• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN: EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJARDIKDAS

5.1. Outcome Program Wajardikdas

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN: EVALUASI

PELAKSANAAN PROGRAM WAJARDIKDAS

9 TAHUN (2005-2007)

5.1. Outcome Program Wajardikdas

Capaian Program Wajardikdas 9 Tahun dapat dilihat dari APM dan APK baik di tingkat SD/MI maupun SMP/MTs. Angka ini menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada tingkat pendidikan SD/MI maupun SMP/MTs. Capaian APK dan APM di masing-masing 33 provinsi cenderung meningkat antara periode 2004-2007. Berdasarkan hasil regresi, terdapat beberapa faktor signifikan yang mempengaruhi outcome Program Wajardikdas 9 Tahun, yaitu APM dan APK baik di tingkat SD/MI maupun SMP/MTs secara nasional sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.

APK dan APM nasional tingkat SD/MI maupun SMP/MTs, secara bersamaan sangat dipengaruhi oleh faktor signifikan Produk Domestik Regional Bruto, Angka Melek Huruf, dan Dana Alokasi Umum. Disamping itu APK dan APM tingkat SD/MI maupun SMP/MTs juga dipengaruhi oleh Tingkat Kemiskinan, Akses Air Bersih, Dana Alokasi Khusus, Rasio Murid Guru, dan Rasio Murid Sekolah.

58

Tabel 5.1.

Variabel Bebas yang Mempengaruhi APK dan APM

No Independent Variable Outcome APK SD/MI APM SD/MI APK SMP/MTs APM SMP/MTs 1 Rasio PDRB terhadap Rata-Rata Nasional X X X X 2 Tingkat Kemiskinan X X X

3 Akses Air Bersih X X X

4 Angka Melek Huruf X X X X

5

Rasio Dana Alokasi Khusus terhadap

APBD

X X X

6

Rasio Dana Alokasi Umum terhadap APBD

X X X X

8 Rasio Murid Guru

SD/MI X X

9 Rasio Murid Sekolah

SD/MI X X

11 Rasio Murid Guru

SMP/MTs X

12 Rasio Murid Sekolah

SMP/MTs X

Keterangan: X adalah variabel yang signifikan

Angka Partisipasi Kasar (APK)

Berdasar data Departemen Pendidikan Nasional, rata-rata nasional APK tingkat SD/MI tahun 2006 adalah sebesar 114,27 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa di luar usia 7-12 tahun yang sedang menempuh pendidikan tingkat SD atau sederajat terhadap jumlah penduduk usia pendidikan SD atau sederajat (usia 7-12 tahun)

59

adalah 114,27 persen. Berdasar data APK SD/MI tahun 2006 terdapat 16 (enam belas) provinsi yang memiliki APK SD/MI di bawah rata-rata nasional yaitu provinsi Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Sumatera Utara, NTB, Kalimantan Timur, Papua Barat, NTT, Banten, Sulawesi Selatan, Kepulauan Riau, Riau, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, DKI Jakarta dan Papua. Provinsi Riau merupakan provinsi dengan nilai capaian APK SD/MI terendah yaitu sebesar 101,61 persen sedang provinsi Gorontalo merupakan provinsi dengan nilai capaian APK SD/MI tertinggi yaitu sebesar 134,69 persen.

Gambar 5.1. APK SD/MI Tahun 2006

60

Gambar 5.2. APK SMP/MTs Tahun 2006

Sumber: Depdiknas

Pada tahun 2006, rata-rata nasional APK SMP/MTs mencapai 88,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara nasional tingkat partisipasi siswa di luar usia 13-15 tahun yang sedang menempuh pendidikan tingkat SMP atau sederajat terhadap jumlah penduduk usia pendidikan SMP atau sederajat (usia 13-15 tahun) adalah 88,68 persen.

61

Dari grafik di atas, terdapat 20 provinsi yang memiliki APK SMP/MTs di bawah rata-rata nasional yaitu Lampung, Bengkulu, Maluku, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Maluku Utara, Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Gorontalo, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Papua dan NTT. Dimana provinsi DI Yogyakarta memiliki APK SMP/MTs tertinggi, yaitu sebesar 106,85 persen. Sedangkan, provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki APK SMP/MTs terendah, yaitu sebesar 64,46 persen.

Angka Partisipasi Murni (APM)

Capaian rata-rata nasional untuk APM SD/MI pada tahun 2006 adalah sebesar 94,48 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa persentase siswa SD atau sederajat dengan usia jenjang pendidikan SD atau sederajat terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun adalah sebesar 94,48 persen. Dari grafik di bawah ini terlihat 20 provinsi yang memiliki APM SD/MI di bawah rata-rata nasional yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Kepulauan Riau, Riau, NTT, Maluku, Kalimantan Barat, Maluku Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Banten, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Provinsi dengan APM SD/MI tertinggi tahun 2006 adalah provinsi DKI Jakarta sebesar 97,12 persen, sedang yang terendah adalah provinsi Papua sebesar 85,74 persen.

62

Gambar 5.3. APM SD/MI Tahun 2006

Sumber: Depdiknas

Tidak jauh berbeda dengan Angka Partisipasi Murni di tingkat SD/MI, Provinsi Papua merupakan provinsi yang memiliki APM SMP/MTs terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 45,34 persen. Sedang APM SMP/MTs tertinggi terdapat di provinsi DI Yogyakarta sebesar 79,78 persen. Nilai rata-rata nasional untuk APM SMP/MTs adalah sebesar 66,01 persen yang menunjukkan bahwa persentase siswa SMP atau sederajat dengan usia jenjang pendidikan SMP atau sederajat terhadap jumlah penduduk usia 13-15 tahun adalah sebesar 94,48 persen. Adapun provinsi-provinsi yang memiliki APM SMP/MTs di bawah rata-rata nasional adalah provinsi Maluku Utara, Sulawesi Barat,

63

Sulawesi Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Maluku, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, NTT, Papua Barat dan Papua.

Gambar 5.4. APM SMP/MTs Tahun 2006

Sumber: Depdiknas

Dari hasil capaian APK SD/MI, APK SMP/MTs, APM SD/MI, dan APM SMP/MTs tahun 2006 terdapat provinsi-provinsi yang

64

memiliki capaian yang menarik untuk diperhatikan. Terdapat beberapa provinsi yang memiliki APK SD/MI di bawah rata-rata nasional namun memiliki APM SD/MI di atas rata-rata nasional, bahkan berada pada urutan tertinggi. Seperti provinsi DKI Jakarta yang memiliki APK SD/MI urutan empat terbawah setelah Papua Barat dari rata-rata APK SD/MI nasional. Rata-rata APK SD/MI nasional adalah 114,27 persen, sedang APK SD/MI provinsi DKI Jakarta adalah 103,96 persen. Sedangkan capaian APM SD/MI berada pada urutan teratas yaitu sebesar 97,12 persen di atas rata-rata nasional yaitu sebesar 94,48 persen. Kondisi ini dapat menunjukkan jumlah penduduk usia di luar 7-12 tahun yang sedang menempuh jenjang pendidikan SD/MI relatif lebih sedikit dibandingkan dengan provinsi lain. Hal yang mungkin perlu menjadi catatan antara lain adalah kemungkinan penduduk usia di luar 7-12 tahun di Provinsi DKI Jakarta relatif banyak yang sudah menyelesaikan pendidikan SD/MI atau jumlah penduduk usia 7-12 tahun relatif lebih banyak sehingga mempengaruhi capaian APK SD/MI nya.

Sementara itu, terdapat keadaan yang sebaliknya seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), capaian APK SD/MI tahun 2006 adalah sebesar 127,98 persen berada jauh di atas APK SD/MI rata-rata nasional sebesar 114,27 persen. Sedangkan capaian APM SD/MI pada tahun yang sama adalah sebesar 92,94 persen berada di bawah rata-rata nasional yang besarnya 94,48 persen. APK SD/MI yang lebih tinggi dapat menunjukkan bahwa masih banyak siswa di luar usia 7-12 tahun yang sedang menempuh pendidikan SD atau sederajat. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan antara lain terjadinya mengulang kelas pada jenjang pendidikan SD/ sederajat atau mulai masuk pendidikan jenjang SD/sederajat tidak tepat pada usia 7 tahun.

65

5.2. Faktor-Faktor yang Signifikan Mempengaruhi Capaian APK

Dokumen terkait