangkan fiber tidak memiliki harga jual. Oleh sebab itu, biaya bahan bakar untuk pembangkit ini dimasukkan ke dalam biaya produksi untuk mengoperasikan PLTU. Disamping itu solar merupakan bahan bakar yang dipakai sebagai pembanding bahan bakar fiber dan cangkang tersebut.

Cangkang dan fiber tersebut memiliki kandungan nilai kalori 2.770,544 kkal dan 3.881,15 kkal yang cukup tinggi seperti pada Tabel 2. Potensi Bahan Bakar yang diihasilkan Pabrik Kelapa Sawit PT. Barumun Agro Sentosa dengan Kapasitas 60 Ton/Jam sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar PLTU [10].

Rumus bahan bakar dapat dilihat pada persamaan 2.2.

(2.2)

Tabel 2.2 Nilai Kalor Fiber dan Shell

2.5.3 Biaya Modal ( Cost Of Capital )

Biaya modal adalah biaya pembangunan pembangkit listrik yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan umur ekonomis suatu pembangkit.

Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan pada persamaan 2.2 [2].

( )

Bahan Bakar Nilai Kalor

Fiber (12 %) 11.600 KJ/Kg Shell (6 %) 16.250 KJ/Kg

Dimana :

CC = Capital Cost (Biaya Modal) CRF = Capital Recovery Factor Ps = Biaya Pembangkitan

Jumlah pembangkitan tenaga kerja (jam operasional per hari x hari olah dalam 1 tahun)

CRF merupakan faktor pengembalian modal, yang berarti nilai investasi yang ditanam untuk saat ini, yang dihitung sampai dengan masa tahun pemanfaatan barang yang dibeli. Capital Recovery Factor (CRF) dirumuskan pada persamaan 2.3 [2].

( ) ( ) (2.4)

CRF = Capital Recovery Factor (decimal) I = Suka bunga pada 6% dan 12%

N = Umur pembangkit / Lama waktu penyusutan (Tahun) Maka:

Ps = Biaya pembangkit (US$/kWh) Ps =

2.5.4 Biaya Total PLTU

Total dari seluruh biaya pembangkitan adalah keseluruhan biaya yang meliputi biaya modal, biaya bahan bakar, dan biaya operasional dan perawatan dalam setahun pemakaian. Total biaya pembangkitan dapat dilihat pada persamaan 2.4.

TC = CC + FC + OM (2.5)

Dimana :

TC= Biaya Total ( Total Cost ) CC= Biaya Modal ( Capital Cost )

FC= Biaya Bahan Bakar ( Fuel Cost ) OM= Biaya Operasional Dan Perawatan

2.5.5 Pendapatan per Tahun (Cash in Flow)

Cash in Flow (CIF) dirumuskan pada persamaan 2.5.

CIF = Kapasitas PKS 60 T/jam x olah 6000 jam/ tahun x

Rendemen CPO 20,5% x harga CPO 7500 Rp/kg (2.6)

2.5.6 Break Event Point

Break Event Point adalah lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana investasi. Investasi yang ideal adalah investasi dengan BEP terpendek. Break Event Point (BEP) dirumuskan pada persamaan 2.6.

(2.7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian Skripsi ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT Barumun Agro Sentosa, Labuhan Batu Selatan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) minggu.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data dari PT Barumun Agro Sentosa berupa :

1. Data Log Sheet harian karyawan 2. Data realisasi dari peneliti.

3. Alat Tulis

4. Kamera Handphone 3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah : 1. Turbin

Turbin yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit PT Barumun Agro Sentosa memiliki spesifikasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Gambar 3.1 Turbin

2. Boiler

Boiler yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit PT Barumun Agro Sentosa memiliki spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Spesifikasi boiler PT. Barumun Agro Sentosa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Spesifikasi Boiler

Boiler

Merk : Advance

Tipe : Membrane Wall

Nomor Seri : WT/0393

Tekanan Kerja : 24 Bar Kapasitas : 45 Ton/Jam

Furnance : 170 m2

Gambar 3.2 Boiler 3. Generator

Generator yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Barumun Agro Sentosa memiliki spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Spesifikasi generator PKS PT. Barumun Agro Sentosa.

