• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGURUSAN PERUSAHAN BERDASARKAN UNDANG-

C. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas

Sebagai subjek hukum yang bersifat artifisial dan merupakan suatu subjek

hukum yang bersifat abstrak, Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, dijalankan oleh organ-organ yang terdapat didalamnya. Organ-organ Perseroan Terbatas inilah yang menjadikan Perseroan Terbatas tersebut hidup secara nyata di dalam kehidupan masyarakat. Kehendak dan perbuatan yang dilakukan oleh organ-organ Perseroan Terbatas, sepanjang hal itu sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diberikan Perseroan Terbatas kepadanya, perbuatan dan kehendak mereka diidentikan dengan perbuatan dan kehendak dari Perseroan Terbatas tersebut.

Melihat hal tersebut, maka antara Perseroan Terbatas dengan organ- organnya, terdapat suatu hubungan yang saling keterkaitan. Keterkaitan tersebut dikarenakan, apabila tidak ada Perseroan Terbatas, maka organ-organ tersebut juga tidak ada, dan begitu sebaliknya.

Organ-organ Perseroan Terbatas yang terdapat didalam UUPT terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi dan dewan komisaris. Ketiga organ inilah yang memegang peran penting, bagi berjalannya suatu Perseroan Terbatas.

Perihal kedudukan antara ketiga organ Perseroan Terbatas ini, terdapat salah satu pandangan yang mengatakan bahwa kedudukan diatara para organ ini adalah kedudukan yang bersifat hierarki. Pandangan yang mengatakan kedudukan tiga organ ini hierarki adalah pandangan klasik. Dalam pandangan klasik, dikatakan bahwa dalam tiga organ tersebut, RUPS merupakan organ dengan kedudukan yang tertinggi. Sebagai organ tertinggi, maka RUPS memiliki kewenangan yang bersifat terpusat. Sedangkan kedudukan direksi dan dewan komisaris merupakan organ yang berkedudukan sejajar dibawah RUPS, sehingga kewenangan yang dimiliki oleh direksi dan dewan komisaris, merupakan

kewenangan dan kekuasan yang dilimpahkan oleh RUPS.49 Sehingga setiap tugas

yang dijalankan oleh direksi dalam pengurusan perusahan, dijalankan berdasarkan kehendak dan kepentingan RUPS. Apabila hal itu dilanggar, maka sewaktu-waktu kekuasan yang dilimpahkan pada direksi, sewaktu-waktu dapat ditarik oleh RUPS.

Disisi lain, terdapat salah satu pandangan yang berpendapat berseberangan dengan pandangan klasik diatas, dalam pandangan ini dikatakan bahwa kedudukan ketiga organ tersebut tidaklah berjenjang, melainkan kedudukannya sama dan sederajat, yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain, pandangan ini

disebut pandangan mutakhir.50 Sehingga dalam pandangan ini, tidak ada istilah bos dan bawahan, semua kedudukan organ ini bersifat sederajat. Kekuasan yang dimiliki oleh masing-masing organ, adalah kekuasaan dan kewenangan yang diberikan oleh Perseroan Terbatas kepada masing-masing organ tersebut, sehingga direksi sebagai pengurus perusahan, dalam menjalakan kewajibannya, tidak berdasarkan kepentingan pemegang saham, namun untuk kepentingan perusahaan semata.

Undang-Undanag Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menganut pandangan mutakhir, dimana RUPS bukanlah organ tertinggi didalam Perseroan Terbatas. Hal tersebut didukung dengan beberapa ketentuan dalam pasal-pasal di UUPT, yaitu;

1. Pasal 92 ayat 1 UUPT

Ketentuan Pasal 92 ayat 1 UUPT, jelas dikatakan bahwa direksi menjalakankan pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Dari ketentuan pasal ini, sangat jelas bahwa direksi menjalankan pengurusan Perseroan Terbatas semata-mata hanya untuk kepentingan Perseroan Terbatas, bukan untuk kepentingan pemegang saham.

