• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Olahraga ringan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penderita PPOK dapat merasakan keterbatasannya dalam melakukan beberapa aktivitas. Keterbatasan tersebut dirasakan dalam bentuk sesak napas atau rasa tidak nyaman pada pernapasan, penderita juga dapat merasakan kelelahan ototnya, hingga pada stadium lanjut penderita tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu memerlukan pertolongan orang lain. Pada perawatan penderita PPOK seharusnya dilakukan secara komprehensif sehingga dapat menurunkan angka mortalitas, dan dapat menangani penderita sesuai dengan derajat fungsionalnya, sehingga penderita dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan tidak menimbulkan rasa rendah diri.12,37

Dalam rangka perawatan inilah peranan olah raga bagi penderita PPOK sangat penting artinya. Olah raga yang tepat dan teratur akan meningkatkan kerja otot, sehingga otot akan menjadi lebih kuat termasuk otot pernapasan. Dengan olah raga, terjadi peningkatan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal bagi penderita dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, karena pada saat olah raga terjadi kerja sama berbagai otot tubuh yang ditandai oleh perubahan kekuatan otot, tenaga lelah otot, kelenturan otot, kecepatan reaksi, ketangkasan, koordinasi gerakan dan daya tahan sistem kardiorespirasi.11,36

Yang dimaksud dengan kesegaran jasmani adalah kesanggupan tubuh melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan kepadanya, berupa kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sebaliknya olah raga yang tidak terprogram dengan baik akan menimbulkan masalah bagi si penderita, bahkan dapat timbul komplikasi yang fatal. Adapun sebagai unsur yang paling penting pada kesegaran jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi.38

Dalam melakukan kegiatan olahraga dapat menggunakan formulasi FIT (TP), yaitu :39

F = frekuensi ( berapa hari seminggu)

I = intensitas ( ringan, sedang dan intensif)

T = time / waktu ( kuantitas olahraga perhari)

T = Tipe/ jenis olahraga (aerobik, anaerobik, kekuatan, daya tahan)

P = progresifitas / peningkatan

A. Frekuensi : berapa hari dalam seminggu olahraga dilakukan, dianjurkan untuk melakukan olahraga 3-5 hari tiap minggu dengan beban yang dinaikkan secara bertahap.

B. Intensitas : menurut parameter fisiologi ada 3 tingkatan intensitas yaitu :

- Ringan : tahap ringan dapat membakar kalori kurang dari 3.5 kcal/menit. Olahraga pada tahap ini termasuk berjalan lambat. Denyut nadi pada olahraga ringan ini kurang dari 50% denyut nadi maksimal. - Sedang : tahap sedang dapat membakar kalori 3.5 hingga 7 kcal/menit. Olahraga pada tahap ini

termasuk berjalan cepat, bersepeda, renang. Denyut nadi pada olahraga ini 50-70% denyut nadi maksimal. Pada tahap sedang bila olahraga dilakukan secara teratur dapat meningkatkan status kesehatan dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.

- Intensif : tahap intensif dapat membakar kalori lebih dari 7 kcal/menit. Olahraga pada tahap ini termasuk berlari / jogging, senam aerobik, renang, sepeda gunung. Denyut nadi pada olahraga ini lebih dari 70 % denyut nadi maksimal.

Ada beberapa rekomendasi yang dianjurkan lamanya olahraga :

ACSM ( American College of Sports Medicine ) menganjurkan 20-60 menit perhari. Eropa menganjurkan 3-4 hari tiap minggu selama 30 menit dengan 50-80% denyut nadi maksimal atau tiap hari dalam seminggu selama 30 menit dengan denyut nadi maksimal kurang dari 50%.

D. Tipe.

Tipe olahraga secara umum dibagi atas:

- Olahraga aerobik yang bertujuan untuk daya tahan sistem kardiovaskular dan pernafasan. Olahraga ini dengan kegiatan yang bertahap dan waktu yang lama dan terus menerus. Termasuk dalam tipe ini seperti : renang, berlari, bersepeda dan lain-lain.

- Olahraga anaerobik yang bertujuan membangun atau membentuk otot-otot tubuh. Termasuk dalam tipe ini angkat berat, lari cepat dan lain-lain.

E. Progresifitas / peningkatan

Untuk mencapai kesehatan dapat dicapai dengan 3 tahap yaitu : awal, perbaikan dan mempertahankan.

Tahap Minggu Frekuensi

(hari/minggu) Intensitas (%) Lama (T) (menit) 1 3 40-50 12 2 3 50 14 3 3 60 16 4 3 60-70 18 Awal (start) 5 3 60-70 20 6-9 3-4 70-80 21 10-16 3-4 70-80 24 17-19 4-5 70-80 28 Perbaikan 20-27 4-5 70-80 30 Mempertahankan 28 seterusnya 5-6 70-85 30-45

Olahraga / latihan jasmani pada PPOK ditujukan untuk meningkatkan otot pernapasan yaitu bagi penderita PPOK yang mengalami kelelahan pada otot pernapasannya sehingga dapat menghasilkan tekanan inspirasi yang cukup untuk melakukan ventilasi maksimum yang dibutuhkan. Olah raga khusus pada otot pernapasan akan mengakibatkan bertambahnya kemampuan ventilasi maksimal, memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi sesak napas. Olah raga pada penderita PPOK akan berakibat meningkatnya toleransi latihan akibat meningkatnya kapasitas kerja maksimal dengan rendahnya konsumsi oksigen.38

