• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Instalasi Dan Pengaturan Aplikasi Model SWAT

Kebutuhan Perangkat Lunak Dasar

1.  ArcGIS versi 9.3 dan ArcSWAT versi 2009.93.7b atau ArcGIS 10.1 dan ArcSWAT versi 2012.10_1.7/2012.10_1.14/2012.10_1.15 atau ArcGIS 10.2 dan ArcSWAT 201210.2.15 (Pilih salah satu pasangan dari ketiga versi tersebut)

2. Microsoft Office (untuk pengolahan data lanjut). Cara menginstal ArcSWAT

1. Copy installer ArcSWAT dari media yang diberikan atau dapat mendownload di www.swa.tamu.edu.

2. Klik dua kali untuk membuka file installer tersebut, umumnya dengan ekstensi .exe atau .msi hingga keluar jendela ArcSWAT Setup dan klik OK lalu lanjutkan dengan cara penginstalan seperti pada umumnya dan tunggu sampai proses selesai.

Pengaturan Menu ArcWAT di ArcGIS

 ArcSWAT merupakan menu extension dari ArcGIS, sehingga harus diaktifkan. Caranya: 1. Start ArcGIS

2. Pilih menu Customize  dan klik menu Extensions , kemudian centang/klik ArcSWAT 3. Pilih menu Customize  dan klik Toolbars

a. Spatial Analyst

b. SWAT Project Manager c. SWAT Watershed Delineator

Perhatikan bahwa ketiga menu tersebut sudah ada pada bar menu.

3.2. Pengenalan Software Model SWAT dan Pendukungnya

SWAT atau Soil and Water Assessment Tool , merupakan model hidrologi yang dikembangkan untuk memprediksi pengaruh pengelolaan lahan terhadap hasil air, sedimen, muatan pestisida dan kimia hasil pertanian yang masuk ke sungai atau badan air pada suatu DAS yang kompleks dengan tanah, penggunaan lahan dan pengelolaannya yang bermacam-macam sepanjang waktu yang lama (Neitsch et al . 2011). Model SWAT dikembangkan dengan menggunakan interface Sistem Informasi Geografis, dikenal dengan ArcSWAT, sehingga dibutuhkan software ArcGIS untuk dapat menjalankan  ArcSWAT. Software pendukung lainnya yaitu SWATCheck yang berfungsi untuk memeriksa secara umum apakah hasil running sudah relatif benar atau belum. Selain itu dibutuhkan pula Software Microsoft Office yang nantinya digunakan untuk mengolah hasil running dan menyajikannya dalam bentuk grafik atau tabel.

 Apapun interface SWAT yang digunakan, proses running model terdiri dari 3 tahapan utama yaitu (1) tahap pertama merupakan tahap membuat batas DAS dan Sub DAS, (2) tahap kedua merupakan tahap pembentukan HRU (Hydrology Respon Unit ) dan (3) tahap ketiga merupakan tahap SWAT Setup and Run . Pada menu ArcSWAT terdapat menu SWAT Editor yang akan membantu pengguna dalam mengedit beberapa data input untuk disesuaikan dengan daerah kajian. Menu tersebut juga sangat membantu pengguna dalam merencanakan simulasi pengelolaan daerah aliran sungai.

3.3. Pembuatan Projek Model SWAT

Pengaturan Projek SWAT

Sebelum menjalankan aplikasi ArcSWAT, pengguna selalu diminta untuk membuat satu folder terlebih dahulu. Folder tersebut berfungsi untuk menyimpan file hasil running  model. Folder diberi judul sesuai dengan yang diinginkan pengguna atau dapat disamakan dengan nama DAS yang akan dikaji dan disimpan di direktori D atau E, contohnya Ciliwung.

Kemudian lalukan langkah berikut untuk pengaturan projek:

1. Jalankan aplikasi ArcGIS lalu pilih SWAT Project Setup pada toolbar dan pilih New SWAT Project hingga muncul jendela Project Setup.

2. Pada jendela Project Setup pilih Project Directory dan arahkan ke folder Ciliwung yang telah dibuat sebelumnya, lalu klik OK.

