• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Pengabdian

Renstra Pengabdian UM Jember 2020-2024 memiliki orientasi keunggulan dalam rangka Peningkatan Kehidupan Masyarakat yang memiliki moralitas yang dibungkus dalam kerangka keimanan untuk mewujudkan bangsa yang baik, makmur, sentosa dan diberkahi Allah SWT (baldatun thoyibatun warobbun ghofur). Tema unggulan yang diangkat adalah “Inovasi Model SOSIAL DAN IPTEKS untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa”. Adapun fokus pengembangan bidang unggulan untuk pemecahan masalah bangsa tersebut tertuang dalam 9 bidang peta jalan (road-map) unggulan, yaitu :

1. Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis Komoditas Lokal.

2. Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan Dan Berkelanjutan.

3. Pengembangan Smart Village Yang Mendukung Aspek Pendidikan, Pemerintahan, Bisnis, Lingkungan dan Kesehatan.

4. Pengembangan Layanan Kesehatan Untuk Masyarakat Desa Sebagai Upaya Pencegahan, Diagnostik, Terapeutik, Rehabilitatif, Dan Implementasi Bidang Kesehatan Komplementer.

5. Sistem Hukum, Kebijakan Layanan Publik Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Yang Transparan Dan Berkeadilan

6. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Desa Berbasis Kearifan Lokal Dan Kewirausahaan.

7. Pengembangan Layanan dan Pendidikan Olahraga Masyarakat Desa Untuk Meningkatkan Sistem Tata Kelola Dan Proses Belajar Mengajar serta masyarakat bugar, berprestasi dan produktif

8. Penanaman Nilai-Nilai Al-Islam Dan Kemuhammadiyah Dalam Kehidupan Kampus, Keluarga Dan Masyarakat Desa

32 4.2 Bidang Unggulan

4.2.1 Pengembangan Model Peningkatan Ketahanan Dan Keamanan Pangan Berbasis Komoditas Lokal.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. UU Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan menjelaskan bahwa pangan merupakan hak asasi setiap Warga Negara Indonesia. Karena itulah, pemerintah memiliki kewajiban dalam menjamin upaya pemenuhan kebutuhan pangan di seluruh wilayah Indonesia. Secara sosial, pangan merupakan faktor penting dan stragis dalam kebijakan Nasional. Konsep ketahanan pangan di Indonesia berdasar pada Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap individu dan rumah tangga memiliki akses secara fisik, ekonomi, dan ketersediaan pangan yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Selain itu aspek pemenuhan kebutuhan pangan penduduk secara merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat juga tidak boleh dilupakan.

Gambar 4 Kerangka Kebijakan Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan tingkat rumah tangga serta individu yang merupakan suatu rangkaian system hirarkis. Hal ini menunjukkan bahwa konsep ketahanan pangan sangat luas dan beragam serta merupakan permasalahan yang kompleks. Namun demikian dari luas dan beragamnya konsep ketahanan pangan tersebut intinya bertujuan

33 untuk mewujudkan terjaminnya ketersediaan pangan bagi umat manusia. Bagi Indonesia, ketahanan pangan masih sebatas konsep. Pada prakteknya, permasalahan ketahanan pangan di Indonesia masih terus terjadi, masalah ini mencakup empat aspek aspek pertama ialah aspek produksi dan ketersediaan pangan. Ketahanan pangan menghendaki ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan setiap rumah tangga. Dalam arti setiap penduduk dan rumah tangga mampu untuk mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup. Permasalahan aspek produksi diawali dengan ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi pangan yang relatif lebih lambat dari pertumbuhan permintaannya. Permasalahan ini akan berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan.

Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu bahan pangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya : tingkat pengetahuan masyarakat tersebut terhadap bahan pangan atau makanan yang dikonsumsi dan pendapatan masyarakat. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bahan pangan juga sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat tersebut. Apabila suatu masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bahan pangan yang sehat, bergizi, dan aman untuk dikonsumsi. Maka masyarakat tersebut tentunya akan lebih seksama dalam menentukan pola konsumsi makanan mereka. Selain itu, pendapatan masyarakat sangat berpengaruh di dalam menentukan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan data dari BPS mengenai hubungan antara skor pola pangan harapan (PPH) suatu masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. Terdapat hubungan positif dianta keduanya, yakni semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula pola pangan harapan masyarakat tersebut. Aspek terkhir ialah aspek kemiskinan. Ketahanan pangan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek kemiskinan. Kemiskinan menjadi penyebab utamanya permasalahan ketahanan pangan di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang dibawah rata-rata sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Tidak tercukupi pemenuhan kebutuhan masyarakat dikarenan daya beli masyarakat yang rendah juga akan mempengaruhi tidak terpenuhinya status gizi masyarakat. Tidak terpenuhinya status gizi masyarakat akan berdampak pada tingkat produktivitas masyarakat Indonesia yang rendah. Status gizi yang rendah juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan generasi muda suatu bangsa.

4.2.2 Pengembangan Infrastruktur Desa Yang Inovatif, Berwawasan Lingkungan Dan Berkelanjutan.

Infrastruktur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam menjalani aktifitas kehidupan. Dari asal katanya, infrastruktur adalah tempat atau prasarana yang digunakan manusia dalam melakukan sebuah aktifitas, seperti pemukiman, jalan, jembatan, gedung dan

34 bangunan-bangunan irigasi. Secara umum infrastruktur perlu dirancang dengan memperhatikan faktor lingkungan, artinya semua aktifitas mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan operasional infrastruktur tidak merubah kondisi lingkungan yang sebelumnya sudah baik. Infrastruktur sebagai sistem yang didukung dengan sarana dan prasarana yang menjadi syarat kehidupan layak. Persoalan infrastruktur menjadi sangat penting mengingat investasi yang cukup besar, maka jika keberlanjutannya tidak bertahan lama maka investasi yang dikularkan semakin bertambah lagi.

Sebagai contoh pasokan rumah mencapai puluhan ribu per tahunnya dan baru dapat dipenuhi sebagian saja, baik oleh pihak pemerintah, swasta ataupun mandiri oleh masyarakat. Selain permasalahan kekurangan pasokan permukiman, permukiman yang dibuat sering mengabaikan integrasi dari beberapa aspek, misalnya kenyamanan, keselamatan, lingkungan, dan proses penghidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihood) . Permasalahan lain yang sering muncul adalah aspek legalitas tanah dan bangunan, meroketnya harga bangunan, local genius yang terbaikan, ketiadaaan/kekurangan pasokan listrik, gas, dan jaringan komunikasi, serta infrastruktur lainnya. Ditambah lagi banyaknya persoalan permukiman yang berada di area yang rawan bencana.

Gambar 4 Pengembangan Infrastruktur dan Energi menuju Green Village

GREEN

Dokumen terkait