Table 3.3 Spesifikasi Generator

Generator

Merk : Deutz

Model : BF8M 1015

Kapasitas : 448 kw

Cos phi : 0,8

Putaran : 1500 RPM

Gambar 3.3 Generator

4. Oil and Gas Burner

Burner yang digunakan pada boiler PKS PT. Barumun Agro Sentosa dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.4 Oil Gas Burner

Table 3.4 Spesifikasi Oil Gas Burner

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Adapun rancangan penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengamati, merangkum, dan mencatat data yang diperlukan saat pengoperasian pembankit listrik dan pengolahan limbah kelapa sawit.

3.4 Variabel yang Diamati

1. Konsumsi bahan bakar limbah kelapa sawit dan bahan bakar solar pada pemakaian pembangkit.

2. Kinerja yang dihasil oleh limbah kelapa sawit dan solar pada pembangkit listrik.

3.5 Prosedur Penelitian

Penentuan prosedur penelitian dapat kita lihat pada diagram alir penelitian Gambar 3.1 berikut ini. Dimana tahapan pertama kita melakukan studi literatur tentang variabel yang kita amati, selanjutnya pengambilan data pada lokasi penelitian PKS PT. Barumun Agro Sentosa. Data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian akan di olah untuk mendapatkan hasil dari pengambilan data dilokasi penelitian.

Generator

Merk : Baltur/Riello

Jenis : Dual Fuel Burner

Power Supply : 220-3800 V/50-60 HZ

Power : 97-15000 kW

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data berdasarkan variable yang diamati:

1. biaya pokok produksi

2. kinerja LIMBAH KELAPA SAWIT

pengolahan data

Pengumpulan data berdasarkan variable yang diamati:

1. biaya pokok produksi

2. kinerja

Perbandingan hasil Analisa data yang diperoleh

Hasil Analisa

Selesai

SOLAR

pengolahan data

Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian.

3.5.1 Prosedur Kerja

1. Observasi (pengamatan)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung yang berkaitan dengan pembangkit tenaga (power plant) terutama pada Boiler dan Turbin di PKS PT.

Barumun Agro Sentosa.

2. Wawancara

Pengumpulan data secara langsung (wawancara) dilakukan dengan bertanya kepada pihak manajemen maintenance termasuk operator, mandor dan asisten dengan memberikan penjelasan tentang keadaan dan masalah dari stasiun pembangkit tenaga listrik.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama waktu pengopeasian pada stasiun pembangkit tenaga di PKS PT. Barumun Agro Sentosa.

4. Pengolahan Data

a. Pengolahan Kualitatif

Data yang didapat berupa sajian tentang performa stasiun pembangkit tenaga listrik melalui wawancara dengan pihak operator, mandor, dan asisten maintenance.

b. Pengolahan Kuantitif

Data yang diambil tersebut adalah data sekunder dari buku harian mandor mengenai performa stasiun pembangkit tenaga (power plant) selama waktu pengoperasian pembangkit tenaga.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Salah satu peralatan yang terdapat di dalam sebuah pabrik kelapa sawit adalah boiler yang berfungsi sebagai penghasil uap yang digunakan sebagai bahan untuk mengolah kelapa sawit dan penggerak turbin uap untuk menghasilkan listrik. Sebagai penghasil uap untuk penggerak turbin, boiler akan bekerja dengan tekanan kerja yang idealnya berada pada tekanan 25 bar.

Ada pun prosedurnya adalah :

1. Persiapan bahan bakar.

2. Persiapan air umpan boiler.

3. Pengaturan turbin dikamar mesin.

4.2 Data-Data Penggunaan PLTU Sebagai Penghasil Listrik

Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan dan data-data yang diperolah di PT. Barumun Agro Sentosa, diperoleh data-data untuk penggunaan PLTU sebagai penghasil daya listrik sebagai berikut.

a) Harga Cangkang : Rp. 600/Kg

b) Harga Fiber : Rp. 100/Kg

c) Harga Solar : Untuk periode ini Rp. 9800/Ltr

d) Pemakaian Solar : 58600 L/tahun

4.3 Perhitungan Biaya Bahan Bakar

Potensi bahan bakar cangkang dan fiber yang dihasilkan oleh pabrik pertahun.

