• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Opini Audit

Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.

Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian atau opini disclaimer.

Pada PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor.

Kieso, Weygandt,dan Warfield (2001:479) menyatakan sebagai berikut ini: “Profesi akuntansi juga mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan entitas untuk tetap beroperasi selama periode waktu yang layak atau tidak melebihi satu tahun dari tanggal laporan keuangan”.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat diketahui secara nyata bahwa auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi kemampuan ekonomi suatu entitas bisnis, khususnya bank dalam penelitian ini, selain untuk memberikan opininya atas kesimpulan yang didapatkan oleh auditor selama periode pemeriksaan. Keraguan substansial yang diperoleh oleh auditor, juga merupakan salah satu pertimbangan dalam pemberian opini audit, meskipun tidak mengubah opini yang telah diberikannya sebelumnya.

Arens, Elder dan Beasley (2003:68) menyatakan bahwa opini atau pendapat audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Secara umum, ada empat jenis pendapat atau opini audit yang diberikan oleh auditor yaitu: wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) serta tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Namun, pendapat wajar tanpa pengecualian, terdiri dari dua jenis laporan audit, yaitu laporan audit wajar tanpa pengecualian tanpa paragraf penjelasan (standard unqualified opinion) dan laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified opinion with explanatory paragraph).

1. Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Laporan audit dengan opini ini dapat dibagi dalam dua jenis yaitu: a. Opini audit wajar tanpa pengecualian tanpa paragraf penjelasan

(standard unqualified opinion). Arens, Elder dan Beasley (2003:70) menyatakan laporan audit wajar tanpa syarat dapat diterbitkan bila

memenuhi beberapa kondisi-kondisi tertentu. Kondisi tersebut antara lain:

• Seluruh laporan keuangan, baik neraca maupun laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas telah lengkap.

• Semua aspek dari standar umum yang digunakan oleh auditor yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) maupun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), telah dipatuhi dalam penugasan audit itu.

• Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor yang melakukan pemeriksaan telah melaksanakan prosedur audit dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya mampu menyimpulkan bahwa semua standar pekerjaan lapangan telah terpenuhi.

• Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti pula bahwa pengungkapan informasi yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan.

• Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.

b. Opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat (unqualified opinion with explanatory paragraph). Arens, Elder dan Beasley (2003:71) memberikan beberapa penyebab-penyebab utama sehingga auditor merasa perlu untuk menambahkan

paragraf penjelasan dalam laporan auditnya. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

• Tidak adanya konsistensi yang dilakukan oleh entitas atau satuan usaha dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Adanya keraguan auditor atas kemungkinan ketidakpastian atas kemampuan suatu entitas usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).

• Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Penekanan pada suatu masalah tertentu yang dihadapi oleh entitas usaha seperti kemungkinan adanya kewajiban kontigensi.

• Laporan audit sebelumnya yang melibatkan auditor lainnya.

Untuk keempat penyebab pertama dibutuhkan suatu paragraf penjelasan. Pada masing-masing kasus, tiga paragraf standar yang biasa diberikan oleh auditor dalam laporan auditnya tetap disertakan tanpa dibubuhi modifikasi apapun, kemudian ditambahkan sebuah paragraf penjelasan dan baru diikuti dengan paragraf pendapat. Hanya pembuatan laporan yang melibatkan auditor lain sebelumnya, yang memerlukan suatu modifikasi kalimat. Laporan ini berisi tiga buah paragraf dan keseluruhan paragraf tersebut mengalami modifikasi. 2. Opini Audit Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Arens, Elder dan Beasley (2003:77) menyatakan sebagai berikut: “ Laporan wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan akibat dari

pembatasan ruang lingkup audit atau kegagalan dalam mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar dengan pengecualian hanya dapat diterbitkan pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan dengan wajar”.

Laporan wajar dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian baik atas lingkup dan pendapat audit, maupun pengecualian atas pendapat saja. Suatu pengecualian atas lingkup dan pendapat audit dinyatakan hanya pada saat auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang diwajibkan didalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), disebabkan oleh pembatasan ruang lingkup audit oleh klien maupun kondisi-kondisi lain yang ada. Sementara itu, penggunaan suatu pengecualian atas pendapat saja terbatas pada situasi-situasi tertentu dimana laporan keuangan yang disajikan oleh klien, tidak disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Ketika auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, maka auditor harus menggunakan istilah kecuali dalam paragraf opini. Artinya, auditor merasa puas bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan benar, “kecuali” pada beberapa aspek tertentu saja dari laporan keuangan yang disusun oleh klien.

3. Opini Audit Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Arens, Elder dan Beasley (2003:78), menyatakan bahwa : “ Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar

sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”.

Dari pernyataan diatas, maka laporan audit tidak wajar mengindikasikan bahwa hasil kajian mendalam auditor dalam proses pemeriksaan, menemukan bahwa terdapat banyak ketidaksesuaian antara laporan keuangan yang disusun klien dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam jumlah yang sangat material, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

4. Opini Audit Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003:78), “ Laporan audit tidak memberikan pendapat diterbitkan pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan dengan wajar”.

Kewajiban auditor untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut kode etik profesional antara auditor dengan kliennya.Kedua situsi ini tentunya mencegah auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor pun memiliki pilihan untuk menolak memberikan pendapat pada suatu masalah yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan.

Penolakan pemberian pendapat ini berbeda dengan pendapat tidak wajar, sebab penolakan pemberian pendapat terjadi pada saat auditor kurang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan, sementara untuk menyatakan pendapat tidak wajar, seorang auditor harus memiliki pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penolakan pemberian pendapat maupun pendapat tidak wajar hanya diberikan pada kondisi yang menyebabkan dikeluarkannya salah satu dari kedua jenis pendapat tersebut, sangat material jumlah penyimpangannya.

Dokumen terkait