• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zaman Socrates (470 SM 399 SM)

Dalam dokumen ALIRAN ALIRAN FILSAFAT LANDASAN KURIKULU (Halaman 81-86)

BAB III FILSAFAT YUNANI KLASIK

B. Tiga Filosof Besar Zaman Yunani Klasik

1. Zaman Socrates (470 SM 399 SM)

Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 M. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat patung juga, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak manusia. Masa hidupnya hampir sama sejalan dengan perkembangan sofisme di Athena (Hatta, 1980: 73).Pada hari tuanya, Socrates melihat kota tumpah darahnya mulai mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang. Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Oleh sebab itu, ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia, juga kurang di senangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu, ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang telah di akui Negara (Anonim, 2011).

Sebagai kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan, ia mengatakan pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudulApologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Socrates dituduh tidak hanya menentang agama yang di akui oleh Negara, juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri (Hendi, 2008: 178 179).

b. Ajaran Socrates 1) Metode

Menurut Abidin (2011: 100) bahwa Socrates menolak subjektivisme dan relatifisme dari kaum sofis yang menyebabkan timbulnya skeptisisme bagi Socrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru untuk meraih kebajikan, karena menurut Socrates filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusia yang pantas, yang baik, dan yang terpuji.

Untuk menggapai kebenaran objektif itu, Socrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada suatu B. Tiga Filosof Besar Zaman Yunani Klasik

1. Zaman Socrates (470 SM-399 SM) a. Riwayat Hidup Socrates

Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 M. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat patung juga, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak manusia. Masa hidupnya hampir sama sejalan dengan perkembangan sofisme di Athena (Hatta, 1980: 73).Pada hari tuanya, Socrates melihat kota tumpah darahnya mulai mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang. Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Oleh sebab itu, ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia, juga kurang di senangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu, ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang telah di akui Negara (Anonim, 2011).

Sebagai kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan, ia mengatakan pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudulApologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Socrates dituduh tidak hanya menentang agama yang di akui oleh Negara, juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri (Hendi, 2008: 178 179).

b. Ajaran Socrates 1) Metode

Menurut Abidin (2011: 100) bahwa Socrates menolak subjektivisme dan relatifisme dari kaum sofis yang menyebabkan timbulnya skeptisisme bagi Socrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru untuk meraih kebajikan, karena menurut Socrates filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusia yang pantas, yang baik, dan yang terpuji.

Untuk menggapai kebenaran objektif itu, Socrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada suatu B. Tiga Filosof Besar Zaman Yunani Klasik

1. Zaman Socrates (470 SM-399 SM) a. Riwayat Hidup Socrates

Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 M. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan. Pada permulaannya, Socrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat patung juga, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak manusia. Masa hidupnya hampir sama sejalan dengan perkembangan sofisme di Athena (Hatta, 1980: 73).Pada hari tuanya, Socrates melihat kota tumpah darahnya mulai mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang. Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda menggunakan metode tanya jawab. Oleh sebab itu, ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia, juga kurang di senangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu, ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang telah di akui Negara (Anonim, 2011).

Sebagai kelanjutan atas tuduhan terhadap dirinya, ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan, ia mengatakan pembelaannya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudulApologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Socrates dituduh tidak hanya menentang agama yang di akui oleh Negara, juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri (Hendi, 2008: 178 179).

b. Ajaran Socrates 1) Metode

Menurut Abidin (2011: 100) bahwa Socrates menolak subjektivisme dan relatifisme dari kaum sofis yang menyebabkan timbulnya skeptisisme bagi Socrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru untuk meraih kebajikan, karena menurut Socrates filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusia yang pantas, yang baik, dan yang terpuji.

Untuk menggapai kebenaran objektif itu, Socrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada suatu

keyakinan yang amat erat digenggamnya. Menurut Socrates, metode yang dijalankan olehnya bukanlah penyelidikan atas fakta-fakta melainkan analisis atas pendapat-pendapat atau pertanyaan- pertanyaan yang diucapkan oleh orang atau oleh negarawan (Rapar, 1996: 100).