Table 4.1 Ketersediaan Cangkang dan Fiber PKS PT. Barumun Agro Sentosa BAHAN

BAKAR

QUANTITY NILAI KALOR Panas yang

Dihasilkan

Fibre (14%) 45.713.207 11.592 Kj/Kg 529.907.495.544

Shell (7%) 16.559.970 16.238 Kj/kg 268.900.792.860

Kebutuhan bahan bakar pada sebuah boiler adalah turbin uap 25 Kg/kW.

Panas yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg Uap adalah 2.932 KJ/Kg = 701 kKal/Kg. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh PLTU adalah 1.500 kW, maka diperlukan uap sebesar 25 x 1.500 = 37.500 kg uap/jam, maka kebutuhan bahan bakar, yaitu : 37.500 x 2.932 = 109.950 Mj/jam atau 659.700.000 Mj/tahun.

Kebutuhan bahan bakar ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pencampuran antara cangkang dan fiber dimana penggunaan cangkang adalah 1.500 kg/jam atau sama dengan 24.357 MJ/jam atau 146.142.000 MJ/tahun, maka sisa energi berasal dari fiber, yaitu 85.593 MJ/jam atau 513.558.000 MJ /tahun.

Berdasarkan data-data dilapangan maka diketahui bahwa pabrik kelapa sawit PT. Barumun Agro Sentosa tidak membeli cangkang atau fiber, tetapi pada bahan bakar solar mereka membeli dengan harga jual 9800/ltr dengan penggunaan solar sebanyak 58.600 liter/tahun dengan nilai rupiah sebesar = 58.600 x

Rp.9800,- = Rp 574.280.000. Dengan begitu dapat kita hitung dengan rumus dibawah.

( ) Maka;

a) Solar:

b) Cangkang:

c) Fiber

Jadi dengan perhitungan diatas diketahui bahwa harga pada :

a) Solar : Rp. 63.80 per kWh

b) Cangkang : Rp. 0.067 per kWh

c) Fiber : Rp. 0.043 per kWh

 Data Pemakaian Biomassa

Tabel 4.2 Pemakaian Bahan Bakar Cangkang dan Fiber

 Data Pemakaian Solar

Tabel 4.3 Pemakaian Bahan Bakar Solar

No. Bulan Konsumsi dan Harga No. Bulan Bahan Bakar Panas yang dihasilkan

Cangkang Fiber Cangkang Fiber

1 Januari 1,635,710 3,448,017 26,560,658,980 39,969,413,064

2 Februari 873,270 2,019,383 14,180,158,260 23,408,687,736

3 Maret 1,400,880 4,109,835 22,747,489,440 47,641,207,320

4 April 1,092,080 3,830,099 17,733,195,040 44,398,507,608

5 Mei 1,282,600 3,969,760 20,826,858,800 46,017,457,920

6 Juni 1,432,810 2,401,174 23,265,968,780 27,834,409,008

7 Juli 1,980,960 5,135,663 32,166,828,480 59,532,605,496

8 Agustus 1,335,550 4,743,283 21,686,660,900 54,984,136,536

9 September 1,627,710 5,127,625 26,430,754,980 59,439,429,000

10 Oktober 1,171,070 3,985,559 19,015,834,660 46,200,599,928

11 Nopember 1,401,840 3,811,011 22,763,077,920 44,177,239,512

12 Desember 1,325,490 3,131,798 21,523,306,620 36,303,802,416

Jumlah 16,559,970 45,713,207 268,900,792,860 529,907,495,544

4.4 Biaya Modal

Biaya modal dirumuskan sebagai berikut:

( )

1. Perhitungan CRF

Pada perhitungan CRF ini dipengaruhi umur ekonomis pembangkit dimana dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.

