• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Kucing Merah

3.4.3 Proses Perancangan per Scene

Pada perancangan per scene ini, penulis menyesuaikan dengan referensi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah dan Selatan. Berikut adalah referensi foto hutan rawa gambut secara utuh.

Gambar 3.57. Referensi Hutan Rawa Gambut Kalimantan Tengah

(Butler, 2014, https://mongabay-images.s3.amazonaws.com/780/indonesia/kalteng_0386.jpg)

Gambar 3.58. Referensi Hutan Rawa Gambut Kalimantan Tengah

(Butler, 2013, https://mongabay-images.s3.amazonaws.com/1200/indonesia/kalteng_0691.jpg)

98 Dilihat dari gambar di atas, hutan rawa gambut ini memiliki semak-semak yang banyak, pohon kecil dan pohon yang besar juga. Kedua foto tersebut juga memiliki warna dominan hijau. Selain itu, ada pula beberapa tumbuhan kecil yang ada pada tanah dan sekeliling pohon tersebut. Dari referensi di atas, penulis kemudian menerapkannya pada perancangan environment pada scene 1, 2, dan 3.

1. Scene 1

Pada scene 1, penulis ingin memberikan introduction atau perkenalan terlebih dahulu mengenai fakta pada Indonesia, sehingga sangat diperlukan untuk membuat storyboard terlebih dahulu untuk melihat dan mengeksplorasikan layout pada scene tersebut. Berikut adalah storyboard yang telah dirancang penulis.

Gambar 3.59. Storyboard Scene 1

(Dokumentasi Pribadi)

Pada storyboard di atas, penulis ingin memulainya dengan menunjukkan langit-langitnya dan menyertai judul dari motion graphic ini, yakni “Hangsunya Hutan Kita”. Kemudian, kamera tersebut panning ke bawah dan menunjukkan pepohonan yang lebat tersebut. Pepohonan ini

99 akan dimasukkan perancangan aset flora yang telah dirancang. Dari layout ini, penulis kemudian merancangkan scene 1 sebagai berikut.

Gambar 3.60. Eksplorasi Pertama Scene 1

(Dokumentasi Pribadi)

Bagian tengah yang tersebut akan menjadi transisi terhadap scene 2.

Pada scene ini, bagian kanan, di mana pohon galam itu dapat terlihat sangat aneh karena melawan arus sendiri. Selain itu, penulis mendapatkan beberapa saran dari dosen penguji pra sidang 1, di mana pohon ini tidak memiliki kejelasan sendiri atas mengapa pohon ini harus curvy. Penulis kemudian merevisi scene ini dan juga memperbaiki asetnya yang telah sesuai dengan perancangan aset flora. Berikut adalah desain final pada scene 1.

Gambar 3.61. Desain Akhir Scene 1 (Dokumentasi Pribadi)

100 Untuk menambah kesan hutan pada scene ini, penulis menambahkan beberapa semak-semak dan juga tumbuhan liar yang ada pada samping kanan dan kiri. Selain itu, penulis juga menambahkan cahaya berwarna kuning yang tipis untuk menggambarkan cahaya matahari yang masuk melewati pepohonan. Penulis juga menggunakan warna dominan hijau karena hijau merupakan simbol dari pertumbuhan, alam (nature), kesegaran, kesuburan, dan ketenangan (Tillman, 2011, hlm. 113; Braha &

Byrne, n.d., hlm. 119). Agar memberikan suasana yang harmonis dan kenyamanan, penulis menggunakan skema warna analogus dan menggunakan warna hijau hingga biru (Cold colors) (Sloan, 2015, hlm. 37).

2. Scene 2

Sebelum merancang bagaimana peletakkan para aset, penulis merancang terlebih dahulu storyboardnya. Berikut adalah hasil storyboard yang telah dibuat.

Gambar 3.62. Storyboard Scene 2 (Dokumentasi Pribadi)

Pada scene 2, ada dua suasana yang berbeda, yakni sebelum api dan setelah munculnya api. Sebelum penulis memasukkan aset binatangnya,

101 penulis merancang terlebih dahulu aset environment-nya. Berikut adalah hasil eksplorasi pertama pada scene 2.

Gambar 3.63. Desain Awal Scene 2 (Dokumentasi Pribadi)

Dapat dilihat dari eksplorasi pertama, warna tanah pada scene tersebut terlalu keruh dan motif lumpur pada environment ini memiliki value warna yang hampir sama dengan tanah tersebut. Pohon gelam pada gambar di atas memiliki bentuk lekuk-lekuk, sehingga membuat environment ini sangat tidak beraturan dan tidak konsisten. Sehingga, penulis memperbaiki aset environment ini menjadi sebagai berikut.

Gambar 3.64. Scene 2 (Dokumentasi Pribadi)

102 Penulis juga menggunakan beberapa motif lumut yang dapat dilihat pada kotak berwarna biru. Hal ini ditambahkan agar menambahkan kesan perhutanan. Selain lumut, penulis juga menambahkan beberapa batu besar dan kecil, dengan tekstur melingkar dan berupa garis-garis. Karena bebatuan tersebut memiliki tekstur yang keras, penulis menambahkan beberapa gambar tekstur berwarna abu-abu (baik yang muda maupun yang gelap). Berikut adalah tekstur yang digunakan.

