• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada perancangan orang utan, penulis menggunakan orang utan Borneo (Pongo pygmaeus) yang sangat terkenal dan sering ditemukan di Kalimantan. Perancangan aset orang utan terbagi lagi menjadi dua; ibu dan anak orang utan. Berikut adalah fakta seputar orang utan yang telah dikumpulkan.

Tabel 3.3. Informasi Orang Utan

Keterangan Orang utan betina dewasa Anak orang utan Tinggi 1-1,2 meter Kurang lebih 60 cm

Berat 48 – 55 kg -

Deskripsi Fisik

 Memiliki tubuh kecil dengan rambut pendek berwarna coklat kemerah-merahan yang gelap (Kuswanda, 2014, hlm. 29).

78

 Panjang lengan lebih panjang dan kuat daripada

kakinya, dan bisa mencapai dua meter.

Dari tabel di atas, penulis kemudian dapat merancang aset dengan mengumpulkan beberapa referensi foto dan ilustrasi yang kemudian digunakan untuk membuat moodboard agar dapat mendapatkan warna yang mencerminkan orang utan. Berikut adalah moodboard yang telah dibuat dan juga sketsa yang telah penulis lakukan.

Gambar 3.33. Moodboard Orang Utan (Dokumentasi pribadi)

79 Gambar 3.34. Sketsa Orang Utan

(Dokumentasi pribadi)

Penulis merancang desain orang utan betina dewasa terlebih dahulu dan menemukan bahwa basic body shape dari orang utan ini adalah kotak atau segi lima. Penulis kemudian bereksplorasi terhadap bentuk tersebut dan dapat dilihat pada kotak berwarna kuning. Pada desain pertama, bentuk badan orang utan betina dewasa ini berdasarkan dari bentuk geometri kotak. Namun, desain pertama ini membuatnya menjadi terlihat lebih maskulin daripada sebelumnya. Hal ini dikarenakan kotak memiliki persepsi mengenai stabilitas, keamanan, dan kejantanan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kesan orang utan betina yang sebenarnya.

Sehingga, penulis mencoba menggunakan bentuk dasar lingkaran.

Pada eksplorasi bentuk dasar lingkaran, orang utan ini memiliki kesan yang lebih friendly dan ada rasa kesenangan, seperti yang telah

80 dikatakan Tillman (2011). Terakhir, penulis ingin mencoba menggunakan dasar bentuk segitiga terbalik, dimana sudutnya ada di bawah. Namun, hal ini tetap membuat kesan dari orang utan menjadi kuat seperti bentuk dasar kotak. Tillman (2011) mengatakan bahwa segitiga sendiri memiliki makna agresif dan konflik. Penulis kemudian menggunakan bentuk dasar lingkaran agar orang utan betina ini lebih sesuai dengan konsep. Berikut adalah beberapa eksplorasi yang telah penulis buat.

Gambar 3.35. Desain Awal Orang Utan

(Dokumentasi Pribadi)

Gambar di atas merupakan eksplorasi pertama yang telah dilakukan.

Warna yang digunakan terasa lebih pucat dan keruh. Pada wajah orang utan ini, di bawah matanya penulis berikan dua garis untuk menunjukkan kantong mata yang ada pada orang utan, dan juga membuat garis di atas mata untuk menandakan rongga mata yang pada dalam kepala orang utan.

Untuk memberikan kesan depth pada rongga mata, penulis memberikan warna gradasi berwarna abu-abu gelap dan memberikan efek grain. Pada badan orang utan ini, penulis juga menggunakan efek grain agar menambahkan depth pada area badan, dan juga memberikan tekstur garis

81 yang kasar. Garis ini menggunakan outline default dari pen tool. Selain itu, badan orang utan ini masih memiliki sudut-sudut yang sedikit tajam.

Ekstrom (2013) juga mengatakan bahwa bentuk lingkaran memberikan kesan yang aman dan friendly (hlm. 6). Sehingga, penulis memutuskan untuk mengeksplorasi kembali aset orang utan betina ini.

Berikut adalah hasil eksplorasi yang telah dilakukan.

Gambar 3.36. Desain Kedua Orang Utan

(Dokumentasi Pribadi)

Penulis merancang desain tubuh dari orang utan ini memiliki bentuk yang lebih rounded agar mendapatkan kesan friendly tersebut. Kemudian, pada bagian wajahnya, penulis menghilangkan dua garis kantong mata pada desain pertama agar tidak terkesan terlalu tua dan lelah. Kemudian, penulis juga mengganti rongga matanya dengan gradasi warna abu-abu tua tanpa efek grain. Kemudian, warna orang utan ini juga diganti menjadi warna coklat kemerahan yang lebih muda. Pattern pada tubuh orang utan juga diganti warnanya dan menyesuaikan dengan daerah gelap orang utan tersebut. Pada daerah gelap orang utan tersebut, garis tersebut memiliki

82 warna yang lebih terang, sedangkan pada daerah yang terang, garis memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini dilakukan agar garis pada orang utan tersebut terlihat dengan jelas. Kemudian, penulis juga menambahkan sepasang telinga pada orang utan dengan efek gradasi dan grain. Sehingga berikut adalah desain final dari orang utan betina dewasa.