( ) ( ) Dimana diketahui:

CRF = Capital Recovery Factor i = Suku Bunga (6%)

n = Umur Pembangkit/Lama waktu penyusunan (tahun)

Maka:

 Untuk suku bunga (i)= 6 % dan umur pembangkit (n) = 24 tahun, yaitu:

( ) ( ) ( )

( ) 0.0796

Untuk suku bunga (i) = 12 % dan umur pembangkit (n) = 24 tahun, yaitu:

( ) ( ) ( )

( )

2. Perhitungan pembangkitan tenaga listrik per tahun pada pembangkit PLTU PKS PT. Barumun Agro Sentosa

PLTU = Kapasitas x jam operasional

= 1500 kW x 6000 jam/tahun

= 9.000.000 kWh/tahun

= 9.000 MWh/tahun 3. Perhitungan biaya pembangunan

Dibawah ini ada tabel 4.5 Modal investasi PT. Barumun Agro Sentosa.

Tabel 4.4 Modal Investasi PT. Barumun Agro Sentosa

NO PERLATAN SPESIFIKASI ALAT BIAYA

1 Boiler 1 unit Boiler

7 Bangunan 1 Unit Bangunan Rp.750.000.000

Total Biaya Investasi Rp.22.540.000.000

Dari tabel diatas maka diperoleh biaya pembangunan PLTU sebagai berikut:

Dari perhitungan yang diatas dapat kita lihat data-data keseluruhan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Pembangkit PT. Barumun Agro Sentosa

Jenis Data Nilai

Kapasitas PLTU 1500 KW

Umur 24 Tahun

Bahan bakar Cangkang, Fiber dan Solar

Rata-rata jam operasional 20 Jam/hari (300 hari) 6000 Jam/Tahun

Pembangkitan Listrik 9000MWh/Tahun

Biaya Pembangunan Rp. 16.064.000

Setelah mendapatkan hasil dari CRF, perhitungan pembangkitan per tahun dan perhitungan biaya pembangunan akan dilanjutkan pada perhitungan biaya modal dengan perhitungan pada rumus dibawah:

 Biaya modal pada PLTU

4.5 Biaya Operasional dan Perawatan

Adapun biaya operasional dan perawatan meliputi biaya tenaga kerja, pengolahan air dan pemeliharaan alat (service) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Biaya Operasional dan Perawatan

No Jenis data Keterangan Jumlah Harga

1

2 Biaya Pengolahan Air Kebutuhan air 1000m3/hari,

3 Pemeliharaan Alat Service

rutin/Tahun dapat dilihat pada rumus dibawah ini.

Total biaya operasional dan perawatan pada PLTU adalah:

Dimana :

Gs : Biaya Total Operasional dan Perawatan To : Jam kerja pertahun (20jam x 300 hari olah)

Dari data data diatas dapat diperoleh keseluruhan biaya pembangkit pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Keseluruhan Total Biaya Pembangkit

Jenis Biaya Harga Per Tahun Harga Per/Satuan

Biaya Modal -

Pada suku bunga 6%: Rp.

Pada suku bunga 12%:Rp.

Biaya Bahan Bakar Cangkang(Rp.611.896) Fiber(Rp.394.354) Solar(Rp.574.280.000)

Rp. 0.067 per kWh Rp. 0.043 per kWh Rp.63.80 per kWh

4.6 Perhitungan Total Biaya Pembangkitan

Perhitungan total biaya pembangkitan dapat dihitung dengan rumus :

( )

a. Suku bunga 6%

( )

( )

( )

b. Suka bunga 12%

( )

( )

Biaya Operasional Rp.1.646.000.000 (sudah mencakup semua variabel pada

biaya Gs)

Rp.182.88/kWh

( )

Perbandingan biaya pada Solar, Cangkang dan Fiber pada tingkat suku bunga 6%

dan 12% dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perbandingan Suku bunga 6% dan 12% pada Setiap Jenis Bahan Bakar

4.7 Pendapatan Per Tahun (Cash in Flow)

Pendapatan per Tahun (Cash in Flow) dapat dilihat pada perhitungan berikut :

CIF = Kapasitas PKS 60 T/jam x olah 6000 jam/ tahun x Rendemen CPO 20,5% x (harga CPO 7500 Rp/kg dan 3500 pada kernel)