2. Pasal 94 ayat 4 UUPT

Pasal 94 ayat 4 UUPT bahwa Anggaran Dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara pencalonan anggota direksi. Ketentuan ini memberi

suatu kepastian bagi direksi, bahwa kedudukanya sebagai direksi, tidak dapat diturunkan begitu saja oleh pemegang saham. Hal ini dikarenakan, adanya suatu aturan hukum yang mengikat seluruh organ perusahan dalam menjalakan kewajibannya, dan aturan hukum tersebut memiliki kedudukan sebagai konstitusi bagi perusahan, dan semua pihak yang terlibat didalam perusahaan tersebut, harus tunduk dan patuh pada Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, sebagai konstitusi perusahaan, bukan kehendak dari pemegang saham. Dengan demikikan ketiga organ Perseroan Terbatas tersebut memiliki kedudukan yang sejajar, yang mana hak dan kewenangan mereka diberikan secara langsung oleh perusahaan melalui Anggaran Dasar Perusahan, bukan atas pemberian ataupun pelimpahan kewenangan/kekuasaan oleh salah satu organ.

Organ-organ Perseroan Terbatas merupakan tiga organ yang terpisah satu sama lain, yang memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda-beda, namun saling bersinergi, dalam menjalankan perusahaan. Untuk memahami lebih jelas, mengenai tiga organ tersebut, akan dijelaskan satu persatu, sebagai berikut.

1. RUPS

Rapat Umum Pemegang Saham merupakan salah satu organ perusahaan yang terdapat didalam perusahaan. RUPS merupakan salah satu organ perusahaan yang berbentuk suatu rapat umum, yang dihadiri oleh seluruh pemegang saham

dengan hak suara.51 Dalam forum rapat umum tersebut, para pemegang saham

dapat memiliki kewengangan untuk mengetahui mengenai jalannya pengurusan perusahaan oleh manejemen perusahaan selama satu tahun buku terakhir.

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UUPT, disebutkan bahwa RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Pengaturan mengenai RUPS secara terperinci dan jelas diatur dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 UUPT.

Berdasarkan pengertian RUPS yang diberikan oleh UUPT yang terdapat dalam Pasal 1 angka 4 UUPT, dapat diketahui terdapat beberapa unsur untuk

mengetahui mengenai RUPS tersebut, yakni pertama sebagai organ Perseroan

Terbatas, kedua mengenai wewenang yang dimiliki oleh RUPS. Sebagai organ perusahaan, RUPS merupakan organ perusahaan yang memiliki kedudukan yang sejajar dengan organ perusahaan lainnya, tidak ada kedudukan yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Sebagai organ perusahaan, setiap tindakan yang dilakukan oleh RUPS haruslah memihak kepada kepentingan perusahaan bukan kepada kepentingan setiap pemegang saham. Sebagai organ Perseroan Terbatas, RUPS merupakan organ perusahaan yang tidak dapat dipisahkan dengan Perseroan Terbatas. Hal ini disebabkan karena melalui RUPS setiap pemegang saham yang sekaligus sebagai pemiliki perusahaan, melakukan kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan direksi maupun terhadap kekayaan serta kebijakan

kepengurusan yang dijalankan menejemen Perseroan Terbatas.52 Kewenangan

yang dimiliki oleh RUPS, merupakan kewenangan yang tidak dimiliki oleh direksi maupun dewan komisaris, namun kewenangan tersebut berada dalam batas-batasan yang diatur didalam UUPT serta anggaran dasar perusahan. RUPS

sebagai organ perusahan, RUPS memiliki kewenangan yang tidak dimiliki oleh organ lainnya, namun hal ini bukan berarti bahwa RUPS merupakan organ tertinggi didalam perusahan, hal tersebut dikarenakan masing-masing organ memiliki posisi serta kewengan yang berbeda-beda, sesuai dengan fungsi dan

