• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disini diandjurkan perkumpulan guru supaja didirikan danratau ditambah jang bertudjuan mengembangkan tehnik mengadjar.

Supaja organisasi seperti jang dimaksud dibentuk dan diberi dorongan.

Bab C.

Filsafat pendidikan dan Rentjana Pendidikan I. Sistim djalan sedjadjar

Paralleltrack system).

Team dalam tugasnja senantiasa menemui faktor tradisi, teristimewa tradisi-tradisi jang diambil dari orang-orang Belanda dan golongan-golongan asing lain. Dengan menindjau persoalan pendidikan tehnik dalam hubungan kebutuhan Indonesia sekarang dan dikemudian hari, dengan sendirinja mereka jang bertanggung djawab atas pendidikan di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh tradisi.

Berhubung dengan adanja tradisi Belanda jang kuat, maka Indonesia telah menerima bentuk pendidikan kontinen jang biasa disebut „sistem djalan sedjadjar”. Misalnja garis-garis S.M.P.-S.M.A.-Universitas, dan urutan S.T.M.- bekerdja dibeberapa lapangan tehnik tertentu.

Oleh karena garis-garis sedjadjar tidak akan bertemu, maka peladjar-peladjar jang telah diterima dalam salah satu sekolah mengalami kesulitan kalau pindah kesekolah matjam lain.

golongan-golongan eko-nomis dan sosial jang homogeen dari pada golongan-golongan jang homogeen dalam kepentingan dan kesanggupan.

Putusan mengenai parallel track atau urutan pendidikan mans jang akan dimasuki harus diambil dikala simurid menamatkan peladjarannja di-tingkat ke-enam. Mereka ini perhatiannja masih belum tjukup matang untuk membuat pilihan dalam djangka pandjang dengan pertimbangan pikiran.

Pada pokoknja sistim demikian adalah tidak demokratis.

Adalah perlu bagi setiap sistim pendidikan, mengadakan, ke- sempatan bagi para pemuda untuk menjelidiki lapangan-lapangan kedjuruan jang mungkin diadakan dan jang mengidjinkan mereka mengubah tudjuan pendidikan mereka dengan kerugian waktu, dan usaha jang se-ketjil-ketjilnja. Dalam „parallel track” jang terdapat sekarang hal ini tidak dipenuhi.

Berhubung dengan itu maka dengan singkat diandjurkan supaja:

1. Sistim sekarang ditindjau kembali untuk mengidjinkan pemindahan peladjar-peladjar dengan mudah dari. lembaga matjam kesatu ke jang lain.

Hal ini hanja berarti bahwa mata-mata peladjaran "inti" jang terdapat disemua sekolah, dianggap sebagai sedjadjar pada pokoknja, sehingga seorang peladjar jang hendak pindah kematjam sekolah manapun dianggap telah mendapatnja.

Ini berarti bahwa is hanja diwadjibkan mengikuti peladjaran jang belum pernah didapatnja.

2. Tamatan-tamatan S.T.M. dan lembaga-lembaga jang serupa diidjinkan memasuki Universitas-Universitas atas dasar jang sama dengan tamatan-tamatan S.M.A.

3. Suatu sistim pemberian pimpinan jang diperbaiki (improved guidance service) jang akan diuraikan ditempat lain dari laporan.

II. Konsolidasi usaha pendidikan.

Pembahasan masalah ini akan mengikuti dua bush djalan pikiran.

(1) pembentukan sekolah landjutan jang luas lapangannja, dan

(2) konsolidasi sekolah-sekolah ketjil mendjadi satuan-satuan jang lebih besar dan lebih effisien.

banjak lembaga-lembaga bertudjuan tunggal (single purpose institutions) jang diren-tjanakan agak sempit, S.M.A,- Universitas, S.T.M.- pekerdjaan dilapangan tehnik.

Seperti telah dikatakan lebih dahulu, banjak diantara sekolah-sekolah ini bekerdja dengan tjara jang tidak e ff i -sien karena ketjilnja. Kiranja masuk akal kalau Indonesia menerima rentjana djangka pandjang untuk mempertim-bangkan penggabungan pelbagai satuan-satuan chusus ini mendjadi sekolah landjutan jang luas lapangan peladjarannja. Ini memberikan tiga keuntungan;

1. Ada keuntungan dalam

penjelenggaraannja, baik ekonomis maupun dalam arti pendidikan. Mata-mata peladjaran "inti" pada hakekatnja sama untuk semua sekolah.

