• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Fisik Dasar

4.1.4. Oseanografi

A. Pasang Surut

Pasang surut laut adalah gerak vertikal dari semua partikel air laut akibat gaya tarik benda-benda angkasa (Wibisono 2005, diacu dalam PRWLSDNH 2006). Dari hasil penelitian PRWLSDNH (2006) diperoleh bahwa perairan Teluk Bungus mempunyai Nilai Fomzal 0.43 berjenis tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed semi diurnal tide) yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, dengan variasi yaitu pasang terendah dan pasang tertinggi berkisar antara 1 sampai 2 meter. Tipe ini diperoleh dari hasil bagi amplitudo K1+O1 dan S2+M2. Selain itu dari data tide gauge yang dipasang dapat ditampilkan grafik pasang surut seperti pada gambar 10.

Grafik Pasang Surut T eluk Bungus

140 0 142 0 144 0 146 0 148 0 150 0 152 0 154 0 156 0 158 0 160 0 Waktu Pengamatan K e ti nggi a n A ir ( C m )

Graf ik Pasang Surut M SL HWL LWL

Gambar 10 Grafik pasang surut di Teluk Bungus hasil analisa

34

B. Gelombang

Teluk Bungus dipengaruhi oleh kondisi Samudera Hindia. Dari hasil penelitian oseanografi fisik PRWLSDNH (2006) diperoleh gambaran bahwa arah gelombang datang dominan dari Barat dan Barat Laut, dimana gelombang datang dari Samudera Hindia menuju ke dalam Teluk Bungus (gambar 11). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Sarmili, et al. Puslitbang Geologi Kelautan tahun 2004 bahwa angin pada musim barat (November – Maret) datang dari utara menuju ke selatan dan tenggara, sehingga kemungkinan besar tinggi gelombang yang masuk ke Teluk Bungus digerakkan oleh angin.

Gambar 11 Wave Rose arah gelombang hasil analisa Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Tinggi gelombang signifikan, yaitu rata-rata 1/3 dari tinggi gelombang rata- rata yang terukur, menunjukkan rentang nilai tinggi gelombang berkisar antara 0.02 m – 0.2 m, dengan amplitudo gelombang tertinggi sebesar 0.189 m dan amplitude gelombang rata-rata (mean) 0.0975 m (gambar 12). Perioda gelombang adalah 14.63 detik. Amplitudo gelombang tertinggi terjadi pada tanggal 12 November 2006 pukul 23:18:55.

35

Gambar 12 Grafik Tinggi Gelombang Signifikan (Hs) hasil analisa

Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Dari hasil pengukuran tinggi gelombang maksimum (Hmax), diperoleh rentang tinggi gelombang berkisar antara 0.05 m – 0.3 m, dengan amplitudo gelombang tertinggi 0.297 m pada tanggal 12 November 2006 (gambar 13).

Gambar 13 Grafik Tinggi Gelombang Maksimum (Hmax) hasil analisa Tide and Wave Gauge (November, 2006).

36

C. Arus

Arus laut terjadi akibat konsekuensi logis dari tidak meratanya penyinaran matahari di atas permukaan bumi. Dalam pergerakannya, arah arus dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk karakteristik akibat pengaruh lokal (Nurhayati dan Triantoro 2000).

Arus di Teluk Bungus dari hasil penelitian PRWLSDNH (2006) terlihat bahwa arus berputar di dalam teluk, untuk kemudian bergerak keluar teluk pada saat surut. Hal ini tampak pada saat pasang menuju surut di pagi hari, alat pelampung bergerak dengan kecepatan yang cukup besar (0.3 m/detik) keluar teluk menuju Teluk Bayur. Nilai pasang surut diperoleh rata-rata (mean) kecepatan arus pasang surut di dalam teluk sebesar 0.0323 m/detik. Arus pasang surut bergerak ke segala arah, dengan kecepatan arus terbesar ke arah barat daya (gambar 14) sebesar 0.12 m/detik.

Gambar 14 Distribusi kecepatan dan arah arus pasang surut hasil analisa

Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Arah arus pasang surut dominan pada saat pasang menuju surut adalah ke arah barat, sedangkan pada saat surut menuju pasang arus dominan bergerak menuju teluk ke arah tenggara (gambar 15). Dari hasil ini terlihat bahwa arus di teluk Bungus didominasi oleh arus pasang surut yang merupakan gaya penggerak utama arus di dalam teluk (PRWLSDNH 2006).

37

Gambar 15 Arah arus pasang surut dominan hasil analisa Tide and Wave Gauge (November, 2006).