tanggung jawab dari masing-masing organ.53

Rapat Umum Pemegang Saham terdiri dari 2 bentuk, yakini RUPS

tahunan, dan RUPS lainnya.54 RUPS tahunan adalah RUPS yang dilaksanakan

setiap tahun oleh perusahaan, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

setelah tahun buku berakhir.55 Sedangkan yang dimaksud dengan RUPS lainnya,

adalah RUPS yang dilaksanakan diluar dari RUPS tahunan, atau dalam praktiknya disebut sebagai RUPS luar biasa. Penyelenggaraan RUPS untuk pertama kali dilakukan dalam jangka waktu 60 ( enam puluh ) hari setalah Perseroan Terbatas

memperoleh status badan hukum56, dan untuk selanjutnya RUPS dilakukan secara

tahunan, maupun dilakukan secara luar biasa.

Pelaksanaan RUPS dapat dilaksanakan atas inisiatif dari pemegang saham maupun dari dewan komisaris. Permintaan pelaksanaan RUPS oleh pemegang saham, dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemegang saham yang bersama- sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil.57

53Ibid, hlm. 307. 54

Pasal 78 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

55Pasal 78 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 56Pasal 13ayat (2) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 57Pasal 70 ayat (2) huruf a Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Pada setiap penyelenggaraan RUPS, hasil dari rapat yang dilakukan dalam forum RUPS, dituangkan dalam bentuk risalah RUPS. Risalah RUPS tersebut harus ditandatangani oleh ketua rapat dan apabila risalah tersebut tidak dibuat dalam bentuk akta notaris, risalah tersebut juga harus ditandatangani oleh seorang

pemegang saham yang ditunjuk oleh dan dari perserta RUPS.58

Salah satu yang menjadi karakteristik yang terdapat didalam Perseroan Terbatas adalah terdapatnya tanggung jawab yang terbatas terhadap setiap pemegang saham. Tanggung jawab yang terbatas tersebut memberikan artian bahwa pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi terhadap kerugian

yang dialami oleh Perseroan Terbatas, melebihi dari saham yang dimilikinya.59

Namun terdapat beberapa keadaan yang mengakibatkan

pertanggungjawaban terbatas tersebut dapat hilang. Hilangnya

pertanggungjawabn terbatas tersebut, mengakibatkan pemegang saham harus bertanggungjawab secara pribadi, apabila terjadi kerugian kepada Perseroan Terbatas. Hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya pertanggungjawban terbatas tersebut antara lain;

1. Persyaratan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum belum atau tidak

terpenuhi

2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadi;

58Pasal 90 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 59Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas;

4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan Terbatas, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan Terbatas menjadi tidak cukup untuk

melunasi utang Perseroan Terbatas;60

Apabila keempat hal diatas terbukti terjadi, maka pemegang saham tersebut tidak dapat bersembunyi dibalik prinsip pertanggungjawaban terbatas, karena ketika keempat hal tersebut terjadi, maka prinsip pertanggungjawaban terbatas tersebut menjadi tidak berlaku.

2. Direksi

Direksi sebagai salah satau organ Perseroan Terbatas, mempunyai kewenangan dalam hal mengurus jalannya Perseroan Terbatas sehari-hari, dan juga sebagai organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan untuk mewakili Perseroan Terbatas baik didalam maupun diluar pengadilan. Hal tersebut secara jelas disebutkan di dalam beberapa ketentuan didalam UUPT, yakini :

a. Pasal 1 angka 5 UUPT yang mengatakan bahwa direksi adalah organ

Perseroan Terbatas yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas serta mewakili Perseroan

Terbatas baik didalam maupun diluar maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

b. Pasal 92 ayat (1) UUPT yang mengatakan, direksi menjalankan pengurusan

Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas.

c. Pasal 98 ayat (1) UUPT yang mangatakan, direksi mewakili Perseroan

Terbatas baik di dalam maupun diluar pengadilan.