CIF (pada produksi CPO setahun) = 60 x 1000 x 6000 x 20,5/100 x 7500

= Rp. 553.500.000.000,-

CIF (pada produksi kernel setahun) = 60 x 1000 x 6000 x 5/100 x 3500

= Rp. 63.000.000.0000,-

Total Pendapatan per tahun adalah Rp. 616.500.000.000,-

4.8 Break Event Point

Jenis Biaya Harga Suku Bunga 6% dan 12%

Solar

Suku Bunga 6 %: Rp. 459.7957 kWh Suku Bunga 12%: 590.4496 kWh

Cangkang

Suku Bunga 6 %: Rp. 396.0627 kWh Suku Bunga 12%: Rp. 526.7166 kWh

Fiber

Suku Bunga 6 %: Rp. 396.0387 kWh Suku Bunga 12%: Rp. 526.6926 kWh

Setelah mendapatkan jumlah dari pendapatan per tahun kita mendapatkan pengembalian modal atau yang disebut Break Event Point (BEP) Dengan perhitungan :

Break Event Point = Biaya Investasi + Biaya Operasional Setahun / Hasil Produksi Setahun

Break Event Point = 22.540.000.000 + 1.646.000.000 / 616.500.000.000 tahun

Break Event Point = 0.039 Tahun

4.9 Perbandingan Total Biaya Produksi Listrik PLTU dengan Harga Beli PT.PLN (Persero)

Biaya produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTU lebih murah dibandingkan dengan tarif dasar listrik yang disediakan oleh PLN berdasakan ditetapkan nya peraturan Menteri energi dan sumber daya mineral untuk golongan bisnis dan industry menengah. Hal ini menunjukan perhitungan harga atas tenaga listrik (power supplies) yang dihasilkan PLTU bila menggunakan cangkang dan fiber akan lebih ekonomis dibanding PT. PLN karena tidak memiliki biaya penggunaan cangkang dan fiber. Sedangkan bila PLTU memakai bahan solar tetap lebih ekonomis dibanding dengan PT.PLN. Jadi sebagai Power Supplies yang lebih ekonomis dan menguntungkan adalah memakai bahan bakar cangkang dan fiber. Dari data diatas dapat disimpulkan perbandingan biaya produksi listrik pada PLTU dan PLN menggunakan cangkang, fiber dan solar seperti pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.9 Perbandingan Biaya Produksi Listrik PLTU dan PT. PLN

4.10 Grafik

Grafik hasil Analisa data dapat dilihat sebagai berikut.

a. Data Pemakaian Solar Keterangan Jenis Bahan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Series1 Series2

b. Data Pemakaian Cangkang dan Fiber

Gambar 4.2 Grafik Pemakaian Cangkang dan Fiber

c. Perbandingan Suku bunga 6% dan 12% pada Setiap Jenis Bahan Bakar

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Suku bunga 6% dan 12% pada Setiap Jenis Bahan Bakar

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

solar

Suku Bunga 6% Suku Bunga 12%

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari data pengamatan dilapangan dan data yang diperoleh, maka dapat didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Harga listrik di PT. Barumun Agro Sentosa berdasarkan perhitungan menggunakan suku bunga 6% dan 12% dengan menggunakan bahan bakar solar 6% = Rp.459.7957 kWh, 12% = Rp. kWh dan pada cangkang 6%=Rp.396.0627 kWh, 12% = Rp.526.7166 kWh dan Fiber dengan 6% = Rp.396.0387 kWh, 12% = Rp.526.6926 kWh.

2. Penggunaan bahan bakar Cangkang dan Fiber lebih ekonomis dan lebih menguntungkan pada pembangkit listrik tenaga uap yang berada pada PKS PT. Barumun Agro Sentosa dan Break Event Point yang didapat yaitu 0.039 Tahun dengan Total Biaya Pokok Produksi dalam setahun adalah Rp.616.500.000.000,-

3. Dari segi kinerja penggunaan bahan bakar Cangkang dan Fiber dapat memenuhi kebutuhan pada pembakaran boiler dengan besar 659.700.000 Mj/tahun yang dimana energi yang dihasilkan Cangkang dan Fiber adalah sebesar 798.807.688.404 Mj/Tahun. Dengan demikian penggunaan cangkang dan fiber sangat memenuhi kebutuhan pada boiler.