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Sarmili, et al. Puslitbang Geologi Kelautan pada tahun 2004 diperoleh gambaran bahwa pada musim barat (November – Maret) arah arus laut yang sejajar dengan garis pantai bergerak dari arah utara menyusuri pantai ke arah selatan dan sebagian berbelok menuju Teluk Bungus.

Sedangkan menurut penelitian Nurhayati dan Triantoro OH dari Balitbang Oseanografi, Puslitbang Oseanologi, LIPI pada tahun 2000, menunjukan bahwa arus pada perairan Teluk Bungus bervariasi dari 4 sampai 32 cm/detik. Arus menunjukan kecendrungan pola arah aliran yang serupa, tetapi pola aliran berubah sesuai dengan perubahan waktu. Arah arus pada bulan November 1997 cenderung menuju kearah barat daya dan pada bulan Juni 1998 aliran cenderung menuju kearah barat laut. Kondisi ini mungkin suatu indikasi bahwa pengaruh musim dominan menuntukan pola sirkulasi di perairan Teluk Bungus.

Karena pengaruh arus pasang surut itu juga, percampuran air dari luar teluk (baca: Samudera Hindia) tidak terlalu besar sehingga kecil kemungkinan terjadinya proses pertukaran air dari dalam teluk dengan arus dari Samudera

38

Hindia. Kondisi ini mempengaruhi parameter fisika dan kimia perairan terhadap kelimpahan dan distribusi plankton sehingga perairan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah (PRWLSDNH 2006).

Selain akibat pengaruh arus pasang surut, arus yang datang dari arah utara menuju selatan dan tenggara (Sarmili, et al. 2004) mempengaruhi kesuburan perairan di sekitar Teluk Buo dikarenakan arus yang datang dari Samudera Hindia tersebut mengalami percampuran dan pertukaran air di dalam Teluk Buo.

D. Kedalaman atau Batimetri Dasar Laut

Peta kontur terlihat bahwa profil dasar laut Teluk Bungus merupakan perairan dangkal. Kedalaman perairan dari mulut teluk hingga ke dalam teluk berkisar antara 30-5 meter. Bagian terdalam berada pada mulut teluk dengan kedalaman maksimum 30 meter dengan kedalaman rata-rata sebesar 16,1 meter, dan persentase luas terbesar berdasarkan kedalaman berada pada wilayah dengan kedalaman 5 meter (Kusumah dan Salim 2008), seperti terlihat pada gambar 16. Untuk bagian dalam teluk, profil dasar berangsur meningkat dari kedalaman 20 meter hingga 5 meter, kondisi dasar laut cenderung datar. Daerah tepi di sekitar mulut teluk merupakan daerah slope dengan kedalaman berawal dari 2 meter langsung curam hingga 15 meter dan jarak dari garis pantai cukup dekat yaitu antara 2-5 meter, seperti terlihat pada gambar 16. Berikut adalah daftar panjang dan luas kontur di Teluk Bungus, seperti terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Panjang dan luas bidang di Teluk Bungus

Garis Batas Panjang (Km) Luas (Ha) (%)

Garis Pantai 21,05 1383,86 26,56 Kedalaman 5 meter 18,29 1072,98 20,59 Kedalaman 10 meter 16,62 1002,00 19,23 Kedalaman 15 meter 14,05 893,20 17,14 Kedalaman 20 meter 9,57 641,02 12,30 Kedalaman 25 meter 4,97 205,60 3,95 Kedalaman 30 meter 1,00 11,67 0,22

39

Gambar 16 Peta kedalaman Teluk Bungus.

Substrat dasar teluk Bungus berupa lumpur dan pasir yang berasal dari beberapa sungai yang bermuara di perairan tersebut. Sebagai informasi untuk pelayaran, bahwa teluk Bungus sangat aman bagi pelayaran, sedangkan daerah berbahaya bagi perahu besar maupun kecil yang akan melintas teluk tersebut adalah di daerah perairan depan tanjung, namun daerah tersebut telah di pasang rambu (PRWLSDNH 2006).

Untuk lebih jelasnya gambaran profil dasar Teluk Bungus dapat dilihat pada gambar 17 yang merupakan bentuk visualisasi tiga dimensi berasal dari interpolasi data (PRWLSDNH 2006).

40

Gambar 17 Peta kedalaman tiga dimensi Teluk Bungus.

Bila dilihat dari gambaran profil dasar tiga dimensi diatas, dapat disampaikan bahwa perairan Teluk Bungus sangat memungkinkan untuk dijadikan alur pelayaran nasional bagi kapal-kapal besar baik kapal penumpang ataupun kapal barang, hal ini didasarkan pada tingkat pendangkalan perairan tidak begitu besar, selain itu perairan teluk Bungus relatif tenang karena terlindung oleh tanjung di sisi-sisi mulut teluknya.

Dokumen terkait