Dari beberapa ketentuan yang disebutkan diatas, terdapat beberapa hal, yang menerangkan mengenai direksi, yaitu;

a. Sebagai organ perseroan terbatas

Kewenangan dalam mengurusan dan mewakili Perseroan Terbatas, diberikan kepada salah satu organ Perseroan Terbatas, yaitu direksi. Kewenangan tersebut diserahkan oleh undang-undang kepada direksi, sebagai salah satu organ Perseroan Terbatas. Direksi adalah pejabat Perseroan Terbatas. Jabatannya adalah

anggota direksi atau direktur Perseroan Terbatas (a Director is an officer of the

company).61

Ketentuan yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan, pada

umumnya direksi Perseroan Terbatas terdiri atas 1 (satu) orang anggota direksi,62

namun ketentuan tersebut mendapatkan suatu pengecualian khusus. Pengecualian tersebut adalah bagi perusahaan yang memiliki anggota direksi paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi, perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menerbitkan surat pengakuan hutang kepada masyarakat, perusahaan yang

61Ibid, hlm. 346.

mengelola dana masyarakat, serta perusahaan yang berbentuk Perseroan

Terbuka.63

Apabila suatu Perseroan Terbatas yang memiliki anggota direksi lebih dari satu, maka pembagian tugas pengurusan diantara setiap anggota direksi tersebut

ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS,64 namun apabila tidak ada keputusan

RUPS yang berkenaan dengan pembagian tugas tersebut, maka pembagian tugas

tersebut ditetapkan berdasarkan keputusan direksi.65 Kewenangan pembagian

tugas direksi yang pada awalnya ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS kemudian beralih kepada keputusan direksi, hal ini dilakukan semata-mata untuk

menghindari terjadinya ketidakpastian fungsi dan wewenang anggota direksi.66

b. Bertanggungjawab dalam pengurusan perseroan terbatas

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa direksi sebagai salah satu organ perusahaan, memiliki kewenangan untuk melakukan pengurusan perusahaan. Pengertian pelaksanaan pengurusan perusahaan, meliputi pengelolaan dan memimpin tugas sehari-hari yakini membimbing dan membina kegiatan atau aktivitas Perseroan Terbatas ke arah pencapaian maksud dan tujuan perusahaan

sesuai dengan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.67

Seorang direksi dalam melakukan pengurusan perusahaan tidak dapat melakukan atau membuat kebijakan yang diluar dari kewenangannya. Batasan bagi direksi dalam menjalankan pengurusan diatur didalam Pasal 92 ayat (2) UUPT yang mengatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan Perseroan

63Pasal 92 ayat (4) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas . 64

Pasal 92 ayat (5) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas .

65Pasal 92 ayat (6) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas . 66M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 353.

Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Berdasarkan ketentuan tersebut terdapat batasan- batasan bagi direksi dalam melakukan pengurusan perusahaan. Batasan yang pertama yakini sesuai dengan kepentingan Perseroan Terbatas. Kewenangan pengurusan perusahaan yang dijalankan oleh direksi harus sesuai dengan kepentingan Perseroan Terbatas, artinya kewenangan pengurusan yang dijalankan tidak boleh terdapat benturan kepentingan, tidak mempergunakan kekayaan, milik atau uang Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadi. Tidak boleh menggunakan posisi jabatan direksi yang dipangkunya untuk memperoleh keuntungan pribadi, dan tidak boleh menahan atau mengambil sebagian keuntungan Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadi. Apabila direksi

melakukan tindakan yang melanggar batas kewenangannya, direksi

dikualifikasikan telah melakukan tndakan yang menyalahgunakan kewenangan (abue of authority) atau mengandung ultra vires68.

