BAB I PENDAHULUAN
A. Teori Yang Berhubungan Dengan Judul Penelitian
5. Opini Audit Going Concern
Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas- aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas
28 diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit pada suatu periode mempunyai sifat sementara, sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Ketika suatu entitas dinyatakan going concern, artinya entitas tersebut dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan mengalami likuidasi dalam jangka waktu
pendek. Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang
dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan
operasinya. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah going
concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer opinion Setyarno, Januarti dan Faisal (2007).
Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap
akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu pendek.
29 Laporan keuangan yang disiapkan pada asumsi bahwa perusahaan
tidak going concern. Laporan keuangan yang disampaikan pada dasar
going concern akan mengasumsikan bahwa perusahaan akan bertahan melebihi jangka waktu pendek.
Opini audit going concern unqualified / qualified adalah opini
audit yang diberikan kepada auditee dimana selain terdapat opini atas
laporan keuangan, juga dimodifikasi dengan pertimbangan auditor
terhadap ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan going concern disclaimer
opinion adalah opini audit dimana auditor tidak memberikan opini atas
laporan keuangan auditee dikarenakan pertimbangan auditor terhadap
ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan. Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau
hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern
Report yang harus dipilih. Karena pemberian status Going Concern bukanlah suatu tugas yang mudah Koh dan Tan dalam Mutriyatmi (2003). SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus :
30
1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat.
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut.
1. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.
3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi
klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar.
Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor dalam menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat
31
modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam
penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.
Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari Mirna dan Indira (2007), masalah going concern terbagi dua, yaitu
masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai going
concern adalah :
a. Kerugian usaha yang besar dan secara berulang atau kekurangan
modal kerja.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada
saat jatuh tempo dalam jangka pendek.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak
diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perubahan yang tidak biasa.
d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah
terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
32 Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern Sumber : IAI : SPAP, 2001
Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa yang berdampak terhadap kelangsungan hidup entitas?
Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas? SA Seksi 508 (PSA No. 29) Apakah ada rencana manajemen ? Tidak memberikan Pendapat Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan ? Tidak memberikan Pendapat Apakah cukup pengungkapa
Pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat Tidak Wajar
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a
Matter) Pendapat Wajar Tanpa
33 6. Earning Per Share (EPS)
Investor seringkali menggunakan informasi laporan keuangan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perusahaan. Investor bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan laba bersih yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara jumlah laba bersih dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat
diketahui melalui rasio Earning Per Share.
Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per
saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per
saham. Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS).
34
mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat
luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan
bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen
Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2010:116)
mendefinisikan Earning Per Share (EPS) sebagai berikut : Earning per
Share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilaan usaha yang dilakukannya.
Menurut Irham Fahmi (2012), mendefinisikan earning per share
sebagai berikut : “Bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki”. Menurut
Sofyan Syafri Harahap (2009) berpendapat “Rasio Laba Per Lembar
Saham ini menujukan berapa besar kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba”.
Menurut Zaki Baridwan (2008) mendefinisikan Earning per Share
(EPS) sebagai berikut :16 “Earning per Share (EPS) atau laba per lembar