• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-12"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 12 PENDIDIKAN A. Pendahuluan.

Sistem pendidikan zaman lampau tiada mentjukupi sama sekali. administrasi dan sebagai-nja adalah suatu kenjataan.

Kekurangan keahlian (,,skills") dilapangan pekerdjaan pemerin-tah dan partikelir adalah salah satu sebab utama dari rendahnja produktivitet tiap djiwa. Dengan faktor-faktor produksi jang djum-lahnja masing-masing tetap, tetapi djika disertai dengan keahlian (,,skills") nistjaja akan memperbesar produktivitet tiap djiwa dan selandjutnja memperbesar pendapatan nasional.

Proses ladju pembangunan ekonomi hanja bisa berlangsung tjepat, djika didukung oleh sebagian besar penduduk. Disini tampil kemuka peranan pendidikan masjarakat (mass-education).

B. Kebidjaksanaan dan Rentjana Pendidikan.

Mengingat hal-hal seperti tersebut diatas kebidjaksanaan pendidikan negara ditudjukan kepada: a. memberikan pengadjaran rendah umum bagi

semua anak di-antara 6 - 12 tahun setelah djumlah sekolah dan guru tjukup.

b. memperluas pengadjaran menengah, terutama pengadjaran menengah kedjuruan serta latihan-latihan kedjuruan.

c. mengkonsolidasi pendidikan tinggi untuk mendjamin adanja para tjerdik pandai, agar supaja pembangunan berlangsung dengan kontinu. d. memberikan pendidikan masjarakat

(mass-education) sesuai dengan ladju pembangunan.

(2)
(3)

djika orang banjak dapat membatja surat kabar, mengerti makna siaran-siaran radio dan mengerti sekedarnja tentang struktur penghidupan politik, ekonomi dan sosial. Pengadjaran elementer meru-pakan keperluan pokok untuk pertumbuhan institut-institut demokrasi.

Pada umumnja adalah sulit sekali melatih orang untuk keperluan sesuatu pekerdjaan, ketjuali djika mereka telah menerima pen-didikan umum elementer.

Pemberantasan buta huruf dan mengadakan kewadjiban beladjar dengan pertjuma adalah tudjuan jang esensiil dalam waktu jang tiada terlalu lama.

Akan tetapi keperluan-keperluan akan „skilled labour” untuk pembangunan industri dan pembangunan lainnja harus diusahakan agar dipenuhi dengan setjukupnja dengan tidak menunggu sampai saat dapat dilaksanakannja kewadjiban beladjar.

Disini tampil kemuka pentingnja pendidikan tehnik

dan

kedjuru-an lainnja serta latihkedjuru-an-latihkedjuru-an kedjurukedjuru-an. Tekanan penghargaan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengurangi pentingnja pendidikan umum sebagai dasar.

Harus didjaga, bahwa disatu pihak tekanan perhatian pada pen- didikan kedjuruan djangan sampai menjempitkan luasnja lapangan pendidikan dan dilain pihak supaja menghindarkan terlalu banjak tekanan pada pendidikan umum, sehingga menimbulkan suatu surplus „would-be white collar workers”.

Dalam melaksanakan pembangunan pendidikan prioritet utama harus diberikan kepada lapangan-lapangan pendidikan jang menghasilkan tenaga-tenaga jang diperlukan oleh sektor-sektor jang memperoleh prioritet dalam rentjana Pembangunan.

(4)

industrialisasi, antara lain pembuatan pusat-pusat tenaga listrik, pelabuhan-pelabuhan, djalan-djalan dan djembatan, bendungan-bendungan air dan sebagainja. Djuga pembangunan sektor perhubungan dan pertambangan jang memperoleh prioritet utama memerlukan sekali tenaga-tenaga tehnis jang chusus.

(5)

memenuhi kebutuhan akan bahan makanan sampai tingkat jang lajak bagi penghidupan.

Lapangan lain jang perlu memperoleh perhatian ialah pembangunan administrasi pemerintah jang merupakan sjarat utama bagi lantjarnja usaha-usaha pembangunan.

Kekurangan tenaga-tenaga ahli dalam lapangan ini sudah terasa sedjak lama dan usaha-usaha untuk memenuhi kekurangan tenagatenaga ahli jang tjakap dalam lapangan ini perlu memperoleh rioritet utama.

Dalam lapangan sosial antara lain perhatianpun diberikan ke-pada sektor kesehatan jang pada hakekatnja merupakan hal jang panting dalam usaha-usaha pembangunan.

Pendidikan tenaga-tenaga ahli dalam lapangan kesehatan memperoleh perhatian chusus.

C. Anggaran Inuestasi Pendidikan.

Djumlah investasi untuk pendidikan jang dikirakan dapat disediakan dari anggaran pembangunan adalah Rp. 1.050 djuta selama waktu 5 tahun jang akan datang ataupun rata-rata Rp. 210 djuta untuk setiap tahunnja.

Djumlah ini adalah untuk biaja pembangunan sektor pendidikan dalam lingkungan Kementerian P.P. dan K., dan bagi sektor pendidikan rendah dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri.

Perkiraan alokasi menurut skala prioritet sektor-sektor pendi-dikan selama djangka waktu 5 tahun jang akan datang ini, ialah :

Tabel I: Anggaran inventasi 5 tahun

(6)

Sebagian besar dari anggaran investasi pendidikan menengah ialah untuk pendidikan tehnik.

(7)

D. Pengadjaran Rendah Umum dean Kewadjiban Beladjar.

1. Dalam bab B. Kebidjaksanaan Pendidikan sudah disebutkan bahwa pengadjaran elementer merupakan keperluan pokok untuk pertumbuhan institut-institut demokrasi.

Undang-undang No. 4 tahun 1950 RI. bab VII pasal 10 jang dinjatakan berlaku untuk seluruh Indonesia dengan Undang-Un-dang No. 12 tahun 1954, menjatakan :

„Semua anak-anak jang sudah berumur 6 tahun berhak dan jang sudah berumur 8 tahun diwadjibkan beladjar disekolah, sedikitnja 6 tahun lamanja”.

Kementerian P.P. dan K. sedjak itu menempatkan soal kewa-djiban beladjar itu terus menerus dibagian paling atas daripada rentjana kerdjanja.

Didalam rentjana Kementerian P.P.K. jang meliputi tahun 1955-1960 tudjuan jang ditetapkan ialah: menjelesaikan dasar bagi bangunan raksasa jang dinamakan kewadjiban-beladjar. Pada tahun 1960/1961 direntjanakan supaja kewadjiban-beladjar dapat dilaksanakan.

2. Kesukaran-kesukaran pokok jang dihadapi dalam masalah beladjar dan pengadjaran rendah umum adalah :

a. kekurangan akan guru-guru sekolah rendah. b. kekurangan akan gedung-gedung S.R. dan perlengkapannja.

(8)
(9)

Tabel II: Keadaan sebenarnja (1940 - 1955). Sumber: 1). Biro Perantjang Negara

2). Kementerian P.P. & K.

Tabel III: Keadaan djika Kewadjiban-Beladjar mendjadi kenjataan

Tahun Djumlah anak

wadjib beladjar Djumlah S.R. jangdiperlukan 1956

Keterangan: 1. pertambahan penduduk 1.7%.

2. Setiap S.R. = 250 murid.

(Sebagaimana di-tetapkan dalam rentjana Kewadjiban

(10)
(11)

3. Ternjata dari gambaran tersebut diatas bahwa keadaan jang dihadapi adalah sebagai berikut:

Pada tahun 1960-1961 djika kewadjiban-beladjar dilaksanakan dibutuhkan 54.000 S.R.

Pada tahun 1955-1956 terdapat 32.000 S.R.

Maka dalam 5 tahun jang akan datang meninggalkan dinas karena pensiun, meninggal dunia dan sebagainja angka itu pantas kita naikkan mendjadi 30.000 tiap tahun.

Dan djuga berhubungan dengan itu diperlukan alat-alat sekolah bagi 22.000 S.R. dan ± 6.000.000 murid dalam lima tahun jang akan datang.

4. a. Guru. pembangunan jang dapat disediakan kira-kira Rp. 440.000.000 akan dipakai dalam lima tahun jang akan datang guna gedung-gedung Sekolah Rakjat. Hal ini berarti bahwa pemerintah hanja dapat menjediakan Rp. 20.000 bagi tiap sekolah, djika seluruh rentjana seperti tersebut diatas dilaksanakan.

Mengingat akan hal-hal tersebut diatas ini maka sudah tidak dapat disangsikan lagi bahwa pelaksanaan kewadjiban-beladjar ini tergantung sekali dari kesediaan masjarakat untuk memikul beban jang terbesar.

(12)

desa dengan bimbingan serta bantuan Pemerintah.

(13)

Didalam rentjana tersebut antara lain disebutkan

djuga

menge-nai pembuatan sekolah-sekolah, alat-alat sekolah dan sebagainja (Lihat selandjutnja bab Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa).

Dimasa jang sudah ternjata bahwa diberbagai daerah telah dapat dibangunkan gedung-gedung S.R. atas kekuatan masjarakat sandal.

c. Alat-alai Sekolah.

Mengenai alat-alat sekolah. selain oleh Pemerintah, dapat djuga diusahakan oleh masjarakat sendiri seperti jang didjalankan untuk mendapatkan gedung-gedung sekolah. Sebaiknja diusahakan pe-makaian alat-alat sekolah buatan dalam negeri.

5. Dipertimbangkan agar di Sekolah-Sekolah Rakjat disamping pendidikan umum diberikan pula mata-peladjaran-mata-peladjaran kedjuruan jang bersifat praktis dan sesuai dengan kebutuhan se-tempat. Misalnja : didaerah pertanian diberi sekedar pengetahuan mengenai bertjotjok tanam, didaerah

perikanan sekedar

menang-kap atau memelihara ikan, dan sebagainja. E. Sekolah-sekolah landjutan.

1. Keadaan sekolah-sekolah landjutan negeri pada achir tahun 1955 adalah sebagai berikut:

Sekolah landjutan tingkat pertama berdjumlah 1280. Diantaranja 326 S.M.P. dan 954 berbagai matjam sekolah ke-djuruan.

Sekolah landjutan tingkat atas berdjumlah 191. Diantaranja 81 S.M.A., dan 110 berbagai matjam sekolah kedjuruan.

Selain daripada itu masih terdapat beberapa puluh sekolah landjutan tingkat pertama dan tingkat atas dari Kementerian Per-tanian seperti S.P.M.A., Sekolah Kehutanan Menengah Atas, Se-kolah Kehewanan Atas, dan Kementerian-kementerian jang lain seperti Sekolah Tehnologi Menengah Atas, Sekolah Opseter Kereta Api, Sekolah Pelajaran Menengah, Assisten Apoteker, Se-kolah Komandan Polls' dan sebagainja.

Disamping itu masih terdapat beberapa ribu sekolah-sekolah landjutan tingkat pertama dan atas partikelir jang sebagian besar bersifat umum.

(14)

tjukup mampu untuk menam-pung dumlah tamatan dari sekolah-sekolah rakjat jang berhasrat

(15)

melandjutkan sekolah. Melihat djumlah sekolah-sekolah ra’jat da-lam 5 tahun jang akan datang dan dengan perhitungan tiap-tiap sekolah ra'jat mengeluarkan murid tamatan rata-rata 40 orang tiap sekolah, maka dapat dikira-kirakan, bahwa

setiap tahun

pa-ling sedikit akan dihasilkan 1,8 djuta orang tamatan Berdasarkan persentase djumlah murid-murid jang lulus menempuh udjian sekolah landjutan pada tahun-tahun jang lampau dan dengan mengingat naiknja lambat-laun pengadjaran dimasa depan maka ditaksir bahwa untuk djangka waktu 5 tahun jang akan datang 25% dari tamatan S.R. akan lulus

udjian masuk se-kolah ladjutan tingkat pertama untuk melandjutkan kesekolah-sekolah landjutan tingkat atas.

3. Mengingat keadaan demikian ittt, maka kebidjaksanaan Pemerintah adalah sebagai berikut: a. menambah banjaknja sekolah-sekolah landjutan negeri.

b. menambah. bantuan morn dan materiil kepada pengadjaran partikelir.

Diusahakan supaja dalam djangka waktu 5 tahun jang akan datang dapat dibangunkan ± 1600 sekolah landjutan tingkat pertama dan ± 200 sekolah landjutan tingkat atas dalam lingkung-an kementerilingkung-an P.P. dlingkung-an K.

(Tjatatan : Sekolah Guru 6 tahun, ja'ni penggabungan S.G.B. dengan S.G.A., dimasukkan dalam golongan sekolah landjutan tingkat pertama).

Pertambahan pada pendidikan kedjuruan diusahakan setjara re-latif lebih besar daripada pendidikan jang bersifat umum terutama pada pendidikan tehnik, dengan penambahan S.T.P., S.T.P., S.T,-S.T, serta sekolah-sekolah keradjinan.

(16)

direntjanakan dimulai tahun 1958 de-ngan mengubah S.G.B. dan S.G.A. mendjadi S.G. jang lama peladjarannja 6 tahun.

Diharapkan bahwa pendidikan kedjuruan jang diusahakan oleh kementerian kementerian lain akan

bertambah pula dengan

(17)

Apabila mulai tahun 1960 rentjana seperti tersebut diatas ini dapatdidekati maka djumlah sekolah landjutan tingkat pertama, baik jang diusahakan oleh kementerian P.P.K. maupun oleh ke-menterian lain, akan berdjumlah ± 3000 sekolah. Hal ini berarti dapatnja ditampung sedjumlah 300.000 orang murid barn tiap tahun.

4. Suatu soal pendidikan landjutan jang lain ialah masalah pendidikan guru jang diperlukan berhubung dengan rentjana kewadjiban-beladjar. Ditahun 1950 sudah dimulai dengan pendidikan kilat bagi tjalon guru S.R. Dan pada tahun 1956 terdapat ± 500 S.G.B. jang diharapkan dapat menamatkan ± 30.000 orang tiap tahun. Oleh karena dalam tahun-tahun jang akan datang diper-Iukan ± 30.000 orang guru S.R. tiap tahun maka perkembangan guru setjara kwantitatip dapat memenuhi

kebutuhan

perkembang-an Sekolah Rakjat.

5. Seperti sudah disebutkan diatas maka prioritet utama dibe rikan pada pendidikan kedjuruan dan terutama pendidikan tehnik.

Disamping mengusahakan adanja fasilitet-fasilitet pendidikantehnik dan kedjuruan jang lebih banjak maka perlu adanja usaha-usaha untuk menjalurkan hasrat tamatan-tamatan S.R. agar melandjutkan peladjarannja pada sekolah-sekolah kedjuruan dan

per-lu pula adanja usaha-usaha untuk menghilangkan pandangan bahwa sekolah-sekolah landjutan umum mempunjai nilai jang lebih tinggi daripada sekolah-sekolah kedjuruan.

Adanja gedjala tidak bisa ditampungnja setjara memuaskan tamatan sekolah-sekolah tehnik patut diselidiki.

Penempatan tenaga mereka harus disalurkan pada sektpr-sektor jang memerlukan tenaga kerdja dalam

proses pembangunan,

se-suai dengan basil analisa pasar kerdja (lihat selandjutnja bab-Sumber Tenaga Kerdja, pasal penempatan Tenaga Kerdja).

Selandjutnja mengenai azas-azas pembangunan

(18)

teh-rentjana ini.

(19)

Diharapkan bahwa kira-kira dua per tiga dart djumlah biaja jang tersedia itu akan dipakal untuk pendidikan kedjuruan dan latihan kedjuruan.

7 Dari uraian tersebut diatas njata bahwa

kebutuhan

masja-rakat akan pendidikan landjutan masih terlalu djauh dapat dipenuhi apabila pendidikan landjutan semata-mata diselenggarakan oleh pemerintah. Karena itu perlu sekali adanja bantuan dari ma-sjarakat, antara lain dengan mengusahakan atau menjediakan gedung-gedung jang dapat dipergunakan bagi sekolah landjutan negeri.

Selandjutnja perkembangan pendidikan landjutan partikelir perlu memperoleh dorongan dalam bentuk bantuan moril dan materiil dari pemerintah.

Dalam pada itu usaha-usaha partikelir ini dalam batas tertentu harus mendapatkan pengawasan sehingga tidak mengganggu keseimbangan kebutuhan berbagai sektor pembangunan.

F. Pokok-pokok Latihan Tehnik Diluar Sekolah-Sekolah.

Disamping sekolah-sekolah tehnik masih terdapat berbagai-bagai latihan-latihan tehnik jang diselenggarakan oleh badan-badan pemerintah maupun partikelir. Pasal ini berisi suatu uraian mengenai pokok-pokok jang perlu diperhatikan dalam menjelenggarakan latihan-latihan tehnik tersebut,

1. Koordinasi dan penindjauan kembali dart pada

latihan

the-nik dan kedjuruan jang ada.

Pada waktu ini berbagai kementerian dan djawatan menjelenggarakan bermatjam-matjam latihan tehnik dan kedjuruan. Misalnja Kementerian Perburuhan.

(20)

Sedang disusun suatu programa untuk memperluas pusat-pusat latihan ini, untuk perbaikan gedung-gedung dan alatalat dan untuk melatih tenaga guru-guru. Selain itu masih banjak pusat-pusat latihan kedjuruan jang diselenggarakan oleh peme-rintah; jang paling Iuas diantaranja ialah Kementerian Perhubungan (D.K.A.. Perhubungan, Penerbangan sipil, Pelajaran, dan

(21)

lain-lainnja), Kementerian Pertanian, Kementerian Perekonomian dan Kementerian Pertahanan.

Perlu sekali diadakan koordinasi dari usaha-usaha latihan kedjuruan itu untuk menghilangkan duplikasi

dan untuk

metjesuai-2. Latihan „in-plant” dan „on the job”.

Matjam latihan jang besar kemungkinannja dalam waktu jang singkat dapat memberikan hasil jang lebih besar dengan djumlah investasi dalam gedung dan alat-alat jang seketjil-ketjilnja adalah apa jang dinamakan latihan „in-plant” dan „on the job”. Latihan

ini diperuntukkan bagi para pekerdja, dengan

maksud supaja

me-reka dapat mengerdjakan pekerdjaannja lebih effektip dan produk-tip ataupun guna menjiapkan

Latihan-latihan ini terdiri atas beberapa matjam, antara lain sebagai berikut:

a. Latihan pendidikan ,,on the job" bagi pekerdja-pekerdja jang mempunjai ketjakapan chusus jang

sudah bekerdja dalam

ber-bagai perusahaan. Tudjuannja ialah untuk mempertinggi keahlian mereka.

Latihan-latihan ini diselenggarakan dalam perusahaan-perusa-haan (baik pemerintah maupun partikelir) jang bermutu lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan sematjam jang lain. Dalam beberapa hal mungkin perlu didatangkan ahli-ahli tehnik jang didatangkan dari luar negeri untuk membantu latihan-latihan ini.

(22)

memerlukan latihan dalam perusahaan-perusahaan besar jang di Indonesia belum ada atau jang fasilitet-fasilitetnja tidak mentjukupi kebutuhan.

(23)

pengusaha untuk pemuda-pemuda agar mereka dengan setjara sistematis dapat memiliki sesuatu ketjakapan jang chusus, dengan pengertian bahwa pemuda-pemuda ini selama latihan tersebut bekerdja pada pengusaha tadi.

Penjelenggaraan latihan-latihan ini sebagian besar dilakukan didalam perusahaan-perusahaan dan pada umumnja berlangsung sedikit-dikitnja dua tahun.

Apabila latihan telah selesai maka mereka melandjutkan peker-djaan pada pengusaha tersebut sebagai tenaga kerdja jang mem-punjai ketjakapan chusus.

c. Latihan pimpinan dan pengawasan

Perbaikan produktivitet dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia banjak tergantung dari

Rentjana L.D.I. ini terdiri atas tiga matjam, jaitu : 1) Latihan Memimpin Pekerdjaan (Job Instruction

Training), ja'ni latihan jang bertudjuan untuk melatih pengawas-pengawas („foreman") dalam tjara-tjara jang effisien guna memimpin pekerdja-pekerdja dalam pekerdja-pekerdjaan.

2) Latihan Tjara-tjara Mendjalankan Pekerdjaan (Job Methods Training), ja'ni .Iatihan. jang disederhanakan bagi pengawas-pengawas pada tingkat jang lebih tinggi (supervisors) meiige-naitjara-tjara mendjalankan rentjana pekerdjaan serta perbaik-an-perbaikan.

3) Latihan Hubungan Pekerdjaan (Job Relations Training), ja'ni latihan guna menjiapkan pengawas-pengawas dalam mengatur hubungan kerdja dan memetjahkan kestlitan-kesulitan serta ketidak puasan para pekerdja.

(24)

telah diselenggarakan luas sekali di-negara-negara lain termasuk Djepang dan India de-ngan berhasil. Untuk pelaksanaan mungkin diperlukan

pelatih-pelatih dari luar negeri jang sudah berpengalaman.

(25)

3. Latihan untuk keperluan perusahaan-perusahaan baru.

Sebaiknja setiap mendirikan perusahaan barn harus disertai rentjana jang terperintji mengenai

latihan bagi tenaga-tenaga

penga-was dan bagi pekerdja-pekerdja jang berketjakapan chusus. Untuk industri-industri jang didirikan dengan modal asing maka harus ditentukan bahwa perusahaan tersebut akan melatih orang-orang Indonesia sehingga mereka dapat mendjalankan

sendiri

perusaha-an-perusahaan itu didalam djangka waktu beberapa

tahun. Djuga

bagi perusahaan-perusahaan jang akan didirikan oleh Pemerintah maka Pemerintah sendiri akan menjelenggarakan latihan tersebut.

Apabila perusahaan-perusahaan barn didirikan dengan modal bangsa Indonesia maka dalam perdjandjian kredit dengan badanbadan perkreditan perlu dimuat penjelenggaraan latihan-latihan.

4. Aspek-aspek daerah.

Mengingat pembangunan Indonesia dimasa jang akan datang adalah penting sekali bahwa rentjana-rentjana latihan diseleng-garakan didaerah-daerah sesuai dengan kebutuhan dari tiap daerah, biarpun kebutuhan terutama akan tenaga-tenaga jang mempunjai ketjakapan chusus adalah di Djawa. Djika kegiatan ekonomi dipulau-pulau lain telah berkembang maka kebutuhan didaerah-daerah itu akan tenaga-tenaga tjakap mendjadi lebih besar lagi. Langkah ini djuga akan membantu mengurangi migrasi orang-orang dari pulau-pulau lain ke Djawa untuk memperoleh pendidikan dan latihan,

5. Peranan pemerintah dan perusahaan partikelir. Penjelenggaraan latihan-latihan harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sekarang dan taksiran

kebutuhan dikemudian

(26)

ada.

Suatu azas jang penting ialah bahwa Pemerintah

tidak

(27)

latihan-latihan jang diselenggarakan oleh Pemerintah ialah members ke- sempatan perusahaan-perusahaan

ketjil serta

perusahaan-perusa-haan pemerintah untuk mempertinggi produktivitet

mereka dan

agar supaja mereka sanggup bersaingan dengan perusahaan-perusahaan jang lebih besar bask didalam maupun diluar negeri.

G. Pendidikan Tinggi.

1. Perkembangan Pendidikan Tinggi sebanjak mungkin disesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga ahli jang timbul berhubung dengan pelaksanaan rentjana pembangunan pada umumnja dan chususnja sektor-sektor jang mendapat prioritet didalam rentjana pembangunan.

Hingga sekarang tendens pembukaan perguruan

tinggi

(ter-utama partikelir) terlalu tjondong kepada kebetulan adanja tenaga pengadjar dan kurang sekali memperhatikan permintaan pasar

kerdja serta proses pembangunan.

2. Keadaan pendidikan tinggi pada achir tahun 1955 adalah seperti berikut :

Perguruan tinggi pemerintah berdjumlah 3 bush,

jaitu

Univer-sitas Indonesia dengan 10 Fakultas serta 9669 mahasiswa, Univer-sitas Negeri Gadjah Mada dengan 12 Fakultas serta 7937 mahasiswa, Universitas Airlangga dengan 4 Fakultas serta 3268 mahasiswa.

Selain itu masih ada 12 buah sekolah pendidikan tinggi (per-guruan tinggi dan fakultas-fakultas jang belum tergabung pada sesuatu Universitas, antara lain Fakultas Kedokteran Medan, P.T.P.G. di Bandung dan sebagainja) dengan djumlah mahasiswa sebanjak 1620 orang.

Dan masih terdapat lagi 24 perguruan-perguruan

(28)

Universitas barn itu sesuai dengan kebidjaksanaan Pemerintah untuk tidak memusatkan pendidikan tinggi di Djawa sadja.

Djumlah mahasiswa dan djumlah tamatan

pendidikan tinggi

negeri hingga achir tahun 1955 adalah sebagai berikut:

Tehnik 3492 (86). Ilmu Pasti dan Ilmu Alam 1068

(6),

(29)

3. Kebutuhan akan tenaga a l l untuk djangka

waktu 5 tahun

jang akandatang ini belum dapat ditentukan dengan pasti, karena belum adanja analisa mengenai keadaan pasar kerdja serta belum adanja taksiran-taksiran kebutuhan akan tenaga ahli jang . tepat dari sektor pemerintahan (kementerian-kementerian) dan sektor partikelir.

Sekedar untuk memberikan gambaran. diberikan disini taksiran besarnja kebutuhan akan tenaga ahli tehnik.

Ikatan Insinjur Indonesia menaksir setjara kasar kebutuhan Indonesia akan tenaga tehnik untuk masa 5 tahun jang akan datang :

Untuk sektor pemerintah diperlukan 3.200 orang dengan bachelors degree dan 575 orang dengan masters degree, sedang sektor partikelir membutuhkan 4000 orang tehnisi.

Djadi dibutuhkan 7775 ahli tehnik.

Persentage kebutuhan ahli-ahli dalam berbagai lapangan terperintji sebagai berikut :

Tabel IV. Kebutuhan Ahli-ahli

100% 100% 100% 100% 100% 100%

(30)
(31)

Mengenai djumlah kebutuhan akan tenaga dokter sesuai dengan taksiran Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:

Pada achir tahun 1955 ada sedjumlah 1732 dokter (termasuk beberapa ratus dokter-dokter bangsa asing), tudjuan pada tahun 1956 adalah ± 2800 orang dokter sebagai kebutuhan mini-mum, dengan demikian kekurangan didalam 5 tahun jang akan datang. adalah 1070 orang dokter, atau ± 200 tiap tahun.

4. Apabila kita bandingkan kapasitet Perguruan Tinggi untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli

dengan kebutuhan dalam

djang-ka waktu 5 tahun jang adjang-kan datang madjang-ka ternjata bahwa didalam beberapa tahun tersebut permintaan sebanjak djumlah itu belum dapat dipenuhi oleh Perguruan Tinggi. Kebidjaksanaan mengenai hal ini ialah agar pemberian prioritet dalam pembangunan pendidikan tinggi disesuaikan dengan prioritet dalam rentjana pembangu-nan. Terutama perhatian harus diberikan pada pendidikan tehnik.

Sebagai tjontoh dapat dikemukakan bahwa lebih baik mengusahakan sebuah perguruan tinggi tehnik daripada pembangunan 2 atau 3 buah perguruan tinggi hukum.

5. Kebidjaksanaan lain untuk mengatasi kesulitan tersebut diatas ialah perubahan curriculum beberapa Fakultas sedemikian rupa, sehingga dengan tahun beladjar jang tidak terlalu lama dapat ditjapai pendidikan akademis jang tjukup dan dapat diperoleh suatu idjazah jang mempunjai civil effect.

Dengan demikian tamatan-tamatan pendidikan tinggi tersebut langsung dapat bekerdja dalam proses produksi.

Bagi pendidikan jang lebih mendalam dapat diadakan tambahan beberapa tahun guna mentjapai tingkat jang lebih tinggi.

(32)

Maka perlu diadakan Kewadjiban Bekerdja bagi tamatan pendidikan tinggi selama djangka waktu tertentu bagi kepentingan sektor-sektor pemerintahan jang masih membutuhkan, sebagaimana sudah dilakukan terhadap tamatan-tamatan Fakultas Kedokteran.

(33)

peng-hargaan chusus sebagai tenaga-tenaga ahli sehingga mentjukupi bagi keperluan hidup mereka.

7. Djumlah pengadjar pada pendidikan tinggi terasa sangat kurang dan sementara waktu diisi oleh tenaga-tenaga pengadjar bangsa asing. Hingga achir tahun 1955 terdapat ± 1500 tenaga pengadjar bangsa Indonesia dan ± 270 tenaga bangsa asing.

Untuk menutupi kekurangan tenaga pengadjar dengan tenaga pengadjar bangsa asing dalam waktu

djangka pendek maka

kerdja sama (affiliation-programs) dengan perguruan-perguruan tinggi jang ternama diluar negeri lebih diandjurkan dari pada kontrak-kontrak perseorangan, karena „affiliation-programs” ini lebih mendjamin mutu pengadjar-pengadjar bangsa asing tersebut.

Tjara ini telah dilaksanakan oleh Fakultas-fakultas Kedokteran dan Ekonomi di Djakarta dan Fakultas Tehnik di Bandung.

Tudjuan terachir ialah mengisi kekurangan tersebut dengan te-naga-tenaga bangsa Indonesia,

dengan tidak mengurangi arti

kerdja sama dengan universitas-universitas diluar negeri (misalnja dalam tukar menukar guru besar).Pengerahan dan penjaluran tja-lon-tjalon tenaga pengadjar harus didjalankan setjara berentjana dan dipilih dari para mahasiswa jang terbaik dan jang mempunjai bakat-bakat sebagai pengadjar. Mereka dikirimkan keluar negeri untuk memperdalam pengetahuannja. Rentjana jang demikian antara lain diselenggarakan di Fakultas Ekonomi.

8. Dalam pelaksanaan perkembangan pendidikan tinggi djuga diusahakan bantuan-bantuan luar

negeri, terutama mengenai

alat-alat dan tenaga pengadjar.

Bantuan-bantuan tersebut diusahakan

darinegara-negara

(34)

kerdja, kesulitan-kesulitan pada perguruan tinggi mengenai tenaga pengadjar, ruang kuliah, alat-alat dan sebagainja. Kebidjaksanaan untuk mengurangi kongesti ini antara lain ialah:

a. Memperbanjak penerangan beladjar bagi murid-murid S.M.A. untuk menghindarkan

kesalahan-kesalahan mengambil

(35)

b. Mempertinggi mutu peladjaran bahasa asing disekolah me-nengah dan diperguruan tinggi

terutama untuk

Fakultas-Fa-kultas jang memerlukan pengetahuan beberapa bahasa asing,

c. Pemberian bimbingan dan pengawasan jang lebih banjak terutama pada mahasiswa-mahasiswa ditingkat rendah.

d. Menjediakan buku-buku oleh pengadjar-pengadjar bangsa Indonesia sendiri dan mempergiat usaha penterdjemahan bukubuku pengetahuan asing.

10. Selandjutnja bagi kepentingan perkembangan pendidikan tinggi perlu dipertjepat penjelesaian Undang-undang Perguruan Tinggi jang sudah bertahun-tahun dalam persiapan. Diusahakan agar pada permulaan pelaksanaan rentjana pembangunan Rentjana Undang-Undang tersebut sudah dapat disiapkan.

Perhatian terutama harus diberikan pada masaalah pemberian otonomi kepada Universitas-Universitas, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap lantjarnja pembangunan Universitas-Universi-tas jang pada waktu ini sangat terikat oleh birokrasi administratip terutama dalam masaalah keuangan.

Dengan adanja otonomi tersebut Universitas-universitas selain dari Pemerintah sendiri djuga dapat menjandarkan bantuan dari masjarakat.

Soal lain jang perlu Pula mendapat perhatian dalam U.U.P.T. tersebut ialah mengenai pemberian

gelar-gelar akademis.

Sebaik-nja diusahakan adaSebaik-nja keseragaman dengan mempertimbangkan nilai tingkat peladjaran. Djuga dipertimbangkan perpendekan waktu beladjar sebagaimana diuraikan dalam salah satu Bab jang terdahulu.

H. Beasiswa Ikatan Dinas dan Pengiriman Tenaga-tenaga Keluar Negeri.

1. Beasiswa ikatan dinas.

(36)
(37)

Tabel V.

Beasiswa Ikatan Dinas Kementerian P. P. 0 K. (pada achir tahun 1955)

P.P. 15/154 4524 758 355 722 314 152 798

P.P. 32/149 2021 213 75 176 262 20 1069

DJumlah 6545 971 430 898 576 172 1867

Sumber : Kementerian P.P. & K.

(38)

Hal ini menghambat perkembangan peladjaran mereka.

b. Kebidjaksanaan mengenai pemberian beasiswa I.D. pertamatama harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan tenaga ahli dalam sektor-sektor fang mendapat prioritet didalam rentjana pembangunan. Dengan demikian perhatian terutama

da-lam pemberianibeasiswa ikatan dinas harus diberikan pada mahasiswa-mahasiswa fakultas-fakultas tehnik, pertanian dan kedokter-an dengkedokter-an tidak melupakkedokter-an djuruskedokter-an-djuruskedokter-an jkedokter-ang lain.

Agar supaja tundjangan ikatan dinas merupakan dorongan bagi mereka jang diharapkan mengisi lapangan-lapangan kerdja jang dibutuhkan negara, maka dipertimbangkan suatu sistim jang ber-beda-beda bagi pelbagai djurusan dan suatu sistim kenaikan djumlah beasiswa sesuai dengan tingkat peladjaran.

Karena Anggaran Belandja jang tersedia tidak bisa terlalu luas, maka untuk masa selandjutnja

sjarat-sjarat guna mendapat

beasis-wa perlu dipertinggi sehingga terbatas pada mereka

jang

(39)

Disamping itu hares diadakan bimbingan serta pengawasan beladjar jang lebih intensif terhadap mereka.

Karena terbatasnja beasiswa ikatan dinas jang mungkin dapat diberikan, maka dapat diusahakan turut sertanja pihak partikelir dan perusahaan-perusahaan dalam memberikan beasiswa-beasiswa tersebut.

2. Pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri.

a. Selama perkembangan pendidikan tinggi masih belum dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli dan belum adanja beberapa djurusan pendidikan tinggi tertentu guna pendidikan landjutan atau spesialisasi, maka pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri masih memegang peranan jang sangat panting.

b. Pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri pada waktu ini didjalankan atas dasar pengiriman oleh Pemerintah sendiri dan pengiriman dalam rangka bantuan luar negeri. Keadaan pada waktu ini mengenai pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri adalah sebagai berikut:

Djumlah tenaga-tenaga jang dikirim keluar negeri dengan beaja Pemerintah hingga achir tahun 1955 berdjumlah 242 orang diantaranja sedjumlah 141 orang untuk djurusan-djuru-san tehnik, pertanian dan kedokteran.

Djumlah tenaga-tenaga jang dikirim keluar negeri dalam rangka bantuan luar negeri mulai tanggal 1 Januari 1950 hingga tanggal 15 Januari 1956 berdjumlah 1179 orang dart antaranja 702 orang untuk lapangan tehnik.

Pada azasnja ada dua djenis sifat pengiriman tenaga-tenaga keluar negeri, ialah :

1. Latihan singkat jakni, latihan jang lamanja kurang dari 2 tahun dan terutama dipergunakan untuk memperluas atau memperdalam pengetahuan dari seorang tenaga dalam lapangannja. Oleh Kementerian-Kementerian biasanja digunakan untuk upgrading tenaga-tenaga tersebut sehingga memperbaiki mutu pegawai.

2. Pendidikan djangka pandjang. Pendidikan jang lamanja 2 tahun atau lebih ditudjukan untuk mendapatkan keahlian.

(40)

tenaga-tena-ga keluar negeri didasarkan pada kebutuhan akan

tenaga-te-naga ahli pada sektor-sektor jang mendapat prioritet dalam

(41)

Pengiriman keluar negeri hanja untuk djurusan-djurusan pela-djaran jang di Indonesia tidak ada atau jang di Indonesia masih terlalu rendah tingkatannja. Untuk kebutuhan-kebutuhan jang ber-sifat chusus, bagi djurusan-djurusan jang di Indonesia sudah ada, maka mereka jang telah taint beladjar dikirimkan untuk spesiali-sasi dalam lapangan-lapangan tertentu.

Untuk pelaksanaan Rentjana Pembangunan, antara lain untuk kebutuhan projek-projek besar dikemudian hari misalnja industri berat, harus diadakan persiapan bertahun-tahun. sebelum projek itu diselenggarakan, untuk mendidik tjukup ahli-ahli pada lapang-an-lapangan itu. Pendidikan sematjam ini hanja dapat diselengga-rakan diluar negeri dalam industri-industri jang bersangkutan.