3. Setelah selesai melakukan pengaturan untuk projek yang akan dijalankan, maka pengguna dapat mempelajari struktur projek tersebut dengan membuka folder Ciliwung. Struktur projek terdiri dari:

a. Ciliwung.mxd - file projek ArcSWAT yang menyimpan sistem ArcGIS sehingga dapat dimulai ulang dengan peta yang sama.

b. Ciliwung.mdb - file konfigurasi ArcSWAT. Terdiri dari sub-sub file pilihan tertentu terkait dengan input model. c. SWAT2012.mdb - database projek awal

d. RasterStore.mdb –file penyimpan data atribut peta spasial yang dihasilkan selama menjalankan program. e. Scenarios - subfolder yang berisi data input dan ouput

hasil menjalankan model SWAT.

f. Watershed - subfolder yang berisi input peta-peta,

dan peta perantara yang akan dihasilkan selama menjalankan model SWAT. Catatan: jika ingin menghapus projek, cukup hapus folder projek saja. Persiapan Data Input SWAT

Persiapan data-data yang dibutuhkan model SWAT telah dijelaskan pada BAB II.  Data-data tersebut dimasukkan ke dalam model SWAT melalui menu Edit SWAT Input yang ada pada menu ArcSWAT. Sedangkan peta spasial dapat disiapkan dengan bantuan perangkat lunak ArcGIS.

Data curah hujan dan temperatur disiapkan dalam format teks (.txt) dan harus memiliki daftar stasiunnya. Contohnya yaitu:

1. Data curah hujan dan daftar stasiun curah hujan

3.4. Deliniasi Batas Daerah Aliran Sungai (DAS)

Proses running membutuhkan folder yang telah dibuat sebelumnya sebagai tempat penyimpanan hasil. Apabila telah ditutup, maka buka kembali file Ciliwung.mxd. tahapan untuk deliniasi DAS yaitu:

1. Klik Watershed Deliniator sehingga akan muncul jendela Watershed Deliniation.

2. Pangil data DEM Ciliwung, klik lambang folder  pada DEM Setup sehingga muncul jendela Open DEM, pilih Load from Disk   lalu arahkan pada lokasi tempat menyimpan data DEM.

3. Setelah data DEM muncul di layar, menu DEM Projection Setup akan aktif, klik iconnya dan isi Z unit dengan meter.

4. Kemudian klik lambang folder  pada pilihan Mask   untuk memasukkan Mask Ciliwung yang berfungsi untuk mendetilkan daerah DAS yang akan dikaji. Mask yang digunakan dapat berupa Peta Batas DAS atau membuat Mask secara manual. Pilih Load from Disk  dan klik OK untuk memasukkan Peta Batas DAS sebagai Mask, lalu klik Add.

NB: Jika Anda punya peta sungai yang baik untuk suatu DAS, anda dapat menggunakan pilihan Burn-In.  Tools ini juga digunakan untuk memperbaiki keakuratan hasil deliniasi jaringan sungai.

5. Kemudian Klik flow direction and acculumation .

7. Langkah selanjutnya adalah menentukan titik outlet, bisa langsung memilih yang sudah dihasilkan model ataupun membuat titik outlet baru sesuai dengan koordinat SPAS yang ada di lapangan. Apabila ingin membuat titik outlet baru maka pada menu edit manually, klik add point, lalu buat titik sesuai instruksi pada jaringan sungai yang telah ditentukan. Setelah titik dibuat, maka langkah selanjutnya adalah memilih titik outlet tersebut sebagai outlet utama DAS. Klik menu Whole watershed outlet lalu pilih titik ooutlet yang telah dibuat sebelumnya.

8. Kemudian klik Delineate watershed   untuk membatasi DAS yang telah dipilih outletnya, sehingga terbentuklah batas DAS.

9. Klik Calculate subbasin parameters untuk mendapatkan data karakteristik DAS dari DEM yang digunakan dan klik OK apabila proses telah selesai kemudian klik Exit.

NB: Tampilan sebelah kanan menunjukkan DAS yang telah dibuat batasnya. Peta tersebut menunjukkan jaringan sungai dan outlet sungai. Perhatikan bahwa DAS telah dibagi menjadi beberapa SubDAS.

3.5. Pembentukan HRU (Hydrologic Response Unit )

SWAT menggunakan pembagian Sub DAS sebagai dasar pembagian untuk unit respon hidrologi (HRU). Masing-masing HRU merupakan kombinasi dari penggunaan lahan, tanah dan kelas lereng yang homogen.

Membuat HRU

1. Pada jendela ArcSWAT, klik HRU Analysis. Kemudian pilih Land Use/Soils/Slope Definition  sehingga akan muncul jendela Land Use/Soils/Slope Definition. Pada  jendela tersebut, kita akan mendefinisikan penggunaan lahan, tanah dan lereng.

2. Pada jendela Land Use/Soils/Slope Definition, pilih data Penggunaan lahan (Landuse Data ), dengan mengklik lambang folder di bawah landuse grid  dan akan keluar jendela Select Landuse data, pilih “load landuse dataset(s) from disk ”, kemudian pilih peta penggunaan lahan yang akan digunakan kemudian akan keluar  jendela info, dan klik Ok . Kemudian pilih menu Choose grid field, untuk menentukan informasi mana yang akan digunakan dalam pendefinisian data land use , pilih value.

kemudian akan muncul jendela SWAT Land Use, lalu pilih crop  (merupakan database land use), klik OK   dan pilih FRST. Jika semua data land use   telah didefinisikan maka klik reclassify . Cara lainnya untuk mendefinisikan setiap kelas penggunaan lahan yaitu menggunakan table LookUp Table  yang harus disiapkan sebelum menjalankan model.

3. Kemudian lanjutkan dengan Soil Data dan “load soil dataset(s) from disk ”, arahkan ke folder tempat menyimpan data dan pilih peta tanah yang akan digunakan, sehingga akan keluar jendela info, kemudian klik Ok . Kemudian pilih menu Choose grid field, untuk menentukan informasi mana yang akan digunakan dalam pendefinisian data

data tanah telah didefinisikan maka klik reclassify . Dapat juga menggunakan menu LookUp Table untuk mendefinisikan setiap jenis tanah.

Catatan: jika pada tahap ini Anda menyadari bahwa anda telah melupakan menambahkan data penggunaan lahan dan tanah pada database projek, tutup kembali  jendela HRU Analysis, tambahkan dulu kedua data tersebut ke database projek dan

mulai kembali pendefinisian HRU melalui jendela awal ArcSWAT.

4. Kemudian tentukan data lereng dan pada menu Slope discretization  pilih multiple slope, dan pilih 5 kelas pada “number of slope classes ” . Dan kemudian tentukan batas kelas slopenya dengan menggunakan: 0-8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan

5. Setelah langkah ini selesai kemudian klik “overlay” pada tampilan jendela.

6. Lalu klik menu HRU definition  pada menu HRU Analysis sehingga muncul jendela HRU Definition. Klik pilihan Multiple HRU’s  dan threshold “percentage” . Kemudian tentukan nilai persentasenya, pada projek ini digunakan 10% untuk landuse, 10% untuk tanah, dan 5% untuk slope. Dan kemudian klik Create HRUs.

7. Kemudian pilih kembali menu HRU analysis  dan pilih HRU analysis report, sehingga muncul jendela HRU Analysis Report.

Mempelajari Muatan FullHRUs

 Apabila pengguna menampilkan laporan dari menu HRU Analysis Report, maka pengguna dapat mengetahui berapa jumlah HRUs yang terbentuk pada DAS yang sedang dikaji dan terdiri dari kombinasi apa saja setiap HRUs tersebut. Laporan ini dapat membantu pengguna dalam melakukan analisis lebih lanjut. Laporan tersebut menunjukkan luas dan distribusi persentase masing-masing penggunaan lahan, tanah, dan kelas kemiringan lereng untuk keseluruhan DAS, masing-masing SubDAS dan HRUs.

3.6. Pengaturan Input dan Menjalankan Model SWAT

Cara Mendefinisikan Data Iklim dalam SWAT

 ArcSWAT meminta pengguna untuk menyediakan data hujan, suhu udara, radiasi matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin. Jika data harian untuk radiasi matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin tidak ada, maka model akan membangkitkan data-data tersebut berdasarkan pada Weather Generator   yang telah dibangun oleh pengguna.

Terdapat dua cara untuk penyediaan data iklim tersebut:

1. Menggunakan data iklim global yang tersedia di website. Data tersebut telah disiapkan sesuai dengan format yang dibutuhkan ArcSWAT dan akan menjadi input untuk  ArcSWAT secara otomatis. Ada beberapa stasiun terdekat dengan DAS yang dapat

diperoleh dari data global, pilih stasiun yang paling dekat dengan masing-masing subDAS dan buat file hujan dan suhu udara yang dibutuhkan.

2. Menggunakan file teks dengan struktur yang sama untuk daftar stasiun hujan, suhu udara, kelembaban relatif, radiasi matahari dan kecepatan angin tetapi menggunakan data yang disiapkan pengguna dari sumber lokal.

Cara ke 2 merupakan pilihan terbaik jika pengguna memiliki sumber lokal, karena data stasiun global sering kali menunjukkan pola iklim yang sangat berbeda dengan DAS yang kita kaji. Penyiapan data iklim sebagaimana telah dijelaskan pada Sub Bab 3.3.

Mendefinisikan Data Iklim dan Menulis File Input SWAT

Sekarang, kita akan mendefinisikan data iklim untuk projek SWAT yang kita kerjakan. 1. Pada menu Write Input Tables  pilih Weather Stations sehingga muncul jendela

Weather Data Definitian. Kemudian masukan data iklim untuk masing-masing parameter, yaitu data Weather Generation, data curah hujan, data suhu, data kelembapan nisbi, data radiasi matahari, dan data kecepatan angin. Tampilannya adalah sebagai berikut:

2. Setelah memasukkan data iklim, kemudian pilih menu “Write SWAT Input Tables”, dan akan keluar jendela Write SWAT Database Tables   dan kemudian klik Select  All  pada kiri bawah jendela, dan klik create tables .

3. Setelah tampilan jendela “done building selected tables” keluar, klik ok .

Menjalankan SWAT

1. Pilih menu SWAT Simulation  pada ArcSWAT dan pilih Run SWAT, kemudian tentukan berapa tahun data yang akan disimulasi. Pada projek ini simulasi dilakukan

Pada projek ini dipilih daily. Jangan lupa untuk memilih spesifikasi PC yang digunakan, apakah 32 byte atau 64 byte. Dan kemudian klik Setup SWAT Run, dan klik OK.

2. Kemudian pilih “Run SWAT” dan akan keluar tampilan jendela running model, kemudian dan klik OK.

3.7. Luaran/output Model SWAT

Ouput yang sudah diimport sebelumnya merupakan luaran model dalam format table (access database). Output tersebut terdapat masing-masing pada level sungai (output.rch), sub DAS (output.sub) dan HRU (output.hru). selian itu, luaran model SWAT  juga disajikan dalam format teks. Tampilan output.std adalah sebagai berikut:

3.8. Parameter-parameter Sensitif dalam Model SWAT

Parameter-parameter sensitif untuk setiap DAS berbeda-beda tetapi pada umumnya bisa saja terdiri dari beberapa parameter berikut ini:

1. Bilangan kurva aliran permukaan (CN2) 2. Konduktivitas hidrolik efektif (CH_K(1)) 3. Konstanta aliran dasar (αBF)

4. Kadar air tersedia (AWC)

5. Kekasaran saluran utama (CH_N(2)) 6. Kekasaran permukaan (OV_N)

7. Surface runoff lag coefficient  (surlag)

8. Waktu tunda terjadinya recharge akuifer (gw_delay) 9. LAI maksimum potesial

10. EPCO: plant uptake conpensation factor (ET/SW: tinggi)

11. ESCO: soil evaporation conpensation factor (gerakan kapiler: rendah).

Beberapa nilai parameter tersebut merupakan nilai kisaran yang dapat dilihat pada file pdf SWAT Theory Final  dan SWAT Input Output Documentation. Setelah nilai kisarannya diketahui, maka pengguna harus menetapkan satu angka yang akan digunakan sebagai nilai masing-masing parameter berdasarkan kondisi DAS. Kemudian nilai-nilai tersebut harus diinput ke dalam model sebelum dilakukan proses running model. Cara menginput data-data tersebut ke dalam model yaitu dengan menggunakan menu Edit SWAT Input yang ada pada menu utama ArcSWAT.

1. Klik Edit SWAT Input, lalu pilih Subbasins Data dan kemudian pilih file mana yang akan diedit terlebih dahulu, misalnya nilai bilangan kurva, maka pilih file management, identifikasi subbasin, Land Use, Soils dan Slope yang akan diedit nilai bilangan kurvanya lalu klik OK sehingga jendela Edit Management Parameters muncul. Kemudian edit nilai bilangan kurva pada kolom CN2.

2. Kemudian edit nilai parameter lainnya dengan cara yang sama tetapi tentukan terlebih dahulu file pada SWAT Input Table sesuai parameter yang diinginkan.

3.  Apabila semua nilai parameter sudah selesai diedit, maka running kembali model pada menu SWAT Run dan lihat hasilnya.

3.9. Prosedur Kalibrasi dan Validasi

Kalibrasi

Proses kalibrasi suatu model, apapun model yang digunakan, sangat penting dilakukan. Hal ini terkait dengan ketepatan model tersebut dalam memberikan gambaran terhadap proses yang sebenarnya terjadi di lapangan. Apabila hasil model telah memberikan gambaran yang baik terhadap hasil observasi maka hasil model tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya dan untuk simulasi skenario yang diperlukan. Model telah cukup baik apabila debit hasil model memiliki kemiripan dengan debit hasil model. Kalibrasi pada umumnya dilakukan terhadap input model baik parameter, struktur maupun variabel. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:

1. Menyandingkan data debit hasil model dengan data hasil observasi untuk melihat pola kemiripaannya.

2. Hitung nilai keakuratan model memprediksi debit dengan fungsi objektif. Salah satu fungsi objektif yang dapat digunakan adalah metode Nash-Sutcliffe (Ahl et al . 2008).  Adapun persamaannya yaitu sebagai berikut:

NS = 1

- 

                    

2 2  y  y  y  y

dimana y adalah debit aktual yang terukur (mm), ŷ adalah debit hasil simulasi (mm), dan   adalah rata-rata debit terukur. Efisiensi model Nash-Sutcliffe dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu baik jika NS 0.75, memuaskan jika 0.75 > NS > 0.36, dan kurang memuaskan jika NS < 0.36.

3. Apabila belum terdapat kemiripan maka proses kalibrasi dilakukan berdasarkan pola debit yang dihasilkan model.

4. Melalui pola tersebut dapat dijustifikasi parameter apa saja yang sangat mempengaruhi hasil model.

5. Kemudian proses kalibrasi dimulai dengan memilih menu SWAT Simulation  – Manual Calibration Helper, kemudian akan muncul jendela Manual Calibration.

6. Pada jendela Manual Calibration  dapat dipilih parameter yang akan digunakan selama proses kalibrasi, mulai dari Alpha_BF sampai Sol_No3. Hal yang perlu diingat oleh pengguna adalah tidak semua parameter tersebut harus dimasukkan dalam proses kalibrasi. Pemilihan parameter sangat tergantung pada pola debit yang dihasilkan. 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 CH Q simulasi Q observasi  H   u  j    a  n  (    m  m  )      D    e     b   i   t     (   m    3     /     d   e   t    i     k     )

7. Jika pengguna telah menentukan suatu parameter, misalnya Cn2, maka pilih Cn2 pada Select  Parameter lalu pilih metode yang akan digunakan pada Mathematical Op, apakah multiply by, replace by atau add. Parameter yang dipilih tersebut dapat diterapkan pada seluruh subbasin ataupun subbasin tertentu, jenis Land Use, Soils ataupun Slope tertentu pula tergantung pada hasil analisis pengguna. Lalu klik Update Parameter.

8. Setelah itu, pilih menu Edit SWAT Input – Rewrite SWAT Input Files. Tahapan ini penting diingat oleh pengguna karena setiap kali pengguna merubah nilai input untuk parameter tertentu, maka setiap itu pula pengguna harus memilih menu Rewrite SWAT Input Files. Jika hal ini terlewat, maka model tetap membaca input awal yang telah dilakukan pengguna.

9. Kemudian pilih kembali menu SWAT Simulation untuk menjalankan kembali model yaitu dengan memilih menu Run SWAT. Kemudian ulangi langkah yang sama seperti yang telah dijelaskan pada Sub Bab 3.3.

10. Setelah proses running tersebut, maka tampilkan kembali data debit observasi vs debit model hasil kalibrasi, dan hitung kembali nilai NS. Apabila nilai NS telah masuk kategori sedang, pengguna bisa saja menganggap proses kalibrasi selesai, atau jika ingin Nilai NS menjadi baik, maka pengguna melanjutkan kalibrasi dengan cara yang sama tetapi dengan mempertimbangkan parameter yang sensitive lainnya.

 Validasi Model SWAT

 Validasi model merupakan proses untuk menguji parameter yang telah dikalibrasi dengan suatu set data tanpa perubahan terhadap parameter-paramter tersebut. Pada tahap ini, pengguna perlu menentukan data tahun berapa yang akan digunakan untuk memvalidasi model. Misalnya terpilih tahun 2012, maka semua parameter input yang digunakan harus data tahun 2012 dan semua parameter yang telah dikalibrasi pada tahap sebelumnya. Setelah penentuan input, maka pengguna menjalankan model seperti yang telah dijelaskan pada Sub Bab 3.4, 3.5 dan 3.6. Kemudian, hasil model dinilai dengan fungsi objektif seperti yang telah dijelaskan pada materi Sub Bab 3.7.

3.10. Identifikasi HRU yang Bermasalah

Identifikasi HRU/Subbasin yang bermasalah ditujukan untuk mengetahui HRU/ Subbasin mana saja yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap kerusakan DAS. Dengan demikian rencana pengelolaan dapat diterapkan secara spesifik pada daerah tersebut sehingga hasilnya dapat diketahui secara cepat. Apabila hasil yang diberikan belum sesuai dengan harapan, maka pengguna dapat mensimulasikan rencana pengelolaan lainnya sampai diperoleh hasil yang baik. Hal yang perlu diketahui yaitu

membandingkannya dengan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P. 61/Menhut-II/2013 tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS. Parameter yang akan dinilai yaitu nilai C (koefisien runoff) dan KRS (Koefisien Rejim Sungai).

 Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Membuka file output model dengan cara membuka folder tempat Anda menyimpan file projek. Pada folder tersebut Anda akan melihat ada 4 sub folder yaitu Scen, TablesIn, TablesOut dan TxtInOut sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Kemudian Anda dapat melihat hasil menjalankan model pada folder TablesOut ataupun TxtInOut. Pada TablesOut, hasil running model disajikan dengan format Microsoft  Access sehingga memudahkan pengguna dalam proses analisis hasil. Sedangkan pada

folder TxtInout, hasil disajikan dalam format teks.

2. Jika Anda memilih hasil dalam format Access, maka klik SWATOutput lalu pilih sub untuk melihat nilai curah hujan dan aliran permukaan yang akan digunakan untuk

3. Kemudian copy kolom sub, PRECIPmm dan SURQmm  ke excel untuk proses pengolahan data. Nilai C dihitung dengan membandingkan nilai aliran permukaan terhadap besarnya curah hujan untuk masing-masing subbasin. Lalu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P. 61/Menhut-II/2013 tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS tentukan subbasin mana yang memiliki status baik, sedang atau jelek. Berdasarkan hasil analisis data contoh diketahui bahwa seluruh subbasin di Sub DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam kategori sedang berdasarkan nilai C. Dari 15 subbasin, subbasin 3, 4, 5, 7, 8, 9 memiliki nilai C yang mendekati kategori jelek yaitu berkisar antara 41-49%. Oleh karena itu, keenam subbasin tersebut diasumsikan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kerusakan DAS. Visualisasi status DAS tersebut disajikan pada gambar dibawah ini.

4. Kemudian hitung nilai KRS setiap subbasin dengan membandingkan nilai debit maksimum dengan debit minimumnya. Buka file rch  pada SWATOutput.mdb. Lalu copy kolom subbasin dan FLOW_OUTcms ke file excel untuk memudahkan analisis.

5. Setelah identifikasi subbasin/sub DAS yang memberikan kontribusi besar terhadap kerusakan DAS, maka tahap selanjutnya adalah menentukan rencana pengelolaan apa yang akan diterapkan sehingga dapat memperbaiki kondisi DAS. Simulasi rencana pengelolaan dapat dilakukan seperti langkah-langkah yang telah dijelaskan pada Sub Bab 3.11.

6. Simulasi perencanaan juga dapat dilakukan melalui simulasi nilai CN setiap penggunaan lahan. Sebelum simulasi, harus diketahui nilai CN awal dari setiap penggunaan lahan. Hal ini dapat diketahui dengan cara masuk ke menu Edit SWAT Input, pilih Subbains Data sehingga muncul jendela Edit Subbasins Inputs  dan pilih tabel Management(.Mgt) lalu pilih  subbasin, Land Use, Soils, dan Slope dan klik  OK .

7. Kemudian akan muncul jendela Edit Management Parameters. Pada jendela ini diketahui bahwa nilai CN untuk AGRR adalah sebesar 85. Nilai CN untuk jenis Land Use

Dokumen terkait