METODE PENELITIAN
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel eksogen, variabel endogen, dan variabel intervening yang melibatkan empat variabel penelitian. Berikut ini pemaparan terkait dengan variabel penelitian dan definisi operasional variabel.
1. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah profesionalisme dan keahlian auditor forensik.
2. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kompetensi bukti. 3. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah pengungkapan korupsi. 1. Profesionalisme (X1)
Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah profesionalisme berdasarkan pendapat Hall (1968) dalam Dwi dan Effendi (2013) dengan indikator:
a. Pengabdian pada profesi (Dedication), dicerminkan dari dedikasi profesionalisme melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
b. Kewajiban Sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik
82 oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Kemandirian (Autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain. d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (Belief in
self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation) berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 5 item pernyataan.
2. Keahlian (X2)
Keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian berdasarkan pendapat Digabriele (2008) yang digunakan untuk menguji skill auditor forensik, dengan indikator:
a. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah analisis deduktif.
83 b. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
pemikiran yang kritis.
c. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah pemecahan masalah yang tidak terstruktur.
d. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah fleksibilitas penyidikan.
e. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah keahlian analitik.
f. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah komunikasi lisan.
g. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah komunikasi tertulis.
h. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah pengetahuan tentang hukum.
i. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
composure.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 9 item pernyataan.
3. Kompetensi Bukti (Intervening)
Kompetensi bukti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi bukti menurut Arens et al (2012:196) merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya dalam kasus tindak pidana korupsi, dengan indikator:
84 a. Independensi penyedia bukti, bukti audit diperoleh dari sumber diluar entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bahan bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.
b. Efektivitas pengendalian intern, jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang akan diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian intern lemah.
c. Pengetahuan langsung auditor, bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi, individu ynag menyediakan atau menyampaikan informasi harus memenuhi kualifikasi menurut Undang-Undang atau peraturan yang terkait.
e. Tingkat objektivitas, bukti yang objektif akan dapat lebih dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan. f. Ketepatan waktu, Ketepatan waktu atas bahan bukti audit
dapat merujuk baik kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover oleh proses audit tersebut.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 6 item pernyataan.
85 4. Pengungkapan Korupsi (Y)
Pengungkapan Korupsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengungkapan korupsi berdasarkan Pusdiklatwas BPKP (2013) dengan merujuk pada bukti audit dan alat bukti hukum pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dengan indikator:
a. Informasi hasil pengujian fisik (physical examination), dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
b. Informasi hasil konfirmasi (confirmation), dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi.
c. Informasi hasil inspeksi atas dokumen (document) dan catatan klien, dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa.
d. Informasi hasil prosedur analitis (analytical procedures), dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
e. Informasi hasil tanya jawab dengan auditan (inquires of the client), dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
f. Informasi hasil penghitungan ulang atau rekalkulasi (recalculation), dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
86 g. Informasi hasil pelaksanaan ulang (reperformance), dapat
memperkuat keabsahan keterangan ahli.
h. Informasi hasil observasi (observation), tidak dapat dijadikan alat bukti hukum karena hanya berdasarkan pengamatan atau
dugaan auditor saja. Dalam pasal 185 KUHAP ayat (5) “Baik
pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi. Sehingga informasi hasil observasi digunakan untuk mendukung pengembangan keterangan lainnya.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 8 item pernyataan.
87 Tabel Penelitian 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pernyataan Skala Pengukuran Variabel Profesionalisme Auditor Forensik (X1) (Hall (1968) dalam Dwi dan Effendi (2013))
Auditor forensik menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
1.
Skala Interval Profesi auditor forensik
merupakan profesi yang memiliki peran penting di masyarakat.
2.
Dalam memutuskan hasil audit, auditor forensik tidak mendapat tekanan dari siapapun.
3.
Kinerja auditor forensik dapat dinilai oleh rekan sesama profesi karena mempunyai pengetahuan yang sama sehingga jika terdapat kesalahan
pertimbangan dapat segera diketahui.
4.
Dengan sering berkumpul dan berdiskusi bersama rekan seprofesi, akan meningkatkan pengetahuan sehingga dapat lebih akurat dalam membuat pertimbangan audit.
5.
Ketika menghadapi kondisi yang tidak wajar, auditor forensik menggunakan keahlian analisis deduktifnya.
6.
Memiliki kemampuan berpikir kritis penting bagi auditor forensik untuk mengevaluasi antara fakta dan opini.
7.
88 Tabel 3.1 (lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pertanyaan Skala Pengukuran Variabel Keahlian Auditor Forensik (X2) (Digabriele, 2008)
Auditor forensik harus mampu memberikan solusi dalam pemecahan masalah yang tidak terstruktur.
8.
Skala Interval Auditor forensik harus memiliki
kemampuan fleksibilitas penyidikan dalam melakukan audit di luar ketentuan yang berlaku.
9.
Keahlian analitik auditor forensik digunakan dalam memeriksa bukti yang
seharusnya ada, bukan bukti yang telah ada.
10.
Auditor forensik harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan lisan.
11. Auditor forensik harus dapat
berkomunikasi secara efektif dengan tulisan.
12. Auditor forensik harus dapat
memahami proses-proses hukum pidana dan perdata, sistem hukum, serta prosedur pengadilan.
13.
Auditor forensik harus mampu untuk bersikap tetap tenang meskipun dalam situasi tertekan.
14. Penyedia bukti (informan) dari
pihak independen diluar entitas lebih dapat dipercaya, dibanding penyedia bukti (informan) yang diperoleh dari dalam entitas.
15.
Semakin baik pengendalian internal klien, dapat
meningkatkan keyakinan tentang reliabilitas bukti.
16.
89 Tabel 3.1 (lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pertanyaan Skala Pengukuran Variabel Kompetensi Bukti (Intervening) (Arens et al, 2012:228)
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor forensik lebih kompeten, dibanding bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung.
17.
Skala Interval Pihak independen yang
memberikan informasi harus memenuhi kualifikasi menurut Undang-Undang atau peraturan terkait.
18.
Bahan bukti objektif lebih dapat dipercaya, dibanding bahan bukti yang masih memerlukan pertimbangan (subjektif).
19.
Bukti yang diperoleh pada saat periode audit lebih dapat diandalkan, dibanding bukti diluar periode audit.
20.
Informasi hasil pemeriksaan fisik, dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
21.
Informasi hasil konfirmasi kepada pihak independen, dapat memperkuat
keabsahan keterangan saksi.
22.
Informasi hasil inspeksi atas dokumen dan catatan klien, dapat memperkuat
keabsahan keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa.
23.
Informasi hasil pelaksanaan prosedur analitis, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
24.
90 Tabel 3.1 (lanjutan)
Variabel Indikator No.Butir
Pertanyaan Skala Pengukuran Variabel Pengungkapan Korupsi (Y) (Pusdiklatwas BPKP, 2013)
Informasi hasil tanya jawab dengan pihak independen, dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
25.
Skala Interval Informasi hasil
penghitungan ulang, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
26.
Pelaksanaan ulang prosedur yang telah dilaksanakan, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
27.
Informasi hasil observasi, dapat mendukung
pengembangan keterangan lainnya.
28.
91
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN