• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai

5.1.2. Sumberdaya Non Hayati

Dalam bab ini analisa kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi berdasarkan matrik pada Tabel 3 dalam bidang sumberdaya non hayati terdiri dari 7 (tujuh) parameter, yaitu : kedalaman perairan/batimetri, material dasar/sedimen perairan, tipe/ karakteristik pantai, lebar pantai, kemiringan pantai, ketersediaan air tawar, dan kekeruhan perairan/TSS.

5.1.2.1. Kedalaman Perairan (Batimetri)

Perairan Teluk Bungus yang memiliki luas 1.384 hektar mempunyai kedalaman hingga 35 meter. Kondisi topografi dasar laut pada daerah perairan dekat pantai dari landai secara berangsur-angsur berubah menjadi terjal. Selanjutnya topografi dasar laut hingga ke mulut teluk perubahan kedalaman terjadi secara gradual dengan kondisi topografi landai.

Berdasarkan parameter kedalaman perairan (batimetri) pada daerah penelitian, meliputi: 0-5 m, 5-10 m, 10-15 m, 15-20 m, 20-25 m, 25-30 m, dan 30- 35 m seperti ditunjukan pada Gambar 34. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan data sekunder dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan tahun 2006.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian kedalaman perairan (batimetri) pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan areal seluas 311,06 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 70,98 hektar, (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S3 (Sesuai Bersyarat) dengan areal seluas 108,80 hektar dan (4) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 893,20 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 21. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk kedalaman perairan (batimetri) dapat dilihat pada Gambar 35.

67

Tabel 21 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk kedalaman perairan (batimetri)

No Kedalaman Perairan (Batimetri) Luas (ha)

1 Sangat Sesuai (S1) 311,06

2 Cukup Sesuai (S2) 70,98

3 Sesuai Bersyarat (S3) 108,80

4 Tidak Sesuai (N) 893,20

Luas Keseluruhan 1.384,04

Kawasan kedalaman perairan (batimetri) dengan kriteria sangat sesuai (S1), merupakan daerah yang berada di dekat kawasan pantai, yaitu, kawasan yang berada pada zona 0-500 (meter) dari garis pantai. Kawasan kedalaman perairan (batimetri) dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang berada pada zona 500-700 meter dari garis pantai. Kawasan kedalaman perairan (batimetri) dengan kriteria sesuai bersyarat (S3), merupakan daerah yang berada pada zona (700-900) meter dari garis pantai. Kawasan kedalaman perairan (batimetri) dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada zona >900 meter dari garis pantai.

Dilihat dari Gambar 34 peta kedalaman perairan (batimetri) Teluk Bungus terlihat bahwa profil dasar laut Teluk Bungus merupakan perairan dangkal. Kedalaman perairan dari mulut teluk hingga ke dalam teluk berkisar antara 30-5 meter. Bagian terdalam berada pada mulut teluk dengan kedalaman maksimum 30 meter. Untuk bagian dalam teluk, profil dasar berangsur meningkat dari kedalaman 20 meter hingga 5 meter, kondisi dasar laut cenderung datar. Daerah tepi disekitar mulut teluk merupakan daerah slope dengan kedalaman berawal dari 2 meter langsung curam hingga 15 meter dan jarak dari garis pantai cukup dekat yaitu antara 2-5 meter.

68 Ga m b ar 34 P eta k ed alam an p erairan (batim etr i) Teluk Bung us.

69

70

5.1.2.2. Material Dasar/Sedimen Perairan

Perairan Teluk Bungus saat ini mengalami sedimentasi dari daratan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya terumbu karang yang ditutupi oleh sedimen dan juga munculnya tumbuhan mangrove Rhizophora sebagai zona awal pada hutan mangrove yang ada di Teluk Bungus. Sedimentasi di Teluk Bungus saat ini juga ditunjukkan oleh tipe sedimen yang umumnya didominasi oleh material lempung dan lanau (pasir berlumpur).

Berdasarkan parameter material dasar perairan pada daerah penelitian, meliputi: pasir, karang berpasir, pasir berlumpur, dan berbatu seperti ditunjukan pada Gambar 36. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisa kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan data sekunder dari PRWLSDNH tahun 2006.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian material dasar perairan pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan areal seluas 64,66 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 143,85 hektar, (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S3 (Sesuai Bersyarat) dengan areal seluas 1145,14 hektar dan (4) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 30,07 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 22. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk material dasar perairan dapat dilihat pada Gambar 37.

Tabel 22 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk material dasar perairan

No Material Dasar Perairan Luas (ha)

1 Sangat Sesuai (S1) 64,66

2 Cukup Sesuai (S2) 143,85

3 Sesuai Bersyarat (S3) 1.145,14

4 Tidak Sesuai (N) 30,07

71

72

73

Kawasan material dasar perairan dengan kriteria sangat sesuai (S1), merupakan daerah yang berada di dekat kawasan wisata pantai, yaitu, kawasan yang berada pada daerah wisata Pantai Carolina, Pantai Carlos, Pantai Cavery, Pantai Tintin dan Pantai Pesona. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang berada pada ujung-ujung tanjung. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria sesuai bersyarat (S3), merupakan daerah yang ditemukan tersebar hampir mendominasi di seluruh bagian teluk. Kawasan material dasar perairan dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada daerah Teluk Kabung.

Material sedimen penyusun dasar laut daerah penelitian terdiri dari material lanau dengan penyebaran yang sangat luas, berbatu dengan penyebaran pada daerah perairan dekat pantai dan terumbu karang (Sarmili et al. 2004). Berdasarkan hasil pengambilan contoh sedimen dasar laut yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati – Departemen Kelautan dan Perikanan di daerah sekitar dermaga pelabuhan perikanan Bungus, terjadi perubahan ukuran butir sedimen dengan berubahnya kedalaman. Pada daerah sekitar pantai dengan kedalaman kurang dari 5 meter material dasar laut tersusun oleh material pasir, pada daerah dengan kedalaman 5- 10 meter tersusun oleh material lanau (pasir lempungan) dan pada daerah yang memiliki kedalaman > 10 meter material sedimennya adalah lempung.

Substrat dasar Teluk Bungus berupa lumpur dan pasir yang berasal dari daratan dengan 2 (dua) muara yaitu Sungai Cindakir dan Sungai Bungus, akibatnya terjadi terjadi proses sedimentasi yang sangat tinggi di sekitar Muara Sungai Bungus yang mengakibatkan terbentuknya pulau delta dan sebuah tanjung hasil proses sedimentasi yang membawa material dari daratan, begitu pula dengan daerah Muara sungai Cindakir terjadi penambahan daratan yang sangat dinamis pada daerah ujung sungai dengan ciri fisik yang landai.

Helfinalis (2000) mengemukakan bahwa aliran Sungai Bungus dan Sungai Cindakir serta arus pasang surut dari Samudera Hindia sangat berperan dalam pengendapan sedimen dasar permukaan Teluk Bungus. Pengaruh pasang surut dari Samudera Hindia terlihat dominan dibanding dengan kedua sungai tersebut. Sungai Bungus dan Sungai Cindakir tidak banyak mempengaruhi sedimen dasar

74

permukaan Teluk Bungus ditunjukan oleh endapan sedimen umumnya lumpur (Helfinalis 2000).

5.1.2.3. Tipe/Karakteristik Pantai

Pemetaan karakteristik pantai di kawasan pesisir Teluk Bungus dilakukan secara visual mulai dari ujung pantai utara daerah penelitian yaitu Tanjung Sikabau (Sungeibramei), seperti terlihat pada gambar 38, secara menerus hingga ke arah selatan dari ujung daerah penelitian yaitu Tanjung Nibung, seperti terlihat pada gambar 39. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual perbedaan mencolok terjadi pada daerah mulut Teluk Bungus, kondisi pantai akibat perbedaan tingkat resistensi batuan menyebabkan perbedaan tipe pantai yang sangat berbeda. Pada pantai yang tersusun oleh batuan yang memiliki resistensi sangat tinggi memiliki tipe pantai dengan tebing hingga 900, hal ini terjadi di daerah yang langsung berhadapan dengan perairan Samudera Hindia, hasil abrasi gelombang pada dinding batuan penyusun pantai membentuk daratan pantai yang curam dan sempit sepanjang pantai, yang mengakibatkan bentukan tanjung di daerah yang berhadapan dengan lautan lepas berupa tanjung yang vertikal atau tegak lurus dan kasar.

Gambar 38 Tanjung Sikabau (Sungeibramei). Gambar 39 Tanjung Nibung.

Berdasarkan parameter tipe pantai pada daerah penelitian, meliputi: Pantai Berpasir, Pantai Berkarang, Pantai Berpasir Hitam, Pantai Berlumpur, dan Pantai Berbatu/Bertebing terjal seperti ditunjukan pada Gambar 40. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan keadaan sebenarnya (kondisi existing).

75

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian tipe pantai pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan areal seluas 76,26 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 4,84 hektar, (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 52,08 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 23. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk tipe pantai dapat dilihat pada Gambar 41.

Tabel 23 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk tipe pantai

No Tipe Pantai Luas (ha)

1 Sangat Sesuai (S1) Pantai Berpasir 76,26

2 Cukup Sesuai (S2) Pantai Berkarang 4,84

3 Tidak Sesuai (N) Pantai Berbatu dan Berlumpur 52,08

Luas Keseluruhan 133,18

Kawasan tipe pantai dengan kriteria sangat sesuai (S1), merupakan daerah yang berada di dekat kawasan wisata pantai, yaitu, kawasan yang berada pada daerah wisata Pantai Carolina, Pantai Carlos, Pantai Cavery, Pantai Tintin dan Pantai Pesona. Kawasan tipe pantai dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang berada pada kawasan Teluk Kabung. Kawasan tipe pantai dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada kawasan bakau (mangrove) dan pantai yang menghadap Samudera Hindia.

Potensi Bahaya Tsunami

Pantai landai berpasir seperti sepanjang pantai antara Pantai Wisata Carolina hingga Pantai Wisata Tintin dan antara Tanjung Gununggunung hingga Pantai Dermaga Pertamina (Gambar 40). Umumnya pantai berpasir memiliki morfologi landai dengan relief rendah hingga menengah, dan memiliki pedataran pantai yang cukup luas. Namun, di beberapa tempat di pantai Teluk Bungus, luas pedataran menyempit, karena lahan lebih banyak dimanfaatkan sebagai pemukiman dan sarana umum lainnya. Di daerah seperti ini, gelombang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gelombang tsunami seperti di pantai Teluk Buo, Teluk Pandan, dan Teluk Kaluang.

76 Ga m b ar 40 Peta tip e p ant ai T eluk Bu ngus.

77 G am b ar 41 P et a k esesu aian ti p e p an tai un tuk w isata p antai T eluk Bungus .

78

Wilayah pantai Teluk Bungus terbagi atas 4 (empat) macam jenis pantai:

a. Pantai berpasir

Pantai berpasir ditemukan tersebar mendominasi hampir di seluruh bagian teluk. Pantai ini dicirikan oleh pasir pantai sebagai batas pesisir (Gambar 42).

Pasir berukuran halus – kasar, warna putih kecoklatan - kekuningan, lebar paras pantai bervariasi dari 2 – 19 meter dan kemiringan (beach slope) sekitar 4º – 14º. Ukuran pasir kasar ditemui disekitar muara Sungai Bungus di selatan pelabuhan penyeberangan dan dari hasil percontohan dasar laut dapat diketahui bahwa ukurannya makin mulai menghalus ke arah laut serta wilayah pesisir disampingnya. Sedangkan dari kemiringan pantai yang dominan agak curam terlihat bahwa pantai ini mengalami proses abrasi yang cukup aktif.

Penggunaan lahan di sekitar pantai berpasir adalah kawasan wisata, perkebunan, permukiman serta disekitar kawasan pelabuhan. Berdasarkan pengamatan garis pantai di wilayah teluk, dapat diketahui telah terjadi perubahan garis pantai akibat proses geomorfologi berupa abrasi air laut.

Gambar 42 Jenis pantai berpasir di wilayah teluk.

b. Pantai berlumpur

Pantai berlumpur dijumpai di sekitar wilayah selatan teluk, terutama di Teluk Pandan, Teluk Kaluang dan Teluk Kabung. Disini terlihat batas yang jelas antara laut dan vegetasi mangrove sebagai batas pesisir (Gambar 43), dengan

79

kerapatan yang sedang hingga tebal. Sesuai dengan vegetasi yang tumbuh diatasnya, terlihat bahwa kandungan lumpur yang menjadi substrat tempat tumbuh vegetasi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari karakteristik pantainya.

Gambar 43 Jenis pantai berlumpur di wilayah teluk.

c. Pantai berbatu/ bertebing

Genesa pantai yang tersusun oleh batuan beku merupakan hal utama pembentuk pantai jenis ini. Batuan yang tersingkap oleh abrasi gelombang, perlahan-lahan terubah menjadi curam, langsung berbatasan dengan air laut (Gambar 44). Kemiringan tebing mencapai ± 35° - 80°. Dominasi pantai jenis ini terlihat terutama di bagian tanjung-tanjung yang memperlihatkan resistensi batuan pembentuknya terhadap proses geomorfologi yang terjadi.

80

d. Pantai berkarang

Pantai jenis ini terdapat di wilayah Teluk Kabung, di sekitar dermaga milik Pertamina. Ukuran butirnya bervariasi dengan dominan berukuran 2 – 10cm, terdiri dari pecahan karang batuan beku serta batuan sedimen dan ukuran karang makin mengecil ke arah barat daya (Gambar 45).

Dari hasil pengamatan dapat diinterpretasikan bahwa adanya pantai jenis ini memperlihatkan bahwa energi gelombang dominan lebih kuat ke arah wilayah ini dan berdasarkan ukuran butirnya memperlihatkan bahwa energi gelombang mengecil ke arah barat daya.

Gambar 45 Jenis pantai berkarang di wilayah teluk.

5.1.2.4. Lebar Pantai

Berdasarkan parameter lebar pantai pada daerah penelitian, meliputi: > 15 m, 10 – 15 m, 3 – 10 m, dan < 3 m seperti ditunjukan pada Gambar 47. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan keadaan sebenarnya (kondisi existing).

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian lebar pantai pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal

81

seluas 52,39 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S3 (Sesuai Bersyarat) dengan areal seluas 50,22 hektar dan (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 29,56 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 24. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk lebar pantai dapat dilihat pada Gambar 48.

Tabel 24 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk lebar pantai

No Lebar Pantai Luas (ha)

1 Cukup Sesuai (S2) 52,39

2 Sesuai Bersyarat (S3) 50,22

3 Tidak Sesuai (N) 29,56

Luas Keseluruhan 132,17

Kawasan lebar pantai dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang tersebar mendominasi hampir di seluruh bagian teluk dengan lebar pantai bervariasi dari 10 – 15 meter. Kawasan lebar pantai dengan kriteria sesuai bersyarat (S3), merupakan daerah yang berada pada kawasan Teluk Buo, Teluk Pandan, Teluk Kaluang dan Teluk Kabung dengan lebar pantai bervariasi dari 3 - 10 meter. Kawasan lebar pantai dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada dinding curam yang langsung berbatasan dengan air laut. Kawasan ini terlihat terutama di bagian tanjung-tanjung.

Pengukuran lebar pantai yang dilakukan dalam metodologi penelitian ini adalah sebagai gambar 46 berikut:

82 Ga m b ar 47 Peta lebar p antai T eluk Bu ngus.

83 Gam b ar 4 8 P eta k esesuaian lebar p antai untuk w isat a p an tai Teluk Bung us.

84

5.1.2.5. Kemiringan Pantai

Berdasarkan parameter kemiringan pantai pada daerah penelitian, meliputi: < 10 °, 10 ° – 25 °, 25 ° – 45 °, dan > 45 ° seperti ditunjukan pada Gambar 50. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan keadaan sebenarnya (kondisi existing).

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian kemiringan pantai pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan areal seluas 33,98 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 59,51 hektar, (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S3 (Sesuai Bersyarat) dengan areal seluas 9,11 hektar dan (4) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 29,56 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 25. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk kemiringan pantai dapat dilihat pada Gambar 51.

Tabel 25 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk kemiringan pantai

No Kemiringan Pantai Luas (ha)

1 Sangat Sesuai (S1) < 10 ° 33,98

2 Cukup Sesuai (S2) 10 ° – 25 ° 59,51

3 Sesuai Bersyarat (S3) 25 ° – 45 ° 9,11

4 Tidak Sesuai (N) > 45 ° 29,56

Luas Keseluruhan 132,16

Kawasan kemiringan pantai dengan kriteria sangat sesuai (S1), merupakan daerah yang berada di kawasan teluk, yaitu, kawasan Teluk Pandan, Teluk Kaluang dan Teluk Kabung. Kawasan kemiringan pantai dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang berada hampir mendominasi di seluruh bagian teluk. Kawasan kemiringan pantai dengan kriteria sesuai bersyarat (S3), merupakan daerah yang ditemukan di bagian timur Teluk Pandan. Kawasan

85

kemiringan pantai dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada ujung-ujung tanjung.

Potensi Bahaya Tsunami

Gelombang tsunami yang dipengaruhi oleh kelandaian atau kemiringan pantai juga sangat berpengaruh terhadap potensi gelombang tsunami. Gelombang tsunami akan semakin besar dan bertambah pada daerah pantai yang relatif landai dengan kemiringan bibir pantai yang kecil dibandingkan dengan pantai yang relatif dalam dan curam atau yang memiliki kemiringan bibir pantai yang lebih besar. Pantai Tanjung Sikabau, Tanjung Gununggunung, Tanjung Alangalang (Teluk Buo), Tanjung Sadah dan Tanjung Nibung yang memiliki kemiringan paras pantai lebih dari 45° akan mengalami jangkauan tsunami lebih lemah dan jauh mencapai daratan, dibandingkan dengan di lokasi lainnya yang memiliki kemiringan pantai lebih landai antara 3° hingga 45°, seperti yang terlihat pada gambar 50.

Metode pengukuran kemiringan pantai yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai gambar 49 berikut:

86 Ga m b ar 50 Peta k em irin gan p antai T eluk Bun gus.

87

88

5.1.2.6. Ketersediaan Air Tawar

Berdasarkan parameter ketersediaan air tawar pada daerah penelitian, meliputi: < 0,5 km dan > 0,5 km seperti ditunjukan pada Gambar 52. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisis kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan keadaan sebenarnya (kondisi existing).

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian ketersediaan air tawar pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi (2) dua kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan areal seluas 325,08 hektar, dan (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 455,12 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 26. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk ketersediaan air tawar dapat dilihat pada Gambar 53.

Tabel 26 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk ketersediaan air tawar

No Ketersediaan Air Tawar Luas (ha)

1 Sangat Sesuai (S1) 325,08

2 Cukup Sesuai (S2) 455,12

Luas Keseluruhan 780,20

Kawasan ketersediaan air tawar dengan kriteria sangat sesuai (S1) merupakan daerah yang tersebar di dekat muara Sungai Bungus dan Sungai Cindakir dengan jarak ketersediaan air tawar bervariasi dari 0 – 500 meter di Kelurahan Bungus Selatan dan Kelurahan Teluk Kabung Utara. Kawasan ketersediaan air tawar dengan kriteria Cukup Sesuai (S2), merupakan daerah yang berada pada kawasan bagian utara dan selatan mulut Teluk Bungus dengan jarak ketersediaan air tawar bervariasi dari > 500 meter di Kelurahan Bungus Barat dan Kelurahan Teluk Kabung Tengah.