Socrates selalu bertanya tentang apa yang diucapkan oleh mereka atau oleh teman bicaranya itu. Jika mereka atau para negarawan bicara tentang kebaikan dan keadilan, kemudian ia bertanya apa yang dimaksud adil dan baik itu? jika mereka bicara tentang keberanian, ia bertanya apa yang dimaksud dengan berani, pemberani, dan pengecut? dan seterusnya. Metodenya ini disebut dialektika, yakni bercakap-cakap atau berdialog (Abidin, 2011: 100).

Dalam menjalani hidupnya sebagai seorang filsuf, Socrates menggunakan metode-metode yang membantunya, beberapa metode tersebut adalah sebagai berikut:

2) Dialektika

Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap- cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya. Menurut Socrates Dialog adalah wahana berfilsafat. Jadi dialog itu membuka pikiran, mencairkan kebekuan pikiran, melahirkan pikiran dan menuntut perjalanan pikiran (Salam, 2008: 149).

Dalam metode ini Socrates mendatangi bermacam-macam orang (ahli politik, pejabat, dan lain-lainnya). Kepada mereka mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pekerjaan mereka, hidup mereka sehari-hari dan lain-lainnya. Kemudian jawaban mereka pertama-tama dianalisa dan disimpulkan dalam suatu hipotesa (Tafsir, 2010: 54).

Hipotesa ini dikemukakan lagi kepada mereka dan dianalisa lagi. Demikian seterusnya sehingga ia mencapai tujuannya, yaitu membuka kedok segala peraturan hukum yang semu, sehingga tampak sifatnya yang semu, dan mengajak orang melacak atau menelusuri sumber-sumber hukum yang sejati. Supaya tujuan itu tercapai diperlukan suatu pembentukan pengertian yang murni (Tafsir, 2010: 54-55).

3) Maieutika

Menurut Gaarder (1997: 83) mengemukakan bahwa maieutika sering juga disebut dengan istilah metode kebidanan, karena dengan cara ini Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran seorang bayi pengertian yang benar, maksudnya

adalah Socrates menganggap bahwa tugasnya adalah seperti membantu orang-orang melahirkan wawasan yang benar, sebab pemahaman yang sejati harus timbul dari dalam diri sendiri.

Dengan cara bekerja yang demikian, Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang khusus. Umpamanya banyak orang yang menganggap keahliannya (sebagai tukang besi, tukang sepatu dan lain-lain) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat bahwa keutamaannya ialah jika ia membuat alat-alat dari besi yang baik. (Garder, 1997: 84)

Untuk mengetahui apakah keutamaan pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan dan tinggal yang umum. Demikian dengan induksi akan ditemukan apa yang disebut definisi umum. Socrates adalah orang yang menemukannya, dan ternyata penting sekali artinya bagi ilmu pengetahuan masa kini (Tafsir, 2008: 57).

Dalam logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi ketika pemikirannya bertolak dari pengetahuan yang khusus, kemudian dapat disimpulkan pengetahuan yang umum. Hal ini dilakukan oleh Socrates, Ia bertolak dari contoh-contoh yang kongkret yang kemudian dapat menyimpulkan pengertian yang umum. Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relative kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. (Tafsir, 2008: 57)

Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang sofis bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi. Jadi, orang sofis itu tidak seluruhnya benar: yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian lagi pengetahuan itu bersifat khusus, dan yang khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif (Tafsir, 2008: 56 ).

Salah satu contohnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu, Apakah kursi itu? Kita periksa seluruh kursi, kalau bisa kursi yang ada diseluruh dunia ini. Kita akan menemukan ada kursi hakim, ada tempat duduk dan sandarannya, kakinya empat, dari bahan jati; kita lihat ada kursi malas, ada tempat duduk dan sandarannya, kakinya dua, dari besi anti karat; kita periksa ada kursi makan, ada tempat duduk dan sandarannya, kakinya tiga, dari rotan; begitulah seterusnya macam-macam kursi yang ada (Tafsir, 2008: 57).

4) Ironi

Kata ironi berasal dari bahasa Yunani yang bermakna bersikap pura-pura, cara seseorang berbicara, pura-pura menyetujui apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya, tetapi dengan senyuman, mimik dan sebagainya menyangkal pendapat orang itu. Oleh Socrates dipergunakan untuk membimbing lawan bicaanya kepada kebenaran (Garder, 1997:83).

