• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Analisis Kelayakan Finansial

6.2.1 Analisis Arus Kas

6.2.1.1 Outflow (pengeluaran)

Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan dilakukan dengan dua skenario, skenario 1 sebelum perluasan skenario 2 setelah perluasan dan pengembangan usaha dengan penambahan luas areal 5.500 ha, terdiri dari biaya investasi, re-investasi dan biaya operasional. Outflow menggambarkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dilakukan dikategorikan ke dalam dua skenario yang akan di tetapkan yaitu biaya investasi skenario 1 sebelum perluasan dan skenario 2 setelah perluasan. Skenario 1 diasumsikan perusahaan baru membangun pabrik kelapa sawit dan membangun tanaman kebun dengan luas areal kebun 9.500 ha dan juga melakukan investasi pembangunan fasilitas penunjang berupa perumahan, jalan jembatan, mesin-mesin, kendaraan dan fasilitas lain yang diperlukan. Sedangkan untuk skenario 2 diasumsikan bahwa perusahaan melanjutkan pelaksanaan proyek yang sudah dilaksanakan dan melakukan pengembangan lahan baru serta melakukan peremajaan tanaman yang sudah tua dengan total luas areal baru 5.500 ha dan peremajaan tanaman 9.500 ha sehingga total luas areal kebun 15.000 ha dan diperkirakan perlu biaya re-investasi baru yang berguna untuk mendukung keberlanjutan pabrik.

A.Biaya Investasi Skenario 1

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan awal (Start up cost) dalam pelaksanaan proyek biaya yang dibutuhkan dalam membangun kebun kelapa sawit seluas 9500 ha. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membangun kebun kelapa sawit mencakup pembangunan, pembukaan lahan baru, mulai dari tahap pembibitan, pemeliharaan, perawatan, pemupukan. Untuk pembangunan pabrik, biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk pabrik, pembelian mesin, peralatan, bangunan, penunjang jalan jembatan, biaya investasi dan biaya lainnya dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Rekapitulasi Biaya Investasi Kebun Kelapa Sawit 9500 ha (Rp.000,.)

Keterangan Total Total investasi 9500 ha

Biaya investasi awal

Land clearing 2.352.318 22.347.021

Pembibitan

Pengawwetan tanah 1.413.996 13.432.962

Penanaman kacang-kacangan 1.249.247 11.867.847

Penanaman kelapa sawit 1.440.021 13.680.200

Pembuatan prasrana 2.803.566 26.633.877

Survey dan sensus 44.896 426.512

Sub-total 9.304.044 88.388.418

Biaya pemeliharaan

Piringan dan gawangan 1.371.988 13.033.886

Pengendalian ilalang 62.308 591.926

Pemupukan 3.556.456 33.786.332

Pengendalian hama dan penyakit 115.350 1.095.825

Tunas pokok

Kastrasi dan sanitasi 103.745 985.578

Penyisipan 64.729 614.926

Perawatan parit dan konservasi lahan 302.896 2.877.512

Perawatan prasarana 1.715.934 16.301.373

Survey dan sensus 67.344 639.768

Sub-total 7.360.750 69.927.125

Total biaya 16.664.794 158.315.543

Sumber : PT Tapian Nadenggan, 2010 (Data Diolah)

Biaya investasi lain yang dikeluarkan merupakan biaya untuk kebutuhan awal (Start up cost) pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton TBS per jam yang dilaksanakan oleh perusahaan yang meliputi pabrik pengolahan TBS, kantor administrasi, gudang, perumahan serta sarana dan prasarana lainnya yang berguna sebagai fasilitas penunjang berjalannya operasi pabrik. Biaya investasi yang dikeluarkan meliputi bangunan pabrik beserta instalasi permesinan, perumahan, gudang, kenderaan, jalan, jembatan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Total jumlah investasi yang dikeluarkan perusahaan keseluruhan sebesar Rp 313.111.5433.000,. biaya investasi untuk kebutuhan pabrik dan bangunan lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat dari rekapitulasi biaya investasi pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit 60 ton/jam dan Fasilitas Penunjang

Biaya investasi pabrik PKS 60 Ton/jam Dalam (Rp.000,.)

A. Pabrik pks 60 ton/jam 70.400.000

B. Jalan dan jembatan 4.036.000

Total PKS dan jalan, jembatan 74.436.000

Investasi non tanaman

A. Bangunan 28.580.000

B. Kendaraan dan alat berat 19.300.000

C. Mesin-mesin 2.480.000

D. Biaya hgu 30.000.000

Total 80.360.000

Lahan pabrik kelapa sawit yang digunakan untuk perumahan seluas 10 ha, dengan masa pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Biaya perolehan HGU mengacu pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 tentang pajak atas pengolahan tanah dan bangunan.

B. Biaya Investasi Skenario 2

Biaya investasi yang dilakukan adalah biaya investasi meliputi penambahan luas areal baru dengan luas 5.500 ha kemudian melakukan re- investasi tanaman baru dan melakukan peremajaan tanaman seluas 9500 ha di dalam investasi pada skenario ini tidak dilakukan pembangunan pabrik baru tetapi nilai pabrik diperhitungkan sesuai dengan nilai penyusutannya serta biaya-biaya lain yang dijadikan sebagai nilai re-investasi seperti, perpanjangan HGU dan biaya-biaya lainnya yang menjadi biaya re-investasi. Adapun biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk membangun kebun baru seluas 5.500 ha dan peremajaan tanaman 9500 ha dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Biaya Investasi Penanaman Kebun Dengan Luas 5500 ha dan Peremajaan Tanaman 9500 ha (Rp 000,.)

Keterangan Biaya Investasi (Rp)

Biaya Pembangunan 139.560.675

Biaya pemeliharaan 34892550

Biaya perawatan 32504925

Biaya perawata tahun ke-3 43013760

Biaya operasional tanaman muda 39952455

Nilai re-investasi yang dilakukan terhadap pabrik diperkirakan dan dihitung sesuai nilai penyusutannya pabrik dimasukkan sebagai nilai re-investasi dan setelah perluasan biaya investasi HGU dilakukan kembali Karena masa pemakaian HGU telah berakhir pada masa sebelum perluasan, adapun biaya re- investasi terhadap pabrik serta biaya HGU yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Nilai re-investasi Pabrik dan Biaya HGU (Rp 000,.)

Keterangan Biaya re-investasi pabrik

Pabrik 60 ton/jam 70.400.000

Mesin 2.480.000

Kendaraan dan alat berat 19.300.000

HGU 50.000.000

Bangunan 28.580.000

Total 170.760.000 Nilai penyusutan pabrik kelapa sawit dihitung dengan metode garis lurus setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh bahawa nilai penyusutan setiap tahun untuk pabrik kelapa sawit adalah Rp 6.411.200.000 setiap tahunnya.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikelurkan dalam melakukan kegiatan usaha sehingga usaha dapat berjalan, biaya operasional nilainya akan berbeda setiap tahunnya ini diakibatkan banyak faktor salah satunya adalah karena umur tanaman yang belum berproduksi, masa operasi pabrik yang belum melakukan proses produksi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan usaha.

A. Biaya Operasional Skenario 1

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi agar pengoperasian pabrik berjalan dengan lancar. Biaya operasinal yang ditetapkan meliputi biaya gaji karyawan, biaya pemeliharaan mencakup pemeliharaan tanaman kebun, meliputi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dan tanaman yang menghasilkan, kemudian pemeliharaan pabrik, biaya panen dan transport, dan biaya pengolahan serta biaya operasi pabrik. Biaya operasional setiap tahunnya nilainya akan

berbeda, secara rinci biaya operasional untuk scenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 9, Biaya operasional untuk tahun 0 dan 1 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000)

Keterangan Tahun 0 Tahun 1

Pembelian TBS 0 0

Gaji 2.842.250 2.927.518

Biaya pemeliharaan pabrik - - Biaya pemeliharaan TBM - 27.750.000 Biaya pemeliharaan TM - - Biaya panen dan transpor - - Biaya operasi pks - - Biaya pengolahan - - Biaya adm - - Total biaya operasional 2.842.250 30.677.518 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada tahun ke 0 sampai dengan tahun ke dua biaya-biaya seperti biaya pemeliharaan pabrik biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan, biaya pengolahan dan biaya lain dianggap tidak bernilai karena pada tahun ini dianggap bahwa perusahaan belum melakukan kegiatan produksi sehingga nilai-nilai tersebut dianggap tidak ada, tetapi biaya gaji tetap dikeluarkan ini dikarenakan perusahaan sudah beroperasi. Biaya-biaya tersebut mulai diperhitungkan setelah perusahaan sudah melakukan kegiatan produksi. B. Biaya Operasional Skenario 2

Di dalam biaya operasional pada skenario 2 sangat berbeda dengan biaya operasional pada skenario 1 disebabkan bahwa terjadi kenaikan biaya operasional, dalam hal ini kenaikan biaya operasional terjadi akibat adanya penambahan luas areal produksi dan tanaman, biaya operasional dan penerimaan yang diperoleh untuk skenario 2 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10, biaya operasional untuk dua tahun dapat dilhat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Operasional skenario 2 (Rp 000,.)

Keterangan Tahun 1 Tahun 2

Gaji 3.783.035 3.896.526

Biaya pemeliharaan pabrik 17.550.000 9.187.500 Biaya pemeliharaan tbm 50.875.000 78.625.000 Biaya pemeliharaan TM 16.575.000 8.925.000 Biaya panen dan transpor 585.000 315.000 Biaya operasi PKS 17.550.000 9.187.500 Biaya pengolahan 17.550.000 9.187.500 Biaya ADM 8.143.200 4.097.625 Total biaya operasional 132.611.235 123.421.651 3. Inflow (Penerimaan)

Arus penerimaan atau pendapatan terdiri dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil penjualan produk yang terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai sisa diperoleh dari nilai barang modal (asset) yang tersisa pada saat umur proyek berakhir.

