• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat suku bunga SBI adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2006-Desember 2009.

Tingkat Suku BUnga SBI = Mi . Wi

2. Inflasi

Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Tingkat inflasi dapat diukur dengan menggunakan laju inflasi yang terlihat dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), adapun cara menghitung IHK adalah sebagai berikut :

Sumber : Sadono Sukirno

3. Nilai Tukar Rupiah/US$

Dalam penelitian inivariabel kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap US Dollar.

Savatore (1997:49) Nilai tukar atau kurs (Exchange Rate) didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang domestik.

Kurgmnan (2000:355) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lain. Mankiw (2000:192).

Adapun untuk nilai tukar yang digunakan dalam perhitungan ini adalah nilai tukar (kurs) tengah, dengan persamaan sebagai berikut:

Nilai Tukar Rp / $ = Kurs Nilai Tengah Rp / $t x Kurs Nilai Tengah Rp / $t – 1 Kurs Tengah Rp / $t – 1

Sumber : Mankiw 4. Return Saham

Return Saham adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh dari suatu investasi, dalam hal ini investasi saham. Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi. Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return saham diukur dengan rumus sebagai berikut:

Rit = Pt – Pt – 1 Pt – 1

5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari 2006-Desember 2009.

IHSG = IHSGt – IHSGt – 1 IHSGt – 1

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek Belanda lainnya.

Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadinya Perang Dunia kedua.

Sejak tahun 1956 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan

kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya.

Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangannya pada tahun 1990.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat

dilakukan oleh WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.

Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di Pasar Perdana, sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan di Bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut diperdagangkan di Bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdagangkan di Pasar Sekunder. Pada 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek Surabaya ke dalam Bursa Efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi.

2. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.

Perusahaan yang paling sering masuk pada indeks LQ 45 adalah perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah PT.TELKOM dan PT.INDOSAT. Kedua perusahaan tersebut adalah perusahaan yang cukup besar dan akan menjadi primadona pada pasar saham. Karena berdasarkan riset pasar di Indonesia pada tahun 2006 perusahaan yang akan menjadi primadona adalah pada sector telekomunikasi, sektor pertambangan dan energi.

Dokumen terkait