• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I SISTEMATIKA FILSAFAT

A. Ontologi

1. Makna Ontologi

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah bidang filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada Kausa Prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan, (Suparlan, 2007).

Ontologi, yaitu salah satu kajian filsafat yang paling kuno yang berasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Ontologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat ilmu dan objeknya sehingga ilmu ini dapat dikatakan ilmu nyata, (Vardiansyah, 2008:45).

Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia

empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata, (Atang, 2008). Dengan demikian, ontologi cabang filsafat yang membahas tentang yang ada yang dapat diindra seperti alam semesta dan seisinya; dan ada yang tidak bisa diindra oleh pancaindra seperti Tuhan, makhluk ghaib (Malaikat, Jin, Setan) dan alam ghaib (Surga-Neraka).

2. Objek Ontologi

Ontologi sebagai cabang filsafat memiliki objek kajian yang sangat luas, umum dan menyeluruh (universal) berbeda dengan sains (terbadas pada benda-benda yang dapat diindra dan bersifat emspiris). Objek ontologi meliputi:(1) abjek material, dan (2) objek formal. Berikut ini dijelaskan secara singkat kedua objek ontologis tersebut, yakni sebagai berikut:

a. Objek Material Filsafat

Objek material filsafat membahas segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik yang bersifat material konkrit ataupun yang bersifat immaterial (psikis). Objek material mengkaji semua kenyataan (realitas) yang dapat kita ketahui berdasarkan kemampuan pancara indra, dan yang tidak dapat diindra. Secara ontologis realitas yang dapat diindra, misalnyamakhluk khidup seperti: manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan. Objek material yang termasuk benda-benda yang tak hidup seperti: batu, kayu, meja, kursi, gedung-gedung dan sebagainya; benda yang ada di langit seperti: bulan bintang, dan matahari. Sedangkan realitas yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra kita seperti: Tuhan sebagai Pencipta alam semesta, malaikat, Jin, Syaitan, surga, neraka. Dengan demikian objek kajian ontologi meliputi:

• Tuhan,

• Alamsemesta dan • Makhluk hidup b. Objek Formal Filsafat

Objek formal inilah sudut pandang yang membedakan waktak filsafat dengan ilmu pengetahuan. Filsafat mengerti hakikat sedalam-dalamnya sedangkan ilmu pengetahuan terbatas pada benda-benda empiris (Syam, 1983: 22). Maksud ungkapan ini, objek formal filsafat bagaimana cara kita mempelajari objek material berdasarkan ilmu pengetahuan tertentu sehingga mengerti secara

mendalam. Misalnya berdasarkan skema, maka dapat kita mengetahui letak perbedaan objek material dan objek formal filsafat, yakni sebagai berikut:

Ilmu Pengetahuan Objek Material Objek Formal Psikologi Ekonomi Sosiologi Antropologi Pendidikan MANUSIA

Ilmu tingkah laku (behaviorisme). Kehidupan dan cara memenuhinya.

Antar hubungan soail.

Kebudayaan, adai istiadat, seni budaya.

Pembinaan kepribadian.

Sumber: Syam (1983). 3. Aliran Ontologi

Dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai berikut:

a. Menoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa meteri ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monoismeoleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran, yaitu:

1) Meterialisme, aliran ini menggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani, aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.

2) Idealisme, sebagai lawan materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan spritualisme. Idialisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti ruh, (Anonim, 2012).

b. Dualisme, setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun rohani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan

hakikat rohani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde, (Anonim, 2010).

c. Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua nyata. pluralisme dalam Dictionory of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang mnyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara, (Azhary, 2010).

d. Nihilisme, bersal dari bahasa Latin yang berartinothingatau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui viliditas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Tuegeniev dalam novelnyaFathersandChildernyang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Dalam novelnya itu Bazarovsebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima ide nihilisme. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844-1900 M) dilahirkan di Rocken di Prusia, dari keluarga pendeta dalam pandangannya bahwa Allah sudah mati Allah kristiani dengan segala perintah dan larangannya sudah tidak merupakan rintangan lagi, (Anonim, 2012).

e. Agnostiisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat rohani. Kata Agnosticisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini karena belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyangkal adanya kenyataan mutlak yang bersifat transcendent. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti,Soren Kierkegaan, Hiedegger,Setre dan Jaspers. Yang dikenal sebagai julukan bapak filsafat, (Anonim, 2009).

4. Manfaat Mempelajari Ontologi

Manfaat mempelajarai ontologi difokuskan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan terhadap kurikulum dan pembelajaran. Penjelasan kemanfaatan mempelajarai ontologi dari kedua aspek tersebut adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Ontologi terhadap Ilmu Pengetahuan

1) Sebagai refleksi kritis atau objek atau bidang garapan, konsep- konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Diantara asumsi dasar keilmuan antara lain, yaitu dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benarada. Kemudia dunia empiris dapat diketahui manusia dengan pancaindra. Selanjutnya fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan yang lainnya secara kausal. Ilmu tidak mampu merefleksikan postulat-postulat, asumsi-asumsi, prinsip, dalil dan hukum sebagai pikiran dasar keilmuan dalam paradigmanya. Dalam hal ini ontologi dapat membantu kita untuk merefleksikan eksistensi suatu disiplin keilmuan tertentu, (Burhanuddin, 1994).

2) Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral, komprehensif, dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya menkaji hal-hal yang khusus dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan parsial dan terpisah-pisah. Ilmuan dalam hal ini tidak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain, (Bakhtiar, 2005).

3) Ontologi membantu memberikan masukan informasi untuk mengatasi permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui dari tiap masa, (Daudy, 1992).

b. Manfaat mempelajarai Ontologi terhadap Kurikulum dan Pembelajaran

1) Dilihat dari objek material memberikan kejelasan kepada sekolah dan guru mengenai bahan ajar sesuai kebutuhan dan tuntutan kebutuhan peserta didik sesuai kemajuan dan dinamika perkembangan masayarakat;

2) Ontologi bagi pengembanan kurikulum dan pembelajaran pengkajiannya di lihat dari segi fleksibilitas, kurikulum 2006 apakah mesih memberikan kesempatan pada sekolah ditiap daerah untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, baik dari segi kondisi daerah, waktu, kemampuan anak, dan latar belakang peserta

didik sebagaimana yang juga diterapkan pada kurikulum KTSP, (Kusumawati, 2006).

3) Dilihat dari objek formal pengkajian ontologi bagi pengembangan kurikulum, dan pembelajaran mengkaji implementasi kurikulum 2013 yaitu kurikulum atau materi baru yang akan digunakan, apakah sudah tepat jika akan diluncurkan ke sekolah-sekolah, karena tidak semua pihak sudah paham betul mengenai kurikulum 2013, (Muarifah, 2014).

4) Ontologi mengkaji kesinambungan (kontinuitas) isi kurikulum mengikuti perkembangan peserta didik sesuai jenjang pendidikan yang mereka tempuh. Penjabaran tujuan yang ingin di capai dalam kurikulum juga telah dijabarkan secara terperinci, (Sundari, 2011).

5) Ontologi kurikulum dan pembelajaran mengkajiprofesionalisme tenaga kependidikan termasuk kepala sekolah, guru dan semu personal yang ada di sekolah apakah mengembangkan karakter dan kompetensi peserta didik.

Dalam dokumen ALIRAN ALIRAN FILSAFAT LANDASAN KURIKULU (Halaman 30-35)

Dokumen terkait