Dalam hal demikian djika tidak tersedia bantuan-bantuan dari luar negeri, maka pemerintah harus menjediakan biaja setjukupnja untuk keperluan tersebut.

Pengiriman-pengiriman tersebut harus lebih ditudjukan pada pengiriman djangka pandjang jang memberikan pendidikan penuh dari pada latihan singkat jang biasanja hanja bertudjuan memper-luas pandangan dari tenaga-tenaga jang dikirim.

Mengenai pengiriman dalam rangka bantuan luar negeri pemerintah bukan hanja mendasarkan kepada tawaran-tawaran dari Iuar negeri, melainkan terutama mendasarkan pada usaha setjara aktif untuk mendapatkan fellowships dan scholarships dari badan atau negara manapun.

Sjarat-sjarat bagi tjalon-tjalon untuk dikirimkan keluar negeri hendaknja sedemikian rupa, sehingga sedikit banjak ada djaminan tentang bakat serta ketjakapan jang dikirim, misalnja bagi maha-siswa-mahasiswa telah harus menempuh satu atau dua udjian universitas dan sebagainja. Pengawasan serta saksi-saksi perlu dipegang teguh.

I. Pendidikan Masjarakat.

(42)

dengan adanja rentjana pembangunan.

Pendidikan masjarakat meliputi antara lain usaha-usaha Pemberantasan Buta Huruf, Kursus-kursus Pengetahuan Umum dan Pendidikan Tenaga, Kursus-kursus Kewanitaan, Kepanduan, Pemuda, Perpustakaan Rakjat dan lain-lain.

(43)

2. Masaalah jang terutama dihadapi dalam pendidikan masja-rakat ialah pemberantasan buta huruf. Dari tahun 1951 hingga achir tahun 1 9 5 5 tahun dalam waktu jang sesingkatsingkatnja. b. kemampuan untuk mempunjai pendidikan dasar

bagi orang-orang tersebut diatas.

c. mendjaga bagi mereka jang barn dapat membatja

dan menulis untuk tetap dapat

mempergunakannja dan memperkembangkannja. d. mendorong kegiatan-kegiatan jang datang dari

penduduk

sen-diri dalam lapangan pemberantasan buta huruf. e. membentuk dan mengembangkan tenaga-tenaga

pendidik di-desa-desa dengan melatih pengadjar-pengadjar pemberantasan buta huruf.

Perhatian utama harus diberikan kepada pemeliharaan dari mereka jang baru bisa membatja dan menulis supaja mereka tidak mendjadi buta huruf kembali. Ini dapat didjalankan antara lain dengan mengadakan perpustakaan-perpustakaan pengantar dan madjalah-madjalah rakjat,

kumpulan-kumpulan didesa jang mengusahakan

memperkembang pengetahuan mereka tentang membatja dan menulis, pengumuman-pengumuman didesa setjara tertulis dan sebagainja.

Usaha-usaha pemberantasan buta huruf ini dalam waktu jang akan datang perlu digerakkan dengan lebih giat lagi dan dapat dilaksanakan dalam rangka Pembangunan Masjarakat Desa.

3 . Demlkian pula usaha-usaha pendidikan masjarakat jang lain pelaksanaannja harus disesuaikan dengan adanja Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa. Dengan begitu diusahakan terhin-darnja doubleures dalam usaha-usaha pemerintah.

(44)
(45)

Lampiran dari Bab 12: Pendidikan.

Laporan dari Technical Education Survey Team. Pendahuluan.

Technical Education Survey Team dikirim ke Indonesia oleh Foreign Operations Administration jang sekarang mendjadi Inter-national Co- operation Administration dart Amerika Serikat atas permintaan Biro Perantjang Negara. Tugas umum Team itu adalah sebagai berikut:

„Tudjuan utama dari penjelidikan pendidikan tehnik, ialah mempeladjari rentjana peladjaran,

fasilitet-fasilitet dan

tjara-tjara mengadjar sekolah tehnik, begitu djuga fasilitet-fasilitet latihan tehnik jang lain berhubung dengan kebutuhan peme-rintah, industri, perdagangan, dunia perusahaan. keradjinan dan pertanian akan tenaga terlatih; dan mengadjukan usul-usul kepada pemerintah tentang bagaimana fasilitet-fasilitet jang berbagai-bagai itu dapat diperbaiki dan diarahkan untuk memenuhi dengan baik kebutuhan-kebutuhan pembangunan Indonesia”. Untuk memperoleh bahan-bahan guna laporan dan andjuranandjuran jang diberikan Team telah mengudjungi berbagai tempat pendidikan tehnik dan pertanian dart tingkatan landjutan pertama hingga jang bertingkat fakultas serta pula tempat-tempat latihan. kedjuruan dan keradjinan di Djawa, Sumatera dan Sulawesi.

Sepandjang laporan ini terdapat pandangan-pandangan dan andjuran-andjuran jang dapat dibagi atas dua djenis:

1. andjuran-andjuran jang dimaksudkan untuk dilaksanakan dalam djangka pandjang.

2. andjuran-andjuran untuk djangka pendek.

(46)

Disamping itu Team mengandjurkan suatu sistem jang memudahkan pemindahan langsung setjara timbal-balik dart para peladjar S.T.M. dan S.M.A dan supaia inspektur-inspektur daerah djuga bertanggung djawab atas S.T.M.

(47)

Sekolah menengah jang luas lapangan

peladjarannja

dimaksud-kan untuk dilaksanadimaksud-kan dalam djangka pandjang, sedangkan andjuran-andjuran lain dimaksudkan untuk dilaksanakan dalam djangka pendek.

Bab A.

Pengadjaran Klasikal dan Rentjana Peladjaran. I. Buku-buku peladjaran.

Dibagian lain diterangkan mengenai perhatian jang terlalu banjak ditumpahkan pada "lecture method". Mungkin sekali berhubungan dengan ini terdapat kekurangan buku-buku karena sukar diperdapat dan kurang dipergunakan.

Pekerdjaan-pekerdjaan bahan-bahan peladjaran jang tertulis atau jang sedang ditulis sering memperlihatkan duplikasi karena sedang disiapkan oleh pengadjar lainnja didaerah-daerah lainnja.

Oleh karena itu diandjurkan supaja:

1. Didirikan satu "clearing house" pusat guna menganalisa kebutuhan buku-buku peladjaran

dan mendorong para

peng-adjar menterdjemahkan buku-buku jang ada ataupun menulis jang baru, Salah satu funksi sekunder badan tersebut ialah mengkordinir kegiatan-kegiatan dari semua penterdjemah dan penulis, sehingga tidak akan timbul overproduksi dibeberapa lapangan sedangkan lapangan lainnja tidak diindahkan.

2. Dimana dalam buku peladjaran dipergunakan bahasa-bahasa asing, hendaknja diusahakan pemakaian bahasa Inggeris sadja, karena bahasa inilah jang setjara resmi mendjadi bahasa kedua. Pemakaian banjak bahasa dalam pengadjaran sebagaimana halnja sekarang dibeberapa sekolah, bagaimanapun djuga harus ditiadakan. Misal: disalah satu Lembaga Pendidikan Guru, diwadjibkan mempeladjari bahasa Djerman, karena buku peladjaran ilmu-alam ditulis dalam bahasa Djerman.

(48)

peladjaran jang harus diimpor. Buku-buku ini dipergunakan untuk perpustakaan atau dipakai oleh pengadjar dan peladjar.

(49)

II. T j a r a kuliah.

Tjara mengadjar jang banjak dipakai di Indonesia ialah tjara

kuliah (lecture method). Tjara ini pada pokoknja menjuruh guru banjak bitfara. Demonstrasi-demonstrasi dalam peladjaran kebanjakan hanja menerangkan sesuatu hal dan djarang dipakai untuk mengadjarkan peladjar bagaimana is sendiri

harus

melaku-kan pertjobaan. itu. Demonstrasi-demonstrasi hendaknja diper-banjak lagi dalam peladjaran-peladjaran, dimana sipeladjar dapat memperhatikan sipengadjar melakukan suatu pekerdjaan dan se-sudah itu melakukan sendiri pekerdjaan jang serupa.

Selandjutnja turut sertanja peladjar, sebaiknja diperbanjak dengan tjara diskusi dan dengan pemakaian tehnik memetjahkan soal.

Baik sekali djika diadakan konperensi chusus mengenai tjara mengadjar sehingga semua pengadjar dapat menarik faedah dari padanja.

III. Eksploitasi peladjar.

Setiap usaha pendidikan harus diarahkan ketudjuan jang utama, jaitu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian oleh peladjar. Suasana pendidikan harus mendjadi suasana beladjar.

Kiranja dapat diandjurkan supaja:

1. Segala pekerdjaan produksi ditiadakan di S.T.P. Misal: membuat kursi, medja dan sebagainja.

2. Pekerdjaan produksi jang diberikan di S.T.M. dan di S.G.P.T. hendaknja didjadikan tjara beladjar dimana sipeladjar mendapat kesempatan menjelesaikan suatu pekerdjaan dengan bulat mulai dari perentjanaan hingga selesainja barang jang dibuat. Disinipun harus dihilangkan produksi jang berulang-ulang.

Misal: Djika setelah mempeladjari pokok pekerdjaan tersebut ia disuruh melakukan pekerdjaan itu berulang-ulang, maka sedikit sadja jang dipeladjarinja dari padanja.

