• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.10. Uji F ANOVAb 59.789 .000a Regression Model 1 F Sig.

Predictors: (Constant), Return Saham LQ 45, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat SBI a.

Dependent Variable: IHSG b.

(Sumber : Data Diolah)

Pada tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel Tingkat SBI, Inflasi dan Kurs Rupiah serta variable Return Saham secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Pengujian dilakukan dengan Uji F, hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : = = = = 0

Ha : sekurang-kurangnya ada sebuah ρyixi ≠0, ; i = 1, 2, 3

Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel : Jika Fhitung > ttabel, maka H0 ditolak

Jika Fhitung < ttabel, maka H0 diterima

Dari penghitungan didapat nilai F hitung sebesar 59.789. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 4 dan df2 = 43, didapat nilai Ftabel = 2.59. Karena nilai Fhitung

(59.789) < nilai Ftabel (2.59) maka H0 ditolak atau terdapat kecocokan antara model

dengan data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aspekvariabel Tingkat SBI, Inflasi, Kurs Rupiah dan Return Saham LQ-45 secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak digunakan. atau jika dilihat dengan menggunakan nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0.000 < 0.05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.

4. Uji T (Secara Individu)

Tabel 4.11. Uji T

Coefficientsa 16.230 .000 -8.250 .000 2.176 .035 -7.706 .000 .384 .703 (Constant) Tingkat SBI Inflasi

Nilai Tukar Rupiah Return Saham LQ 45 Model

1

t Sig.

Dependent Variable: IHSG a.

(Sumber : Data Diolah)

Y2 = ρy2x1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2x3 X3 + ρy2y1 Y1 +ε

Berikut adalah pengujiannya :

a. Menguji signifiknasi koefisien X1 (Tingkat SBI) pada model analisis jalur : Berikut adalah hipotesis yang diajukan :

H0 : ρy2x1 = 0 (koefisien X1 (Tingkat SBI) tidak signifikan)

Ha : ρy2x1 0 (koefisien X1 (Tingkat SBI) signifikan)

Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ12

Jika |thitung| > ttabel, maka H0 ditolak Jika |thitung| < ttabel, maka H0 diterima

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Tingkat SBI adalah 8.250, Sedang

ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi dua menjadi 0.025,

dan df = 44 (didapat dari rumus n-4, dimana n adalah jumlah data, 48 - 4 = 44). Didapat ttabel adalah 2.02.

Oleh karena thitung > ttabel, (8.250 > 2.02), maka H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien Tingkat SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.000 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak,

sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien Tingkat SBI berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

b. Menguji signifikansi koefisien X2 (Inflasi) pada model analisis jalur:

Berikut adalah hipotesis yang diajukan :

H0 : ρy2x2 = 0 (koefisien X2 (Inflasi) tidak signifikan) Ha : ρy2x2 0 (koefisien X2 (Inflasi) signifikan) Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ12

|thitung| > ttabel, maka H0 ditolak

Jika |thitung| < ttabel, maka H0 diterima

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Inflasi adalah 2.176 Sedang ttabel

bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi dua menjadi 0.0 25, dan df = 44

Didapat ttabel adalah 2.02. Oleh karena thitung > ttabel, (2.176 > 2.02), maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien Inflasi

berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.035 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.035 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak,

sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien Inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

c. Menguji signifikansi koefisien X3 (Kurs Rupiah) pada model analisis jalur :

Berikut adalah hipotesis yang diajukan :

H0 : ρy2x3 = 0 (koefisien X3 (Kurs Rupiah) tidak signifikan)

Ha : ρy2x3 0 (koefisien X3 (Kurs Rupiah) signifikan)

Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ12 Jika |thitung| > ttabel, maka H0 ditolak

Jika |thitung| < ttabel, maka H0 diterima

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Kurs Rupiah adalah 7.706, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05, karena digunakan

hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 44 (didapat dari rumus n-4, dimana n adalah jumlah data, 48 - 4 = 44). Didapat ttabel adalah 2.02.

Oleh karena thitung > ttabel, (7.706 > 2.02), maka H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa koefisien kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.000 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak,

sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Return Saham LQ-45.

d. Menguji signifiknasi koefisien Y (Return Saham LQ 45) pada model analisis jalur :

Berikut adalah hipotesis yang diajukan :

H0 : ρy2y1 = 0 (koefisien Y1 (Return Saham LQ 45 tidak signifikan) Ha : ρy2y1 0 (koefisien Y1 (Return Saham LQ 45 signifikan) Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ12

Jika |thitung| > ttabel, maka H0 ditolak

Jika |thitung| < ttabel, maka H0 diterima

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Kurs Rupiah adalah 0.384, Sedang

ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai dibagi dua menjadi

0.025, dan df = 44 (didapat dari rumus n-4, dimana n adalah jumlah data, 48 - 4 = 44). Didapat ttabel adalah 2.02.

Oleh karena thitung < ttabel, (0.384 < 2.02), maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien Return Saham LQ 45 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0.703 atau probabilitas di atas 0.05 (0.703 > 0.05). Dengan demikian H0 diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu koefisien Return Saham LQ 45 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Table 4.12. Pengujian Individual

No Hipotesis t hitung t tabel Kesimpulan

1 0 2.176 2.02 H0 ditolak

2 0 7.706 2.02 H0 ditolak

3 0 0.384 2.02 H0 tidak

ditolak (Sumber : Data Diolah)

Dari hasil pengujian parsial diketahui bahwa untuk semua variabel makro ekonomi (Tingkat SBI, Inflasi, dan Kurs Rupiah) berpengaruh terhadap IHSG sedangkan Return Saham LQ 45 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Oleh karena itu akan dilakukan trimming untuk variable return saham LQ45 hal ini dikarenakan Return saham LQ 45 tidak memiliki hubungan dengan IHSG. Sehingga dalam penelitian ini yang diuji hanya variable makro ekonomi terhadap IHSG.

Sehingga diperoleh diagram jalur sebagai berikut:

Gambar 4.7.

Dokumen terkait