Batasan selanjutnya bagi direksi dalam hal menjalankan pengurusan

Perseroan Terbatas adalah harus sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan

Terbatas. Pencantuman maksud dan tujuan perusahaan didalam Anggaran Dasar Perusahan, merupakan sesuatu yang bersifat wajib. Kewajiban tersebut dilakukan berfungsi sebagai landasan hukum bagi pengurus Perseroan Terbatas, dalam hal ini direksi dalam melaksanakan pengurusan dan pengelolaan kegiatan usaha Perseroan Terbatas, sehingga pada setiap transaksi atau kontrak yang mereka

lakukan tidak menyimpan atau keluar maupun melampaui dari maksudan tujuan

serta kegiatan yang ditentukan dalam Anggaran Dasar69.

Seorang anggota direksi dalam menjalankan kewenangan pengurusan Perseroan Terbatas, tidak boleh melampaui batas-batas yang ditentukan dalam Anggararan Dasar Perseroan Terbatas. Apabila tindakan seorang direksi, diluar

dari kewenangannya, maka tindakan yang demikian dianggap mengandung “ultra

vires” dan katergori sebagai penyalahgunaan wewenang (abuse of authority)70. Selain ketentuan didalam Pasal 92 ayat (2) UUPT yang harus diperhatikan oleh direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas, terdapat ketentuan pasal lain yang juga menjadi pedoman bagi direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas. Ketentuan Pasal 97 ayat (1-4) UUPT merupakan ketentuan yang juga harus diperhatikan oleh direksi. Dalam ketentuan Pasal 97 ayat 2 UUPT, dikatakan bahwa direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas harus menjalankannya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Perihal maksud dari itikad baik dan penh tanggung jawab tersebut akan dibahas dalam pembahasan mengenai pengurusan perusahaan oleh direksi. Ketentuan dalam Pasal 97 ayat 2 UUPT tersebut merupakan suatu ketentuan hukum yang bersifat wajib. Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi, maka direksi tersebut telah bersalah atau lalai dalam

menjalankan tugasnya, 71 dan apabila kesalahan atau kelalaian tersebut

mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian, maka direksi tersebut harus bertanggung jawab secara pribadi, dan pertanggungjawaban tersebut dapat saja menjadi tanggung jawab renteng bagi seluruh anggota direksi, apabila seluruh

69Ibid, hlm. 61. 70Ibid, hlm. 347.

anggota direksi tersebut salah atau lalai dalam mengurus Perseroan Terbatas.72 Sehingga dengan demikian, bagi setiap anggota direksi dituntut suatu profesionalitasan dalam mengurus Perseroan Terbatas.

c. Berwenang mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan Salah satu tugas dan kewenangan yang melekat pada direksi adalah kewenangan setiap anggota direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas baik diluar maupun dialam pengadilan. Hal tersebut disebutkan didalam Pasal 98 ayat (1) UUPT yang mangatakan, direksi mewakili Perseroan Terbatas baik di dalam maupun diluar pengadilan.

Kewenangan direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas didalam maupun diluar pengadilan, merupakan kewenangan yang tidak membutuhkan surat kuasa, baik dari pemegang saham, maupun dari Perseroan Terbatas. Sebab kuasa yang dimiliki oleh direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas adalah kewenangan yang

melekat secara inherent pada diri dan jabatan direksi, yang mana kekuasaan untuk

mewakili perusahaan diberikan oleh undang-undang.73

Pada perusahaan yang memiliki anggota direksi lebih dari satu orang, maka setiap anggota direksi, didalam perusahaan tersebut memiliki hak dan kewenangan yang sama untuk mewakili Perseroan Terbatas. Hal tersebut disebutkan didalam Pasal 98 ayat (2) UUPT yang mengatakan bahwa dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili Perseroan Terbatas adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Sistem perwakilan yang dianut didalam UUPT merupakan sistem kolegial,

72Pasal 97 ayat (4) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 73Ibid, hlm. 349.

yang berarti setiap anggota direksi berwenang mewakili Perseroan Terbatas.74 Namun, sistem kolegeal tersebut dapat dikesampingkan, apabila terdapat pengaturan yang menentukan bahwa hanya anggota direksi tertentu saja dapat mewakili Perseroan Terbatas.