IV. Arti relatip dari gedung-gedung, alat-alat dan

staf pengadjar.

(50)

djauh lebih panting dari pada alat-alat dan gedung-gedung. Urutan menurut pentingnja ialah sebagai berikut:

1. Para pengadjar.

2. Alat-alat dan perlengkapan. 3. Gedung-gedung.

(51)

Di Indonesia urutan ini tidak begitu tepat. Team lebih banjak mendapat keterangan jang menjatakan kurangnja pengadjar jang bermutu, maka oleh karena itu diandjurkan supaja:

1. Tekanan usaha pendidikan hendaknja diletakkan pada pendidikan guru-ini adalah kebutuhan jang mendesak.

2. Djika sekolah dapat dianggap terdiri dari 3 bagian; guru-guru, alat-alat pelengkapan dan gedung, maka urutan menurut pentingnja dan gunanja dalam pendidikan seharusnja sebagai urutan jang tersebut diatas.

Bab B Guru–guru I. Gadji guru

Team tidak menemui diseluruh Indonesia suatu daerah jang tjukup mempunjai tenaga pengadjar jang kompeten dan sedikit tanda-tanda jang menjatakan keadaan ini dapat diperbaiki dalam waktu pendek dengan tjara bekerdja sekarang.

Sebab jang paling utama ialah tidak tjukupnja gadji guru-guru, maka itu diandjurkan supaja gadji guru-guru dinaikkan.

II. Pendidikan guru.

Pada umumnja sekolah-sekolah guru tidak memenuhi sjarat-sjarat, dan memerlukan dorongan jang njata. Terlalu banjak sekolah-sekolah guru jang hanja merupakan satu lembaga jang sekadar mengulangi dan meluaskan mata-mata peladjaran jang diberikan disekolah-sekolah lain.

(52)

Satu tjara untuk mempertahankan korps pengadjar jang sekarang ialah mengadakan kesempatan bagi mereka untuk menambah

(53)

ketjakapannja guna mendapat kedudukan jang lebih baik dan gadji jang lebih tinggi, maka disini diandjurkan supaja:

1. Disusun rentjana up-grading guna memungkinkan guru-guru sekarang meninggikan pendidikan mereka dan disamping itu menerima kenaikan-kenaikan gadji dan menjiapkan diri untuk dinaikkan pengkatnja.

2. Perluasan rentjana guru "on-the-job" dan up-grading hendak-nja dipertimbangkan sebagai tjara jang mungkin dapat meringankan kekurangan guru.

IV. Organisasi guru.

Disini diandjurkan perkumpulan guru supaja didirikan danratau ditambah jang bertudjuan mengembangkan tehnik mengadjar.

Supaja organisasi seperti jang dimaksud dibentuk dan diberi dorongan.

Bab C.

Filsafat pendidikan dan Rentjana Pendidikan I. Sistim djalan sedjadjar

Paralleltrack system).

Team dalam tugasnja senantiasa menemui faktor tradisi, teristimewa tradisi-tradisi jang diambil dari orang-orang Belanda dan golongan-golongan asing lain. Dengan menindjau persoalan pendidikan tehnik dalam hubungan kebutuhan Indonesia sekarang dan dikemudian hari, dengan sendirinja mereka jang bertanggung djawab atas pendidikan di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh tradisi.

Berhubung dengan adanja tradisi Belanda jang bertemu, maka peladjar-peladjar jang telah diterima dalam salah satu sekolah mengalami kesulitan kalau pindah kesekolah matjam lain.

(54)

golongan-golongan eko-nomis dan sosial jang homogeen dari pada golongan-golongan jang homogeen dalam kepentingan dan kesanggupan.

(55)
(56)

Putusan mengenai parallel track atau urutan pendidikan mans jang akan dimasuki harus diambil dikala simurid menamatkan peladjarannja di-tingkat ke-enam. Mereka ini perhatiannja masih belum tjukup matang untuk membuat pilihan dalam djangka pandjang dengan pertimbangan pikiran.

Pada pokoknja sistim demikian adalah tidak demokratis.

Adalah perlu bagi setiap sistim pendidikan, mengadakan, ke- sempatan bagi para pemuda untuk menjelidiki lapangan-lapangan kedjuruan jang mungkin diadakan dan jang mengidjinkan mereka mengubah tudjuan pendidikan mereka dengan kerugian waktu, dan usaha jang se-ketjil-ketjilnja. Dalam „parallel track” jang terdapat sekarang hal ini tidak dipenuhi.

Berhubung dengan itu maka dengan singkat diandjurkan supaja:

1. Sistim sekarang ditindjau kembali untuk mengidjinkan pemindahan peladjar-peladjar dengan mudah dari. lembaga matjam kesatu ke jang lain.

Hal ini hanja berarti bahwa mata-mata peladjaran "inti" jang terdapat disemua sekolah, dianggap sebagai sedjadjar pada pokoknja, sehingga seorang peladjar jang hendak pindah kematjam sekolah manapun dianggap telah mendapatnja.

Ini berarti bahwa is hanja diwadjibkan mengikuti peladjaran jang belum pernah didapatnja.

2. Tamatan-tamatan S.T.M. dan lembaga-lembaga jang serupa diidjinkan memasuki Universitas-Universitas atas dasar jang sama dengan tamatan-tamatan S.M.A.

3. Suatu sistim pemberian pimpinan jang diperbaiki (improved guidance service) jang akan diuraikan ditempat lain dari laporan.

II. Konsolidasi usaha pendidikan.

Pembahasan masalah ini akan mengikuti dua bush djalan pikiran.

(1) pembentukan sekolah landjutan jang luas lapangannja, dan

(57)

banjak lembaga-lembaga bertudjuan tunggal (single purpose institutions) jang diren-tjanakan agak sempit, S.M.A,- Universitas, S.T.M.- pekerdjaan dilapangan tehnik.

(58)

Seperti telah dikatakan lebih dahulu, banjak diantara sekolah-sekolah ini bekerdja dengan tjara jang tidak e ff i -sien karena ketjilnja. Kiranja masuk akal kalau Indonesia menerima rentjana djangka pandjang untuk mempertim-bangkan penggabungan pelbagai satuan-satuan chusus ini mendjadi sekolah landjutan jang luas lapangan peladjarannja. Ini memberikan tiga keuntungan;

1. Ada keuntungan dalam

penjelenggaraannja, baik ekonomis maupun dalam arti pendidikan. Mata-mata peladjaran "inti" pada hakekatnja sama dimana peladjar-peladjar jang ingin mendapat keachlian-keachlian chusus ini dapat mengikuti seperti sekarang.

2. Rentjana jang di-usulkan ini akan menghasilkan sekolah jang lebih demokratis.

Sistim pendidikan jang berlapis-lapis (stratified) seperti jang dipergunakan sekarang lebih memperbesar

perbedaan-perbedaan sosial daripada

memperketjilnja. Sebaliknja, sekolah landjutan berpeladjaran luas memperluas demokrasi dengan menempatkan peladjar-peladjar beraneka ragam jang berbeda-beda. dalam satu sekolah bahkan untuk peladjaran-peladjaran “inti” dalam sate kelas.

3. Oleh karena sekolah-sekolah mendjadi lebih. besar, terbuka kemungkinan bagi para peladjar mengikuti rentjana peladjaran jang lebih luas djika keuangan mengidjinkan, misalnja dengan membuka kelas menggambar dengan tjat minjak.

(59)

mungkin dipertimbangkan bila pengangkutan umum bagi anak-anak murah dan mudah dari pada memelihara sedjumlah

sekolah-sekolah ketjil jang terpisah-pisah. Konsolidasi sematjam ini terutama dapat dilakukan pada sekolah-sekolah rendah.

(60)

Dua aspek konsolidasi jang perlu dipeladjari adalah:

1. Perkembangan sistim tunggal dari sekolah landjutan jang luas lapangan peladjarannja. 2. Konsolidasi sekolah-sekolah ketjil jang sama

mendjadi satu sekolah besar jang centraal letaknja.

III. Pemilihan peladjar-peladjar untuk Universitas dan penjusutan.

Pemerintah Indonesia memadjukan tindakan-tindakan demokrasi. Akan tetapi ada beberapa hal dimana sikap demikian dapat di-salah-gunakan. Misalnja tjara menerima peladjar dipelbagai Universitas.

Dari angka-angka statistik jang diperoleh njata sekali bahwa ketjepatan susutnja djumlah peladjar

adalah mengedjutkan, hal ini

tak dapat dipertanggung-djawabkan atas dasar penghematan.

Jang lebih panting dari pada pemborosan uang negara ialah pemborosan njata dari sumber-sumber tenaga manusia, disini njata sekali lagi bahwa sistim "parallel track" jang menjebabkan, se-tidak-tidaknja untuk sebagian, susutnja djumlah peladjar tersebut diatas jang besar.

Maka diandjurkan supaja:

1. Sjarat-sjarat masuk ditetapkan pada pelbagai Universitas dan sjarat-sjarat termaksud hendaknja terdiri atas 2 bagian:

a. sjarat-sjarat umum untuk diterima di Universitas seperti

angka-angka rapor dikelas, angka rata-rata diudjian, dan

andjuran dari Direktur sekolah, dan

b. sjarat-sjarat Fakultas chusus misalnja ilmu pasti dan ilmu alam untuk FakultasTehnik. 2. Sjarat-sjarat masuk ini hendaknja dikenakan

(61)

dengan wakil-wakil dari sekolah-sekolah menengah, agar dengan demikian ditjapailah koordinasi jang lebih baik antara kedua golongan.