4. Biaya produksi listrik PLTU dalam kebutuhan pengolahan pabrik kelapa sawit sangat ekonomis dibanding dengan harga pada PT. PLN yaitu Rp.

1467.28 per kWh.

5.2 Saran

1. Memanfaatkan limbah sawit lain nya atau bahan bakar minyak lain nya dan bahan bakar lain yang memiliki nilai kalor sebagai alternatif bahan bakar pada PLTU.

2. Sebaiknya perbanyak pemakaian bahan bakar cangkang dan fiber dibanding bahan bakar solar agar mengurangi biaya pembangkitan mengurangi tenaga kerja dari karyawan yang lembur untuk pada pembangkitan listrik tenaga uap agar lebih efisien lagi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hendra Zulkarnain, Pembangkit Tenaga Listrik, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2019.

[2] Butar-butar, David Partogi, Analisis Biaya Produksi Listrik per kWh Menggunakan Bahan Bakar Biogas Limbah Cair Kelapa Sawit (Aplikasi pada PLTBGS PKS Tandun), Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013.

[3] Wardjito, Sugiyanto, Analisis Konsumsi Bahan Bakar Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Unit 3 Dan 4 Gresik, Universitas Gresik, Gresik, 2013.

[4] Nurmalita, Analisis Efisiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT. Energi Alamraya Semesta Di Kabupaten Nagan Raya Nanggroe Aceh Darussalam Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2012.

[5] Michel dkk, Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Sawit Pada PT. Fajar Saudara Kusuma, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2019.

[6] Erhaneli dkk, Pemanfaatan Cangkang Dan Serabut Sawit Sebagai Bahan Bakar Pada PLTU Untuk Memenuhi Kebutuhan Listrik Masyarakat Kabupaten Bungo, Institut Teknologi Padang, Padang, 2017.

[7] Arief Tajalli, Panduan Penilaian Potensi Biomassa Sebagai

[8] Nazaruddin dkk, Analisa Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBS) PT. Perkebunan Nusantara 1 Aceh, Universitas Samudera, Aceh, 2014.

[9] Agus Dwi Putra dkk, Sudi Potensi Limbah Biomassa Kelapa Sawit Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Di PT.

Perkebunan Nusantara XIII PKS Parindu, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2014.

[10] Ishak Sinaga, Energi Terbarukan Sisa Keluaran Limbah Padat Pengolahan Kelapa Sawit (Studi Kasus Perencanaan Pembangunan PLTBS PKS Blangkahan), Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011.

LAMPIRAN 1

LOKASI PERKEBUNAN PT. BARUMUN AGRO SENTOSA

Lokasi perkebunan PT. BARUMUN AGRO SENTOSA berada di Desa Jambu Tonang Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara (Peta dapat dilihat pada Gambar 1). Aksesibilitas lokasi kebun dan Pabrik Kelapa Sawit lebih kurang 10 - 12 jam dari Medan ibu kota Provinsi Sumatera Utara atau 5 - 6 jam dari Ibu kota Provinsi Riau yaitu Pekanbaru. Secara administratif PT. Barumun Agro Sentosa dahulu berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, setelah pemekaran berada di Kabupaten Padang Lawas Utara dengan Ibu kota Kabupaten Gunung tua yang berjarak lebih kurang 50 Km dari lokasi perkebunan PT. Barumun Agro Sentosa.

LAMPIRAN 2

PETA KERJA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. BARUMUN AGRO SENTOSA

Luas areal perkebunan PT. Barumun Agro Sentosa berdasarkan hasil pengukuran dan peta gambar situasi khusus Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Sumatera Utara No. 7/10/IV/993 tanggal 8 Januari 1993 seluas ± 12.319 Ha, di tambah dengan Izin lokasi ± 1.500 Ha sehingga luas total PT. Barumun Agro Sentosa ± 13.819 Ha dengan Pabrik Kelapa Sawit PT. Barumun Agro Sentosa berada di areal perkebunan PT. Barumun Agro Sentosa. Dalam menjalankan kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. Barumun Agro Sentosa juga sangat peduli terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Sebagai salah satu bentuk komitmen PT. Barumun Agro Sentosa dalam mengurangi kegiatan yang berdampak pada pemanasan global atau gas rumah kaca, PT. Barumun Agro Sentosa telah mendapatkan sertifikat International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan dalam melakukan pengendalian lingkungan PT.