Kewenangan yang dimiliki oleh anggota direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas tidak selamanya dapat dijalankan. Terdapat beberapa keadaan, yang mengakibatkan hilangnya kewenangan repesentative tersebut. Ketentuan- ketentuan yang mengakibatkan hilangnya hak direksi untuk menjadi perwakilan Perseroan Terbatas, antara lain ;

1) Terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota direksi yang

bersangkutan; atau

2) Anggota direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan

Persersoan Terbatas.75

Kedua keadaan tersebut, mengakibatkan anggota direksi, secara hukum, dilarang mewakili direksi. Hilangnya kewenangan direksi untuk mewakili perseroan, tidak berarti bahwa tidak ada pihak yang dapat mewakili Perseroan Terbatas, didalam maupun diluar pengadilan. Undang-undang memberikan suatu ketentuan hukum, sebagai solusi dalam hal menjalankan fungsi perwakilan tersebut. Apabila anggota direksi, karena hukum, tidak dapat menjadi perwakilan untuk dan atas nama Perseroan Terbatas, maka terdapat pihak-pihak tertentu yang

akan menjalankan kewenangan representative tersebut, yaitu ;

74Penjelasan Pasal 98 ayat (2) Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 75Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

1) Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan Terbatas;

2) Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota direksi mempunyai benturan

kepentingan dengan Perseroan Terbatas; atau

3) Pihak lain yang ditunjuk oleh Perseroan Terbatas dalam hal seluruh anggota

direksi atau dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan

Perseroan Terbatas.76

4) Para pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah

saham dengan hak suara, dalam hal mengajukan gugat derivatif, yang disebabkan direksi telah salah atau lalai sehingga mengakibatkan Perseroan

Terbatas mengalami kerugian.77

3. Dewan komisaris

Dewan komisaris merupakan organ yang memiliki kewenangan dalam hal melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan Perseroan Terbatas. Kedudukan dewan komisaris sebagai organ Perseroan Terbatas, diatur dan disebutkan didalam UUPT pada Pasal 1 angka 2 UUPT yang mengatakan bahwa organ Perseroan Terbatas adalah RUPS, direksi, dan dewan komisaris.

Dewan komisaris sebagai organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan dalam hal pengawasan dan pemberian nasihat, disebutkan didalam Pasal 1 angka 6 UUPT yang mengatakan bahwa dewan komisaris adalah organ

76Pasal 99 ayat (2) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 77 Pasal 97 ayat (6) Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Perseroan Terbatas yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada direksi.

Sesuai dengan Pasal 1 angka 6 UUPT pada diri dewan komisaris melekat dua fungsi utama yang bersifat imperatif dan berjalaan bersamaan, yaitu fungsi pengawasan dan fungsi penasihat.

Tugas dewan komisaris dalam melakukan pengawasan di sebutkan didalam Pasal 108 ayat (1) dan ayat (2) UUPT. Pada ayat 1 dikatakan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umunya, baik mengenai Perseroan Terbatas maupun usaha Perseroan Terbatas dan memberi nasihat kepada direksi, serta pada ayat 2 dikatakan bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris dilakukan untuk kepentingan Perseroan Terbatas dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Berdasarlan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa tugas utama bagi dewan komisaris adalah melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada direksi.

a. Melakukan Pengawasan

Salah satu fungsi dari dewan komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan serta terhadap jalannya pengurusan perusahaan pada umumnya. Dalam fungsi pengawasan tersebut, terdiri dari audit keuangan,

organisasi dan personalia.78

Pengawasan/audit keuangan sangat penting dilakukan didalam suatu perseron. Pengawasan dibidang keuangan dianggap sangat relevan dan penting,

hal tersebut dikarenakan keuangan merupakan hal yang sangat sentral bagi suatu Perseroan Terbatas. Keadaan keuangan Perseroan Terbatas merupakan gambaran terhadap jalannya perseroan kedepan serta merupakan gambaran kondisi

Dokumen terkait