Gambar 3.65. Tekstur Batu (Dokumentasi Pribadi)

Dari desain aset tersebut, penulis kemudian memasukkan aset fauna yang telah final dan menatanya. Penulis juga telah melakukan revisi desain flora yang sebelumnya belum dilakukan. Sehingga, berikut adalah desain final dari scene 2.

Gambar 3.66. Desain Final Scene 2

103

(Dokumentasi Pribadi)

Pada adegan ini, penulis juga menggunakan efek lens blur dan menggunakan warna yang lebih terang agar dapat terasa depth-nya.

Sehingga, motion graphic ini tidak terkesan flat. Warna environment pada scene ini juga menggunakan skema warna analogus, yang memberikan kesan keharmonisan dan kenyamanan (Sloan, 2015, hlm. 37). Karena pada scene ini memiliki pergantian mood, penulis menambahan warna oranye untuk memberikan distrupsi dalam scene tersebut akibat munculnya api di sekelilingnya. Berikut adalah scene yang memiliki api.

Gambar 3.67. Adegan Kebakaran Scene 2 (Dokumentasi Pribadi)

3. Scene 4

Pada scene 4, penulis menjelaskan mengenai fenomena El Nino, yang merupakan salah satu alasan kebakaran hutan. Fenomena El Nino ini memiliki kaitan erat dengan panasnya matahari dan cuaca. Sehingga, penulis ingin menggambarkan matahari yang besar karena musim kemarau.

104 Penulis kemudian merancang scene tersebut dengan storyboard. Berikut adalah storyboard yang telah dirancang.

Gambar 3.68. Storybaord Scene 4

(Dokumentasi Pribadi)

Penulis menggunakan low angle karena penulis ingin mengunggulkan matahari tersebut dan memiliki kesan superior daripada penonton. Kemudian, penulis merancang shot sebagai berikut.

Gambar 3.69. Desain Awal Scene 4

(Dokumentasi Pribadi)

Pada perancangan ini, kesan matahari yang panas dan terik tidak terlihat pada perancangan ini. Penulis juga diberikan saran oleh dosen penguji pra sidang 1 untuk menambahkan efek terhadap mataharinya.

Sehingga, penulis membuat pada scene 4 ini.

105 Gambar 3.70. Desain Akhir Scene 4

(Dokumentasi Pribadi)

Penulis menggunakan outline berwarna kuning merah dan oranye.

Kemudian, penulis juga menggunakan efek radial blur agar memiliki efek blur. Kemudian, penulis juga menggunakan efek cahaya pada bagian atas pada pepohonan tersebut, sesuai dengan arah cahayanya. Penulis menggunakan efek fractal noise dan menggunakan efek add agar dapat memberikan kesan yang lebih terang. Fractal noise pada pepohonan digunakan karena pepohonan tersebut digerakkan, maka efek cahaya pun juga harus gerak. Pada background, penulis juga memberikan warna gradien pada langit dengan bagian yang mendekati matahari berwarna kuning.

Sama seperti scene sebelumnya, penulis menggunakan skema warna analogus.

4. Scene 5

Pada scene 5, penulis menggunakan aset yang sama pada scene 4, namun menggunakan skema warna yang berbeda. Berikut adalah rancangan storyboard yang telah dibuat.

106 Gambar 3.71. Storyboard Scene 5

(Dokumentasi Pribadi)

Dalam storyboard yang telah dibuat, penulis juga memakai api ada sekelilingnya. Sehingga, berikut adalah eksplorasi pertama yang penulis lakukan.

Gambar 3.72. Desain Scene 5

(Dokumentasi Pribadi)

Langit pada scene 5 penulis buat warna yang lebih gelap daripada scene 5. Penulis juga menggunakan warna dominan biru pada scene ini karena menurut Tillman (2011), warna biru memiliki arti kesedihan dan kedinginan (coldness) (hlm. 112). Pepohonan tersebut tidak memiliki dedaunan karena hal ini dikarenakan fenomena El Nino yang membuat hutan menjadi kering. Selain itu, semak-semak tersebut juga hanya menggunakan outline yang menandakan ranting pada semak-semak tersebut. Namun, pada eksplorasi pertama ini, penulis belum menyertakan

107 efek lingkaran yang sama pada scene 4 dan juga api pada scene tersebut.

Penulis juga memperbaiki aset pepohonan tersebut.

Selain itu, penulis menggunakan ujung yang tajam agar dapat memberikan kesan ketegangan dan konflik (Tillman, 2011, hlm. 67).

Berikut adalah hasil eksplorasi final dari scene 5.

Gambar 3.73. Desain Akhir Scene 5

(Dokumentasi Pribadi)

Pada gambar di atas, penulis memberikan warna gradien kuning pada langitnya. Berbeda dengan scene 4, penulis menggunakan warna biru yang lebih gelap pada warna langitnya. Saat api yang muncul, warna pada langit dan sekelilingnya memiliki warna oranye. Berikut adalah hasil akhirnya.

Gambar 3.74. Adegan Kebakaran Scene 5 (Dokumentasi Pribadi)

108 Penulis menggunakan adjustment layer dan memberikan warna oranye. Sehingga dapat dilihat bahwa skema warna yang digunakan adalah complementary. Penulis menggunakan warna komplementer karena memberikan kesan kontras dan juga ketegangan (Sloan, 2015, hlm. 37).

Dokumen terkait