4. Pada mereka jang tidak lulus di Universitas-Universitas

hen-daknja diselidiki sebab-sebab fang sebenarnja dari

kegagalan-nja. Kenjataan-kenjataan ini dapat nanti dipergunakan untuk

mentjari usaha-usaha perbaikan.

(62)

IV. Pemberian nasehat dan petundjuk.

Tjara-tjara pemberian nasehat dan petundjuk dalam lapangan pendidikan djarang diketemukan.

Kebutuhan akan nasehat pendidikan bagi simurid sebagai pela- djar dan nasehat pribadi bagi sipeladjar sebagai pemuda harus dimasukkan dalam sistim pendidikan.

Karena itu diandjurkan:

1. Dalam djangka pandjang direntjanakan pendirian lembaga pemberian nasehat dan petundjuk-petundjuk di sekolah-sekolah menengah.

2. Peladjaran dalam tehnik demikian dimasukkan dalam daftar peladjaran college guru.

3. Pekerdjaan pembangunan dari Lembaga Psychologie diper-luas.

V. Duplikasi dalam usaha pendidikan.

Duplikasi pada usaha pendidikan pada umumnja tidak diingin-kan.

Sebab ini membawa pemboroson-pemborosan keuangan pemakaian tempat dan tenaga administrasi jang sebenarnja dapat digunakan dengan lebih baik dalam keadaan lain.

Duplikasi-duplikasi dalam usaha-usaha pendidikan jang demikian malah terdapat di Indonesia dan duplikasi ini mengambil berbagaibagai bentuk.

Pokok persoalan adalah apakah beberapa lembaga ketjil lebih baik atau tidak, dibandingkan dengan satu lembaga sadja jang besar. Sudah mendjadi pendapat umum bahwa ada suatu ukuran lembaga minimum, tentang banjaknja murid, dibawah ukuran mana adalah tidak bidjaksana untuk menjelenggarakannja. Sebaliknja adalah tidak bidjaksana pula mengadakan suatu lembaga jang terlalu besar.

Dilain-lain negara, batas ketjil dan besarnja ukuran itu pada umumnja telah ditentukan pada 300 dan 2000, akan tetapi angkaangka ini dapat berlainan bagi Indonesia. Segi jang menentukan dalam persoalan ini ialah geografi dari masjarakat.

(63)

-dipakai untuk kedua tudjuan.

(64)

Untuk mengurangi duplikasi tersebut, diandjurkan:

1. Segala matjam pendidikan jang mempunjai sifat uniek baik karena peladjarannja jang chusus, maupun sjarat-sjarat masuk jang luar biasa, hendaknja ditempatkan dibawah Kementerian P.P. dan K

2. Adalah sangat penting bahwa segala pendidikan guru ditempatkan dibawah Kementerian P.P. dan K.

3. Sekolah-sekolah chusus, seperti sekolah untuk kereta-api

dan sekolah untuk telekomunikasi hendaknja tetap dibawah pengawasan Kementeriannja sendiri, akan

tetapi segala peladjaran

dasar seperti ilmu pasti, ilmu alam dan bahasa Inggris hendaknja dipindahkan dan djika perlu sjarat-sjarat masuk diubah seperlunja. Maka sekolah-sekolah itu dapat memusatkan perhatiannja kepada latihan-latihan chusus jang sebenarnja dimaksudkan untuk sekolah-sekolah tersebut.

VI. Rentjana peladjaran jang tidak sesuai.

Dalam menjusun sesuatu rentjana peladjaran adalah suatu keharusan, bahwa setiap rentjana peladjaran itu memenuhi kebutuhan sipeladjar dan masjarakat. masih kurang effectif ternjata pada tingginja angka „kematian” pada peladjar-peladjar Universitas serta persiapan kedjuruan lainnja.

(b). Djuga kebutuhan-kebutuhan masjarakat harus diperhatikan. Rentjana-rentjana peladjaran sekolah harus mentjerminkan tjara hidup dari masjarakat, supaja dihindarkan terdapatnja rentjana peladjaran pembuatan kapal disuatu daerah dimana tidak ada kapal dibuat misalnja. Oleh karena itu diandjurkan:

(65)

tepat hendaknja diadakan.

3. Segera setelah penjelidikan jang sedang berdjalan oleh Kementerian Perburuhan mengenai lapangan-lapangan pekerdjaan dan pengangguran telah selesai dan disjahkan, hendaknja

(66)

rangan-keterangan demikian dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai, rentjana-rentjana peladjaran

jang ada atau untuk

mem-buat jang baru.

3. Setiap rentjana peladjaran harus dipeladjari untuk

menge-tahui bagaimana penggunaannja bagi pekerdjaan jang

bersang-kutan.

VII. Kekurangan dalam latihan tingkat

menengah.

Kekurangan fang besar mengenai latihan untuk apa jang dapat disebut „djabatan-djabatan tingkat menengah” didapati diseluruh lapangan pendidikan

tehnik dan kedjuruan. Orang banjak menga-lir ke Universitas-Universitas.

Hanja sedikit tempat terdapat jang mengadakan latihan-latihan „in-between”, latihan untuk pekerdjaan-pekerdjaan sebagai ahli produksi, „chief draftsmen, tool designer”, dsb.

Maka diandjurkan supaja:

1. Perhatian besar dari Universitas dalam lapangan tehnik hendaknja ditudjukan pada penghasilan tamatan dengan tingkat Bachelor, dan peladjaran selandjutnja hanja diberikan bilamana kebutuhan akan tingkat Bachelor ini telah dipenuhi dengan setjukupnja.

2. Tingkatan-tingkatan „in-between” dari pendidikan, hendaknja lebih banjak diadakan dengan mendirikan college junior atau college-college masjarakat untuk mengadakan latihan tehnik tambahan guna pekerdjaan tehnik jang menghendaki dan membutuhkan dasar jang melebihi dari pada apa jang chusus didapat di S.T.M., S.P.M.A. atau S.M.E.A.

3. Selandjutnja semua surat-surat idjazah, tingkat-tingkat dan lembaga jang dimaksudkan diatas hendaknja sesuai dalam suatu sistim tangga, dimana lepasan peladjar 2 tahun dari bagian tool-designing disuatu college masjarakat atau college junior dapat meneruskan peladjarannja ke fakultas tehnik untuk mentjapai tingkat Bachelor, dan pemegang Bachelor dapat melandjutkan peladjarannja untuk memperoleh tingkat universitas atau Master.

(67)

Dewasa ini sedang direntjanakan pendirian

Universitas-Univer-sitas baru untuk melengkapi, meluaskan dan/atau menambah sistim

(68)

Universitas sekarang. Hal ini nampaknja dibutuhkan

dan

diingin-kan, karena tambahan kesempatan beladjar dipelbagai lapangan pendidikan tinggi rupanja sangat diperlukan. Dipihak lain, gedunggedung Universitas jang ada mempunjai kekurangan tenaga pengadjar dan perlengkapan jang mengedjutkan.

Akibat dari pada usaha mendirikan Iebih banjak Universitas ialah lebih menjebarkan lagi tenaga pengadjar jang sangat sedikit itu hingga mendjadi lebih tipis, jang sesungguhnja tidaklah diinginkan, baik dipandang dari sudut pendidikan maupun dari sudut keuangan.

Dalam pada itu dapat dimengerti bahwa banjak daerah-daerah jang terpentjil menginginkan pendidikan tinggi untuk penduduknja. Salah satu usul jang dapat dimadjukan ialah mendirikan beberapa College Junior atau College Masjarakat ditempat-tempat jang strateqis-geografis. dan memberikan dua tahun peladjaran sesudah S.M.A. atau S.T.M.

Berdasar hal-hal tersebut diatas, maka

diandjurkan

langkah-langkah jang berikut:

1. Menghentikan rentjana pendirian Universitas-universitas baru sampai Fakultas-fakultas jang

ada dalam

Universitas-Univer-tas sekarang sckurang-kurangnja telah mempunjai tjukup pengadjar jang kompeten. 2. Memulai College Junior atau College

3. Hendaknja dalam menjelenggarakan College Junior atau

College Masjarakat ini, hanja dipakai rentjana peladjaran jang

(69)

IX. Semantic dan Ukuran-Ukuran djabatan atau pekerdjaan.

Dalam arti pendidikan, Indonesia menghadapi soal semantic dan ukuran-ukuran sebagaimana djuga negara-negara lain, sung-guhpun pada umumnja, persoalan tersebut adalah lebih besar disini.

Oleh karena itu diandjurkan supaja para wakil dari pelbagai lapangan rentjana peladjaran bersama-sama menentukan definisidefinisi jang diperlukan untuk istilah-istilah jang dipergunakan, dan supaja Kementerian P.P. dan K. menentukan ukuran-ukuran jang sama bagi pelbagai surat idjazah dan tingkat, hingga pada dasarnja, waktu jang diperlukan mendjadi sama untuk tiap-tiap djenis.