Barumun Agro Sentosa juga telah mendapatkan peringkat biru pada sertifikat Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER).

Secara operasional PT. Barumun Agro Sentosa mengelola 3 (tiga) unit Sawit PT. Barumun Agro Sentosa memiliki kapasitas produksi 60 Ton/Jam, yang didukung dengan hasil produksi kebun berupa tandan buah segar ± 900 s/d 1.200 ton/hari, yang langsung diolah oleh Pabrik Kelapa Sawit PT. Barumun Agro Sentosa. Pabrik Kelapa Sawit PT. Barumun Agro Sentosa menghasilkan produk Crude Palm Oil (CPO) dan inti. Untuk pembagian wilayah kerja perkebunan dapat di lihat pada Gambar berikut ini.

PETA KERJA KEBUN KELAPA SAWIT PT. BARUMUN AGRO SENTOSA

LAMPIRAN 3 MATERIAL BALANCE

PABRIK KELAPA SAWIT PT. BARUMUN AGRO SENTOSA

Penjelasan flowchart material balance:

1. Tandan buah segar (TBS) terlebih dahulu direbus dengan memakai uap dengan temperatur 150oC dan tekanan maksimum 3,0 kg/cm2.

2. Setelah tandan buah segar direbus akan mengeluarkan air 12 – 14 %, pada saat terjadi perebusan air yang terdapat didalam TBS akan berubah wujud menjadi uap (Penguapan).

3. Tandan buah yang telah direbus akan berkurang beratnya menjadi 86 - 88%

4. Setelah TBS direbus dimasukkan kesuaatu alat yaitu bantingan (theresser), yang bertujuan untuk memisahkan tandan kosong 2 – 4 % dengan fruit 62 – 69 %.

5. Sementara tandan kosong di aplikasikan ke kebun untuk menjadi pupuk organik.

6. Buah (fruit) dimasukkan kedalam alat kempa (screw press) bertujuan untuk memisahkan daging buah (mesocarp) 50 – 55% dengan biji (Nut) 12 -14 %.

7. Daging buah dimasukkan kedalam alat kempa (screw press) yang bertujuan untuk memisahkan crude 35 – 40 % dengan fibre 15 – 18%.

8. Fibre dipergunakan sebagai bahan bakar boiler

9. Crude dimasukkan kedalam suatu wadah yang disebut dengan continouse setling tank (CST) dengan temperatur 90 – 95oC

10. Dalam CST akan terjadi pemisahan antara minyak (oil) 20 – 23%

dengan sludge 12 -17 %

11. Sementara nut akan dimasukkan kesuatu alat pemecah (Ripple Mill) sehungga terpisah antara Kernel 4 – 5% dengan cangkang 7 – 9 % 12. Cangkang dipergunakan sebagai campuran bahan bakar boiler.

13. Sludge di proses menggunakan alat pemisah secara centrifuge sehinggga terpisah antara solid 2 – 4% dengan liquid 10 – 13 %

14. Solid diaplikasikan kelapangan sebagai pupuk organik, dan juga liquid dapat diaplikasikan kekebun setelah melalui perlakuan (treatment) agar tidak mencemari lingkungan.

15. Hasil akhir (produksi) dari pabrik pengolah kelapa sawit adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK).

LAMPIRAN 4

Oil Losis dalam janjangan kosong max. 0.08 % Oil Losis dalam balen theresser 0.23 %

Oil Losis dalam ampas Pressan max. 0.88 % Oil Losis dalam nut max. 0.04%

Kernel dlm fiber cyclone max 0.203 %

Kriteria Buah : Buah mentah max 2%

Buah matang min 96 %

Oil Losis dlm liquid max 0.17 %

Oil Losis dlm liquid max 0.17 %