Gambar 3.37. Desain Final Orang Utan

(Dokumentasi Pribadi)

Kemudian pada perancangan aset bayi orang utan, penulis melihat kembali dari foto-foto referensi dan moodboard yang telah dikumpulkan.

Bayi orang utan tersebut memiliki daerah berwarna krem pada daerah mata dan juga mulutnya. Sehingga perlu ditaruh ke dalam aset desain ini. Berikut adalah hasil eksplorasi desain.

83 Gambar 3.38. Desain Awal Anak Orang Utan

(Dokumentasi Pribadi)

Pada perancangan ini, penulis menggunakan warna yang hampir sama dengan aset desain orang utan betina tersebut namun memiliki warna badan yang lebih muda. Penulis juga membuat rambut bayi ini berbeda dengan betina dewasa tersebut. Pada referensi foto, bayi orang utan ini memiliki rambut tipis yang jabrik ke atas. Sehingga, penulis membuat rambut bayi orang utan tersebut dengan tiga bentuk dasar segitiga yang membuat kesan rambut tersebut menjadi jabrik-jabrik. Kemudian, penulis juga menambahkan beberapa garis yang sama dengan yang ada pada sekeliling tubuh bayi orang utan tersebut. Kemudian, sama seperti pada orang utan betina dewasa, ada garis-garis pada tubuh bayi orang utan tersebut dan memiliki warna coklat gradasi agar dapat menunjukkan shadow dari tubuh.

Penulis kemudian juga merevisi bagian telinga dari bayi orang utan tersebut dengan menggunakan warna gradasi dan memiliki efek grain.

Sehingga, berikut adalah desain dari bayi orang utan tersebut.

84 Gambar 3.39. Desain Kedua Anak Orang Utan

(Dokumentasi Pribadi)

Namun, saat diperiksa kembali, terdapat beberapa hal yang dapat diubah agar aset anak orang utan ini mencerminkan pada anak orang utan pada aslinya. Terdapat kesalahan pada warna telinga anak orang utan tersebut. Berdasarkan foto referensi tersebut, anak orang utan seharusnya memiliki warna telinga krem yang mirip dengan warna pada bagian mata dan mulutnya. Maka dari itu, sesuai dengan penyesuaian yang telah dilakukan, berikut adalah desain final pada anak orang utan.

Gambar 3.40 . Desain Final Anak Orang Utan 2. Bekantan

85 Penulis juga merancang aset desain bekantan berdasarkan foto yang telah didapatkan dan juga data yang diperoleh. Berikut adalah data dan gambar yang telah diperoleh.

Gambar 3.41. Foto Referensi Bekantan

(Kok, n.d., https://www.flickr.com/photos/jakok/13607188134/sizes/l) Tabel 3.4. Informasi Bekantan

Keterangan Jantan Betina

Tinggi 66-72 cm 53-61 cm

Berat 16-23 kg 7-11 kg

Penulis kemudian membuat moodboard dan style guide dari beberapa referensi yang dikumpulkan.

86 Gambar 3.42. Moodboard Bekantan

(Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.43. Sketsa Bekantan (Dokumentasi Pribadi)

Dalam motion graphic ini, penulis menggunakan bekantan jantan dewasa yang memiliki ciri khas dengan hidungnya yang besar dan pipih.

Penulis kemudian mencoba mencari warna dari foto referensi bekantan,

87 dan menemukan bahwa warna krem, coklat, dan putih. Dari referensi di atas, penulis merancang desain sebagai berikut.

Gambar 3.44. Desain Awal Bekantan

(Dokumentasi Pribadi)

Pada desain ini, penulis menonjolkan hidungnya dengan outline dan membuat warna tubuhnya gradasi karena badan bekantan memiliki warna yang berbeda-beda. Namun, pada desain ini, tekstur dari badannya tidak terlihat. Karena bekantan memiliki bulu yang lebih pendek daripada orang utan, maka tidak dapat menggunakan garis yang dapat mencerminkan rambut. Sehingga, penulis menambahkan efek dissolve pada after effect dan memainkan warnanya agar dapat menambahkan shadow dan tekstur. Berikut adalah hasil final dari bekantan.

88 Gambar 3.45. Desain Final Bekantan

(Dokumentasi Pribadi)

Dengan efek tersebut, penulis dapat memberikan efek tekstur ke dalam tubuh dari bekantan. Pada desain pertama, warna abu-abu pada lengan tidak memiliki gradasi, sehingga tidak ter-blend dengan baik.

Sehingga, pada hasil revisi tersebut, penulis membuat warna abu-abu pada lengan tersebut menjadi gradasi. Kemudian, pada referensi foto bekantan, daerah wajah bekantan memiliki warna putih yang mengelilingi wajahnya.

Sehingga, perlu ditambahkan pada desain final bekantan.

Dokumen terkait