5) Etika

Lavine (2012: 12) mengemukakan bahwa Etika (Etimologik), berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata Latin Mos yang dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti juga adat atau cara hidup.etika juga dapat disebut dengan filsafat moral. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk mengkaji sistem nilai- nilai yang ada.

Pandangan Socrates mengenai kebijakan, yakni apa yang benar dan apa yang baik, bisa dinamakan filsafat moral rasionalistik. Filsafat moral rasionalistik merupakan pandangan yang menganggap pemikiran atau rasionalitas sebagai faktor eksekutif atau domain dalam tingkah laku bermoral (Hartoko, 2002: 23).

Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam yang menjadi bimbingan baginya dalam segala perbuatannya. Itulah yang disebutdaimoniondan semua orang yang mendengarkan suara daimonionitu dari dalam jiwanya apabila ia mau (Salam, 2008: 170 ).

Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa yang paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan, melainkan kesehatan jiwa. Prasyarat utama dalam kehidupan manusia adalah jiwa yang sehat. Jiwa manusia harus sehat terlebih dahulu, agar tujuan-tujuan hidup yang lainnya dapat diraih (Abidin, 2011: 100).

6) Pemikiran tentang Politik

Dalam Apologia, Socrates mengakui bahwa ia tidak merasa terpanggil untuk campur tangan dalam urusan-urusan politik, tetapi ia selalu setia pada kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Bila ia dihukum mati, ia tidak mau melarikan diri, dengan alasan

bahwa sampai saat terakhir ia akan taat pada Undang-Undang di Athena. Ia meneruskan prinsip-prinsip etikanya juga dalam bidang politik. Menurut Socrates tugas negara ialah memajukan kebahagiaan para warga negara dan membuat jiwa mereka menjadi sebaik mungkin (Bertens, 1975: 92).

7) Pemikiran tentang Negara

Menurut Salam (2008: 158) mengatakan bahwa ajaran atau pandangan Socrates mengenai negara belum terlalu jelas, akan tetapi Socrates telah memberikan mengenai asas-asas etika dalam kenegaraan. Menurut Socrates, bahwasannya negara itu mempunyai tugas untuk mewujudkan kebahagiaan bagi warga negaranya masig- masing dengan cara membuat jiwa mereka sebaik mungkin. Oleh karenanya seorang penguasa harus tahu apa yang baik . Di dalam pemerintahan, yang paling penting bukan hanya demokrasi atau suara rakyat saja, akan tetapi harus adanya keahlian yang khusus yaitu mengenai pengenalan tentang yang baik .

c. Sumbangan Socrates terhadap Ilmu Pengetahuan, Kurikulum dan Pembelajaran

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut Socrates adalah membuktikan bahwa tidak semua kebenaran itu relative. Ia berpendapat bahwa ada kebenaran umum yang dapat di pegang oleh semua orang dan sebagian kebenaran memang relative, tetapi tidak semuanya. Socrates lebih menekankan kepada sains dan agama yang bertolak dari pengalaman sehari-hari sehingga ia tidak menyetujuai relativisme kaum sufis (Stittaqwa, 2012).

2) Kurikulum yang Dikembangkan

Kurikulum yang di kembangkan Socrates adalah peninggalan pemikirannya yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengajaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi parafilsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta (Wikipedia, 2010). Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari. Sumbangan Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metodeelenchos, yang

banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum (Wikipedia, 2010).

3) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran Socrates biasanya menggunakan metode dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya. Menurut Socrates dialog adalah wahana berfilsafat. Jadi dialog itu membuka pikiran, mencairkan kebekuan pikiran, melahirkan pikiran dan menuntut perjalanan pikiran (Salam, 2008: 149).

4) Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dengan menggunakan proses pembelajaran Socrates terhadap pengembangan kurikulum yaitu siswa mampu menyimpulkan pengertian umum melalui pertanyaan- pertanyaan yang di berikan kepada orang-orang yang berbeda sehingga menghasilkan jawaban-jawaban yang di setujui bersama (Wikipedia, 2010).

2. Zaman Plato (427 SM-347 SM)

Dalam dokumen ALIRAN ALIRAN FILSAFAT LANDASAN KURIKULU (Halaman 81-86)

Dokumen terkait