(70)

X. Mengudji peladjar dan menaikan tingkat.

Dua segi jang menarik perhatian dalam mengudji peladjar ialah:

1. Besarnja arti jang diberikan kepada tingkat udjian, dan

2. Relatif sedikitnja udjian jang diberikan.

Njata sekali bahwa relatif sedikit perhatian diberikan pada „pekerdjaan rumah”, udjian setiap minggu, dan udjian jang meliputi kesatuan chusus dan sesuatu pekerdjaan seperti ,.ratio and propor-tion", ,.factoring" dan sebagainja. Dengan sistim

jang sekarang

ini sangatlah mungkin bagi seorang peladjar madju dalam seluruh peladjaran dengan tidak diketahuf oleh guru bahwa sipeladjar itu sebenarnja hanja mengetahui sedikit sadja.

Hal jang timbul dari uraian mengenai udjian peladjar ialah soal kenaikan tingkat. Dengan sistim sekarang, disemua tingkatan seorang peladjar dinaikan tingkatnja atau tertinggal dalam kelas berdasarkan atas seluruh prestasinja.

Kebidjaksanaan, jang memperhatikan mata

peladjaran

satu-persatu kiranja akan lebih baik dari pada kenaikan tingkat setiap tahun, karena lebih effektif dan pasta lebih hemat.

Oleh karena itu diandjurkan:

1. Supaja kepada semua pengadjar diandjurkan untuk memberikan lebih banjak test dan supaja semua pengadjar diharuskan sedikitnja mengikuti satu kursus perihal teori dan pelaksanaan test serta ukuran-ukuran.

2. Supaja kenaikan tingkat tiap-tiap tahun diganti dengan tjara kenaikan tingkat berdasarkan

(71)

per-tehnik research pendidikan untuk menjelidiki berbagai masalah pendidikan jang timbul dan mengandjurkan tjara-tjara pemetjahannja. Dewasa ini tenaga-tenaga ahli research jang diperlukan itu dapat diperoleh dari luar negeri, akan tetapi hal ini tidak selamanja mungkin. atau dikehendaki.

Maka diandjurkan, supaja dipertimbangkan dengan sungguhsungguh suatu program mengenai research pendidikan tingkat tinggi, sehingga mendjadi bagian dari pada program pendidikan djangka pandjang.

(72)

XII. Latihan perindustrian.

Suatu kenjataan ialah bahwa latihan "apprenticeship" hampir tak ada diseluruh Indonesia.

Dalam hal ini team mengandjurkan, supaja:

1. Kementerian P.P. dan K., Perekonomian dan Perburuhan bekerdja sama dengan golongan perindustrian dalam usaha memadjukan perkembangan „apprenticeship programme”. 2. Kaum pendidik bekerdja sama dengan

golongan-golongan perdagangan dan perindustrian untuk mendorong berkembangnja "Coperative work-study programme".

XIII. Latihan pengawasan (supervisory).

Salah satu djabatan jang sangat dibutuhkan Indonesia sekarang, dipandang dari sudut perindustrian, ialah djabatan pengawas pada segala tingkat.

Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu program jang sangat. intensif jang terkenal sebagai "Training Within Industry" jang mempunjai 3 unsur program.

(1) "Job Instruction Training" (mengadjarkan kepada tjalon pengawas, bagaimana melatih seorang pekerdja melakukan pekerdjaan dengan tjepat dan baik).

(2) "Job Relation Training" (mengutamakan segi dari pengawasan jang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia).

(3) "Job Methods Training" (melatih, baik pengawas maupun pekerdja, menganalisa pekerdjaannja, sehingga dapat ditiadakan segala perbuatan jang tidak perlu dan dapat dihemat bahan-bahan dan waktu).

Team mengandjurkan supaja badan pemerintah jang bersangkutan mempeladjari seluruh masalah latihan pengawasan, dan dengan memakai bahan-bahan jang dipaparkan diatas atau salah satunja jang dapat dipergunakan disini, melatih serombongan ketjil pelatih pengawasan, jang nanti akan mendjalankan program latihan tersebut diberbagai tjabang pemerintahan dan dalam perindustrian partikelir.

(73)

bersekolah untuk men-tjapai kemadjuan atau melatih diri kembali. Kenjataannja ialah sedikit sadja kesempatan jang diberikan kepada tamatan S.T.P.

(74)

untuk mengundjungi sekolah "part-time" untuk

Dalam hubungan ini team mengusulkan:

1. Pendidikan "part-time" dari orang dewasa

hendaknja

diberi-kan untuk memberi kesempatan kepada orang-orang jang tidak mengundjungi sesuatu sekolah, menambah peladjarannja, untuk memperoleh suaat idjazah sekolah-sekolah sampai ketingkat jang paling atas. Dengan perkataan lain dapat diberikannja idjazah-idjazah tidak sadja atas dasar "full-time" tetapi djuga atas dasar "part-time",

2. Hendaknja diperbaiki koordinasi antara pelbagai Kementerian sehingga kursus-kursus istimewa jang diselenggarakan dibawah pengawasan sesuatu kementerian, dimana mungkin, dapat mempergunakan gedung-gedung dan pegawai-pegawai sekolah umum.

3. Hendakja didjalankan setjepat mungkin program pendidikan orang dewasa jang bersifat luas, sebab semua orang jang menerima pendidikan menurut program demikian dapat segera menggunakan hasil pendidikannja dalam pekerdjaan mereka.

4. "Tidak perlu kiranja tiap-tiap sekolah di Indonesia

mendjalan-kan program pendidimendjalan-kan orang dewasa. Dapat dibatasi lebih dahulu pelaksanaannja.

5. Hendaknja dipertimbangkan pemakaian sistim radio nasional dalam program pendidikan orang dewasa.

6. Hendaknja dibentuk suatu panitia dari para pendidik jang berkepentingan, guna mempeladjari seluruh program pendidikan (orang dewasa dan mengadakan tempat pertjobaan, sebaiknja di Djakarta, jang nanti dapat diselidiki dan dipeladjari, dan djika perlu ditambah atau diubah. Bila hal tersebut dapat ber-(djalan dengan baik maka dapat diluaskan ketempat-tempat lain,

(75)

I. Bahan;bahan statistik dan perentjanaan pendidikan. Dalam hal ini team

mengandjurkan:

1. Berdasarkan tidak adanja atau sangat kurangnja bahan-bahan statistik jang dapat dipakai, perentjanaan pendidikan

(76)

nja dibatasi pada lapangan-lapangan dasar, oleh karena rentjana jang bias dan terlalu djauh mungkin mengakibatkan adanja gedung-gedung sekolah dan rentjana peladjaran jang tidak sesuai.

2. Supaja badan-badan pemerintah jang bertugas mengumpulkan dan melaporkan bahan-bahan statistik, hendaknja dibantu dimana mungkin, dalam usahanja untuk mendapatkan bahan-bahan mengenai beraneka matjam hal jang dapat dipertjaja.

II. Kebidjaksanaan Bakal.

Pelaksanaan sistim pendidikan ialah pelaksanaan sesuatu hal jang penting karena itu harus didasarkan pada kebidjaksanaan fiskal jang sehat, Ini berarti harus diadjukannja suatu permohonan anggaran belandja jang realistis dan anggaran belandja tersebut harus mendjadi pegangan dasar.

Oleh karena itu diandjurkan supaja untuk seluruh sistim pendidikan di Indonesia diadakan suatu prosedure penghitungan jang sehat dan "actuarially acceptable",

III. Kontrak Pemerintah dengan peladjar.

Team menghargai alasan dari Pemerintah untuk memberi subsidi guna mendorong dan memberi kesempatan kepada persiapan pemuda dan pemudi bagi dinas-dinas Pemerintah. Apakah pemberian subsidi itu mentjapai maksudnja atau tidak, tidak dapat dibukti-kan berdasarkan bahan-bahan keterangan jang tersedia. Akan tetapi team berpendapat dengan tegas bahwa tjara pemberian subsidi itu adalah kurang effektif dan mahal dari pada apa jang dapat dilihat,

Menurut pendapat team sikap sipeladjar terhadap pendidikan jang ditempuhnja itu sangat dirugikan oleh subsidi termaksud, karena tat menimbulkan kesan pada sipeladjar bahwa, „masjarakat berkewadjiban memberi nafkah kepadanja”.

(77)

IV. Alat-alat tjara memperoleh dan membagi-bagikannja.

Banjak sekolah di Indonesia kekurangan alat-alat untuk tudjuan pendidikan ini disebabkan karena: a) Alat-alat sebenarnja hanja terpakai untuk

produksi, bukan untuk tudjuan pendidikan.

Gambar

Tabel I: Anggaran inventasi 5 tahun
Tabel II: Keadaan sebenarnja (1940 - 1955).
Tabel IV. Kebutuhan Ahli-ahli
Beasiswa Ikatan Dinas Kementerian P. P. 0 K.Tabel V.(pada achir tahun 1955)Fak. PertanianKedokteramFak.Fak

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangannya tidak semua teori atom Dalton benar, karena pada tahun 1897 J.J.Thomson mene- mukan partikel bermuatan listrik negatif yang kemudian disebut elektron.. Tahun

Dengan demikian pelelangan ini dinyatakan gagal dengan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil dan Mikro (UKM) dalam

Hubungan antara reaksi oksidasi reduksi (redoks) de- ngan energi listrik dapat dipelajari dalam elektrokimia. Elek- trokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari hubungan timbal

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

Potensi sektor perbankan di Jawa Timur yang terpetakan secara spasial, terdapat 3 daerah unggulan sektor (sub sektor) perbankan, sedangkan dari aspek pengembangan

Subjek penelitian ini adalah guru Bahasa Arab dan siswa kelas X2 MAN Sabdodadi Bantul. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran Bahasa Arab