Pendapatan penjualan merupakan hasil penjualan produk yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi CPO dan kernel. CPO dan kernel yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari kapasitas olah terpasang pabrik, tingkat rendemen CPO, rendemen kernel dan pasokan bahan baku TBS ke pabrik. Kemampuan pasokan bahan baku TBS ke pabrik per tahun ini kemudian dijadikan dasar penentuan tolok ukur pengoperasian pabrik per hari.

Kapasitas olah pabrik kelapa sawit yang dimiliki oleh PT Tapian Nadenggan adalah 60 ton/jam, tingkat rendemen yang CPO adalah 23 persen, rendemen kernel sekitar 4 persen sehingga tolak ukur inilah yang menjadi dasar perhitungan untuk menentukan penerimaan pada skenario 1. secara rinci penerimaan untuk skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.

A.Penerimaan Skenario I

Penerimaan untuk skenario I adalah penerimaan yang didapatkan sebelum dilakukan perluasan artinya penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi areal perkebunan seluas 9.500 ha yang akan menghasilkan bahan baku tandan buah segar sehingga hasil tandan buah segar tersebut dilakukan pengolahan untuk

memperoleh hasil produksi CPO dan PKO, hasil produksi setelah dilakukan penjuallan CPO dan PKO yang diperoleh secara ringkas dapat dilihat Tabel 11 Tabel 11.Penerimaan Hasil Penjualan CPO dan PKO Untuk Skenario 1 (Rp 000,.) Tahun TBS Diolah Penerimaan CPO (Rp) Penerimaan PKO (Rp)

Total penerimaan CPO dan PKO(Rp) 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 26250 47.250.000 4725000 51.975.000 4 112500 212.625.000 21375000 234.000.000 5 225625 46.737.500 36100000 482.837.500 6 172500 357.075.000 27600000 384.675.000 7 308750 639.112.500 61750000 700.862.500 8 332500 703.237.500 59850000 763.087.500 9 332500 703.237.500 59850000 763.087.500 10 332500 710.718.750 53200000 763.918.750 11 332500 710.718.750 53200000 763.918.750 12 332500 710.718.750 53200000 763.918.750 13 332500 710.718.750 53200000 763.918.750 14 308750 659.953.125 49400000 709.353.125 15 296875 634.570.313 47500000 682.070.313 16 290938 621.878.906 46550000 668.428.906 17 285000 609.187.500 45600000 654.787.500 18 273125 583.804.688 43700000 627.504.688 19 273125 583.804.688 54625000 638.429.688 20 261250 558.421.875 52250000 610.671.875 21 249375 533.039.063 49875000 582.914.063 22 237500 507.656.250 47500000 555.156.250 23 225625 482.273.438 45125000 527.398.438 24 213750 456.890.625 42750000 499.640.625 25 201875 426.057.188 40375000 466.432.188 Total 5957813 12.609.687.656 1049300000 13.658.987.656

Total olahan tandan buah segar yang diolah pada skenario 1 ini mencapai 5.957.813 ton untuk persentase rendemen menjadi CPO adalah sekitar 23 persen dan rendemen untuk hasil PKO adalah sebesar 4-5 persen dan harga yang ditetapkan berdasarkan asumsi yaitu Rp 4.000/kg untuk PKO dan Rp 9.000,./kg untuk CPO.

B. Penerimaan untuk skenario 2

Penerimaan untuk skenario 2 diperoleh dari penerimaan setelah hasil produksi, adapun penerimaan setelah perluasan lahan dan peremajaan tanaman Secara ringkas penerimaan untuk skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel. 12. Penerimaan Untuk Skenario 2 Setelah Perluasan dan Peremajaan 9500 ha (Rp 000,.)

Tahun TBS Yang Diolah Hasil Penerimaan CPO dan PKO

1 117000 271.440.000 2 61250 136.587.500 3 0 - 4 38500 82.390.000 5 93500 200.090.000 6 156400 334.696.000 7 240000 513.600.000 8 311250 666.075.000 9 360000 770.400.000 10 393750 842.625.000 11 412500 882.750.000 12 420000 898.800.000 13 420000 898.800.000 14 420000 898.800.000 15 412500 882.750.000 16 401250 858.675.000 17 386250 826.575.000 18 373050 798.327.000 19 361800 774.252.000 20 354300 758.202.000 21 345000 738.300.000 22 333750 714.225.000 23 322500 690.150.000 24 302250 646.815.000 25 286750 613.645.000 Total 7.323.550 15.698.969.500

Berdasarkan Tabel 12 total TBS yang diolah mencapai 7.323.550 ton, dengan rendemen 23 persen untuk CPO dan rendemen PKO 4 persen, harga yang ditetapkan berdasarkan asumsi yaitu untuk CPO Rp 9.000,./kg dan PKO Rp 4.000,./kg sehingga total penerimaan untuk hasil produksi CPO Dan PKO mencapai Rp 15.698.969.500,. selama 25 tahun.

Dokumen terkait