Perbaikan toleransi latihan merupakan resultante dari efisiensi pemakaian oksigen di jaringan dan toleransi terhadap asam laktat. Pada penderita yang tidak biasa melakukan latihan, lebih aman kalau memberikan program pelatihan secara bertahap.38

Pasien-pasien PPOK yang melakukan kegiatan olahraga secara terprogram umumnya dapat meningkatkan kapasitas kerja mereka 70-80 % dalam waktu 4-6 minggu.Olah raga bagi penderita PPOK dapat dilakukan di dua tempat yaitu di rumah dan di rumah sakit. Bentuk olah raga di rumah dapat berupa latihan dinamik dan menggunakan otot secara ritmis, misalnya jalan, lari (jogging), bersepeda. Program olah raga setiap harinya 15-30 menit, selama 4-7 hari setiap minggu. Memulai olahraga dengan membuat target yang diperkirakan dapat dicapai, kemudian secara bertahap tingkatkan target seiring dengan kemajuan yang dicapai. Sebagai patokan beban yang diberikan kepada penderita PPOK agar mencapai hasil latihan jasmani yang diharapkan yaitu frekuensi jantung harus mencapai 60%-75% dari frekuensi maksimal penderita. Pada penderita yang tidak biasa melakukan latihan, lebih aman kalau memberikan program pelatihan secara bertahap. Setelah 2-3 minggu beban latihan dapat ditingkatkan sampai mencapai 60%-75% frekuensi nadi maksimal atau VO2 max. Jenis olah raga diubah setiap hari. Pemeriksaan frekuensi nadi, lama latihan dan keluhan subyektif dicatat. Pernyataan keberhasilan olahraga oleh penderita lebih penting daripada hasil pemeriksaan subyektif atau obyektif.38

Dengan melakukan program olah raga yang baik, maka hasil akhir yang seharusnya dapat dicapai adalah kemampuan penderita untuk: melakukan olah raga yang maksimal, mengurangi pemberian

obat-obatan, memperbaiki emosi, bekerja secara optimal, dan memperbaiki sosial ekonomi. Kemampuan tersebut diatas dapat dibuktikan dengan: meningkatnya toleransi terhadap olah raga, berkurangnya kekambuhan, menurunnya depresi atau kecemasan, perbaikan fungsi paru, menurunnya risiko kematian sebelum waktunya.36,38

2.6. Kapasitas Fungsional Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik.

Kapasitas fungsional adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penilaian obyektif untuk menilai kapasitas fungsional dapat dilakukan dengan uji jalan 6 menit

Pada tahun 1960 Balke mengembangkan uji sederhana untuk mengevaluasi status fungsional dengan mengukur jarak jalan dalam periode waktu tertentu. Pada tahun 1976 McGravin dkk memperkenalkan uji jalan 12 menit untuk mengevaluasi ketidakmampuan pasien PPOK. Kemudian dimodifikasi oleh Guyan dkk dengan uji jalan 6 menit. Uji jalan 6 menit dikembangkan kemudian ternyata hasilnya sebaik uji jalan 12 menit, lebih mudah ditoleransi pasien dan lebih menggambarkan keadaan aktivitas sehari-hari. Indikasi uji jalan 6 menit adalah untuk mengukur status fungsional, memprediksi mortalitas dan morbiditas penyakit serta untuk mengukur respon pengobatan.40

Uji jalan 6 menit mempunyai korelasi bermakna dengan komsumsi oksigen maksimum dan mempunyai korelasi bermakna dengan pengukuran kualitas hidup. Jika dibandingkan dengan pengukuran VEP1 pada PPOK, uji jalan 6 menit mempunyai reproduksibiliti lebih baik.41

Hubungan yang lemah ditemukan antara uji jalan 6 menit dengan VEP1. McGravin dkk yang pertama kali melaporkan hubungan yang jelek antara jauhnya berjalan dengan VEP1 (r=0,28). Penjelasan yang terbaik untuk pengamatan ini adalah uji jalan 6 menit tidak hanya tergantung pada fungsi pernafasan tapi juga kardiovaskular, nutrisi dan kondisi otot perifer. VEP1 menggambarkan keterlibatan sistem pernafasan sedangkan uji jalan 6 menit menggambarkan efek sistemik dari penyakit.40

Pada penelitian terhadap 112 penderita PPOK berat yang stabil, perubahan kecil yang bermakna setelah latihan adalah 54 meter (CI:95%,37-71m)42. Finnerty dkk membandingkan hasil uji jalan 6 menit pada kelompok yang mendapat rehabilitasi selama 6 minggu didapatkan hasil peningkatan pada perlakuan dari 245 m menjadi 304 m, dan pada kontrol 273 menjadi 266 m. Penelitian lain mendapatkan hasil peningkatan 238,2 m pada kelompok yang mendapat rehabilitasi selama 12 minggu.43

Dokumen terkait