• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Indeks oral higiene dapat ditentukan dari jumlah gigi yang diperiksa yaitu hanya 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula.

bukal labial bukal 6 1 6 6 1 6 lingual labial lingual

Apabila salah satu gigi tersebut di atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi tetangganya. Indeks oral higiene ini dapat diukur bila paling sedikit ada 2 gigi dari 6 gigi yang ditentukan. Gigi yang diperiksa/diukur adalah gigi-gigi yang sudah erupsi sempurna.

Indeks oral higiene terdiri atas indeks oral debris dan indeks kalkulus. a. Indeks Oral Debris

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat diatas permukaan gigi yang terdiri atas musin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris

Skor Kriteria 0 Tidak ada debris atau stain

1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Ada extrinsik stain tang tidak tergantung pada luas permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris

2 Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009

b. Indeks Kalkulus

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati.

Ada dua macam kalkulus :

1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat disebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. 2. Kalkulus subgingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual

dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan darah.

Tabel 2.2. Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus

Skor Kriteria 0 Tak ada karang gigi

1 Karang gigi supra gingiva yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 Karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau adanya bercak karang gigi sub gingiva yang tidak melingkari leher gigi.

3 Karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi dan/atau karang gigi sub gingiva yang dengan tidak putus-putus mengelilingi bagian leher gigi.

2.4. Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang semua golongan usia, yang mempunyai sifat progresif bila tidak

Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009

dirawat/diobati akan makin parah. Hasil studi morbiditas SKRT-Susenas 2001 menunjukkan dari prevalensi 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, maka penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (SKRT 2001, DepKes, 2004).

Hasil studi SKRT 2001 menyatakan 52,3% penduduk usia 10 tahun ke atas mengalami karies gigi yang belum ditangani. Prevalensi karies umur 10 tahun ke atas adalah 71,2% dengan catatan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada umur lebih tinggi, pendidikan lebih rendah, serta status ekonomi lebih rendah. Hal yang memprihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan dan atau pencabutan mencapai 82,5%. Berdasarkan SKRT 2001, rata-rata 16 gigi dicabut pada umur 65 tahun ke atas.

Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok 12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies yang menurut WHO dinyatakan dengan indeks DMFT. Profil Kesehatan Gigi di Indonesia (2001) memperlihatkan skor DMFT pada kelompok anak usia 12 tahun adalah 2,69. Selain DMFT, WHO juga menjadikan indikator status kesehatan gigi di suatu negara dengan prevalensi penyakit periodontal anak usia 8-14 tahun. Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan Republik Indonesia diperoleh angka 60% pada anak usia 8 tahun dan 90% pada anak usia 14 tahun. Selain itu dilaporkan pada penduduk usia 10 tahun ke atas, 46% mengalami penyakit periodontal, dan prevalensi ini semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi. Kondisi ini dihubungkan dengan perilaku terhadap

Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009

kesehatan gigi yang kurang baik. Apa yang diuraikan di atas mencerminkan minimnya derajat kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia.

Status kesehatan gigi dan mulut dapat digambarkan dengan indikator sebagai berikut (WHO, 1997):

1. Indeks pengalaman karies (DMFT) merupakan indikator dari keadaan gigi yang mengalami kerusakan, hilang atau ditambal akibat adanya karies.

2. Indeks penyakit periodontal merupakan indeks CPITN (WHO) untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan kebutuhan perawatannya.

3. Indeks kebersihan mulut yang merupakan indikator untuk melihat kebersihan mulut dengan melihat ada tidaknya debris dan kalkulus.

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Gigi

Menurut Murphy, faktor perilaku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang (Health Bulletin, 2004). Perilaku kesehatan terdiri atas perilaku tertutup seperti pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan, dan perilaku terbuka berupa tindakan atau praktek kesehatan seperti menyikat gigi. Mengubah perilaku manusia bukanlah usaha yang mudah. Hal ini disebabkan manusia merupakan individu yang mempunyai sikap, kepribadian dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Untuk itu, diperlukan kesungguhan dari berbagai komponen masyarakat untuk ikut andil dalam mengubah perilaku (Herijulianti dkk, 2002).

Pernyataan ini mendukung apa yang telah diuraikan oleh Wright (1987) dalam kaitannya dengan status kesehatan gigi anak dengan terlibatnya 3 komponen yaitu anak, orangtua/guru dan tenaga kesehatan. Hubungan ini digambarkan dalam bentuk

Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009

segitiga sama sisi yang disebut dengan Paedodontic Treatment Angle.

Dokumen terkait