89 Ga m b ar 52 Peta k eters ediaa n air tawar Te luk Bung us.

90

91

5.1.2.7. Kekeruhan Perairan (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) merupakan salah satu parameter fisik perairan yang sangat dinamis tergantung kondisi yang terjadi di daratan maupun di perairan itu sendiri. TSS atau MPT (Muatan Padat Tersuspensi) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air, merupakan padatan tidak larut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel- partikel yang berukuran lebih besar dari 1 μm, misalnya: lumpur, pasir halus, bahan-bahan organik tertentu, jasad-jasad renik dan lainnya (Solihuddin et al. 2008). Berdasarkan parameter kekeruhan perairan pada daerah penelitian, meliputi: 400 – 600 (mg/l), 600 – 800 (mg/l), dan > 800 (mg/l) seperti ditunjukan pada Gambar 54. Daerah penelitian merupakan kawasan pesisir, sehingga dalam melakukan analisa kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi, parameter ini digunakan dengan melakukan modifikasi antara kriteria kelas kesesuaian dalam matrik dengan data sekunder dari PRWLSDNH tahun 2006.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian secara spasial, diperoleh bahwa untuk kesesuaian kekeruhan perairan pada daerah penelitian, dapat dibagi menjadi (3) tiga kelas, yaitu: (1) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S2 (Cukup Sesuai) dengan areal seluas 132,71 hektar, (2) kelas kesesuaian lahan dengan kategori S3 (Sesuai Bersyarat) dengan areal seluas 522,46 hektar, dan (3) kelas kesesuaian lahan dengan kategori N (tidak sesuai) dengan areal seluas 729,26 hektar seperti ditunjukan pada Tabel 27. Peta sebaran secara spasial kelas kesesuaian wisata pantai untuk kekeruhan perairan dapat dilihat pada Gambar 55.

Tabel 27 Luas areal kesesuaian lahan wisata pantai untuk kekeruhan perairan

No Kekeruhan Perairan Luas (ha)

1 Cukup Sesuai (S2) 132,71

2 Sesuai Bersyarat (S3) 522,46

3 Tidak Sesuai (N) 729,26

Luas Keseluruhan 1.384,43

Kawasan kekeruhan perairan dengan kriteria cukup sesuai (S2) merupakan daerah yang berada di bagian timur laut Teluk Bungus. Kawasan kekeruhan perairan dengan kriteria sesuai bersyarat (S3), merupakan daerah yang ditemukan

92

di bagian tengah Teluk Bungus dan Teluk Kaluang. Kawasan kekeruhan perairan dengan kriteria tidak sesuai (N) merupakan daerah yang berada pada mulut Teluk Bungus, Teluk Buo, Teluk Pandan dan selatan Teluk Kabung.

Kekeruhan perairan (TSS) dari hasi pengukuran yang dilakukan peneliti PRWLSDNH tahun 2006, diperoleh data hasil pengukuran TSS sampel sebagaimana tertera pada Gambar 54.

Jika dilihat dari peta maka dapat dikemukakan bahwa material tersuspensi pada perairan dekat muara lebih tinggi dari perairan laut dimana sampel diambil. Hal ini disebabkan pada perairan muara merupakan daerah yang memiliki tingkat sedimentasi dan kekeruhan yang tinggi karena banyaknya material organik maupun anorganik yang tersuspensi di dalamnya. Perairan laut memiliki nilai material tersuspensi yang lebih kecil disebabkan karena pada perairan laut, sangat jarang dan sulit terjadi proses sedimentasi dalam jumlah yang besar (PRWLSDNH 2006).

Nilai TSS pada lapisan permukaan perairan Teluk Bungus terlihat adanya anomali hal ini dapat disebabkan beberapa hal diantaranya adalah posisi titik sampling dekat daratan dan angin yang cukup keras sehingga menyebabkan percampuran kolom air baik pada lapisan permukaan dan 10 m. Berdasarkan kondisi eksisting dalam cuaca hujan perairan teraduk dan sungai banjir sehingga pemasukan sedimentasi tinggi mempengaruhi nilai TSS pada bulan Nopember

Dokumen terkait