D a l a m tiap-tiap sekolah jang luas lapangan peladjarannja ini akan ada bagian-bagian jang memberikan peladjaran dalam ilmu chusus (ilmu tehnik, ilmu dagang, dan sebagainja) dimana peladjar-peladjar jang ingin mendapat keachlian-keachlian chusus ini dapat mengikuti seperti sekarang.

2. Rentjana jang di-usulkan ini akan menghasilkan sekolah jang lebih demokratis.

Sistim pendidikan jang berlapis-lapis (stratified) seperti jang dipergunakan sekarang lebih memperbesar

perbedaan-perbedaan sosial daripada

memperketjilnja. Sebaliknja, sekolah landjutan berpeladjaran luas memperluas demokrasi dengan menempatkan peladjar-peladjar beraneka ragam jang berbeda-beda. dalam satu sekolah bahkan untuk peladjaran-peladjaran “inti” dalam sate kelas.

3. Oleh karena sekolah-sekolah mendjadi lebih. besar, terbuka kemungkinan bagi para peladjar mengikuti rentjana peladjaran jang lebih luas djika keuangan mengidjinkan, misalnja dengan membuka kelas menggambar dengan tjat minjak.

ad. 2. Manganai konsolidasi, karena biasanja satuan-satuan besar lebih disukai dari satuan-satuan ketjil, maka telah ada kegiatan dibeberapa negara mengkonsolidir sekolahsekolah ketjil

mungkin dipertimbangkan bila pengangkutan umum bagi anak-anak murah dan mudah dari pada memelihara sedjumlah

sekolah-sekolah ketjil jang terpisah-pisah. Konsolidasi sematjam ini terutama dapat dilakukan pada sekolah-sekolah rendah.

Dua aspek konsolidasi jang perlu dipeladjari adalah:

1. Perkembangan sistim tunggal dari sekolah landjutan jang luas lapangan peladjarannja. 2. Konsolidasi sekolah-sekolah ketjil jang sama

mendjadi satu sekolah besar jang centraal letaknja.

III. Pemilihan peladjar-peladjar untuk Universitas dan penjusutan.

Pemerintah Indonesia memadjukan tindakan-tindakan demokrasi. Akan tetapi ada beberapa hal dimana sikap demikian dapat di-salah-gunakan. Misalnja tjara menerima peladjar dipelbagai Universitas.

Dari angka-angka statistik jang diperoleh njata sekali bahwa ketjepatan susutnja djumlah peladjar

adalah mengedjutkan, hal ini

tak dapat dipertanggung-djawabkan atas dasar penghematan.

Jang lebih panting dari pada pemborosan uang negara ialah pemborosan njata dari sumber-sumber tenaga manusia, disini njata sekali lagi bahwa sistim "parallel track" jang menjebabkan, se-tidak-tidaknja untuk sebagian, susutnja djumlah peladjar tersebut diatas jang besar.

Maka diandjurkan supaja:

1. Sjarat-sjarat masuk ditetapkan pada pelbagai Universitas dan sjarat-sjarat termaksud hendaknja terdiri atas 2 bagian:

a. sjarat-sjarat umum untuk diterima di Universitas seperti

angka-angka rapor dikelas, angka rata-rata diudjian, dan

andjuran dari Direktur sekolah, dan

b. sjarat-sjarat Fakultas chusus misalnja ilmu pasti dan ilmu alam untuk FakultasTehnik. 2. Sjarat-sjarat masuk ini hendaknja dikenakan

kepada peladjarpeladjar lulusan semua sekolah baik dari S.M.A. Maupun dari S.T.M., S.P,M.A, dan sebagainja,

dengan wakil-wakil dari sekolah-sekolah menengah, agar dengan demikian ditjapailah koordinasi jang lebih baik antara kedua golongan.

4. Pada mereka jang tidak lulus di Universitas-Universitas

hen-daknja diselidiki sebab-sebab fang sebenarnja dari

kegagalan-nja. Kenjataan-kenjataan ini dapat nanti dipergunakan untuk

mentjari usaha-usaha perbaikan.

Dokumen terkait