• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan pengembangan usaha Crude Palm Oil (CPO) pada PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan pengembangan usaha Crude Palm Oil (CPO) pada PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

CRUDE PALM OIL

KELAYAKAN

CRUDE PALM OIL

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

KELAYAKAN

CRUDE PALM OIL

(CPO)

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

(CPO)

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN H3408601

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN H34086015

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN. Kelayakan Pengembangan Usaha

Crude Palm Oil (CPO) pada PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang

Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Sejak lima tahun terakhir Kabupaten Padang Lawas Utara menjadi salah satu daerah sentra produksi perkebunan sawit dan karet di wilayah provinsi Sumatera Utara berdasarkan data terakhir tahun 2007 (data BPS Tapsel), jumlah luas dan produksi perkebunan sawit di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah seluas 133.608 ha dengan produksi 2.404.944 ton, terdiri dari perkebunan rakyat seluas 32.059 ha, perkebunan sawit perusahaan besar seluas 101.121 ha dan perkebunan koperasi seluas 428 ha.

PT Tapian Nadenggan merupakan salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit yang berdiri sejak tahun 1979 yang merupakan anak perusahaan PT SMART Tbk. Perusahaan ini memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan KPO (Kernel palm oil) berkapasitas 60 Ton/Jam juga memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 9500 hektar, saat ini perusahaan hanya mampu mengolah 201.989 ton per tahun kondisi ini dikatakan belum memenuhi kapasitas normal pabrik yang mampu mengolah 360.000 ton per tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis kelayakan pengembangan usaha untuk meningkatkan produksi CPO PT Tapian Nadenggan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan (non-finansial). (2) menganalisis kelayakan pengembangan usaha oleh PT Tapian Nadenggan berdasarkan aspek finansial. (3) menganalisis sensitivitas kelayakan pabrik dengan adanya penurunan kapasitas produksi dan kenaikan biaya produksi. penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2010. Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui observasi langsung serta studi literatur. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif serta dikelompokkan menjadi dua skenario, skenario 1 sebelum dilakukan pengembangan usaha sementara untuk skenario 2 setelah dilakukan pengembangan dengan menambah luas areal produksi kebun kelapa sawit dengan penambahan luas areal 3000 ha.

(3)

B/C lebih besar dari satu maka usaha dinyatakan layak, dan payback period yang dibutuhkan juga lebih singkat untuk kedua skenario. Hasil analisis sensitivitas terhadap indikator penurunan kapasitas produki dan kenaikan biaya produksi masing-masing sebesar 10 persen untuk kedua skenario masih tergolong layak karena masing-masing nilai dari setiap kriteria menunjukkan angka yang dinyatakan layak dari masing-masing kriteria yang digunakan.

(4)

CRUDE PALM OIL

KELAYAKAN

CRUDE PALM OIL

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

KELAYAKAN

CRUDE PALM OIL

(CPO)

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

(CPO)

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN H3408601

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN H34086015

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN USAHA

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

CRUDE PALM OIL

(CPO)

PADA PT TAPIAN NADENGGAN

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

BODE RAMDAN LATIEF HASIBUAN H34086015

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi: Kelayakan Pengembangan Usaha Crude Palm Oil (CPO)Pada PT

Tapian Nadenggan di Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi

Sumatera Utara

Nama : Bode Ramdan Latief Hasibuan

NIM : H34086015

Disetujui, Pembimbing

Dr.Ir Andriyono Kilat Adhi NIP. 19600611 198403 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

Kelayakan Pengembangan Usaha Crude Palm Oil (CPO) Pada PT Tapian

Nadenggan di kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara adalah

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Mei 1987. Penulis adalah anak

ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs. H.Amas Muda Hasibuan

dan Ibunda Dra.Hj Ramayulis Umar.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK al-Kausar

Medan, dan melanjutkan tingkat pendidikan dasar di MIN 1 Medan, dan di tahun

1993 dengan alasan pindah tugas orang tua maka penulis melanjutkan di SDN

023905 kota Binjai dan lulus pada tahun 1999, dan melanjutkan ke sekolah

lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 4 Padang Sidimpuan pada tahun 1999

dan lulus pada tahun 2002, penulis melanjtkan pendidikan sekolah menengah atas

di SMA Negeri 3 plus Sipirok dan lulus pada tahun 2005, di tahun yang sama

penulis mengikuti ujian reguler yang dilakukan Program Diploma Institut

Pertanian Bogor-IPB dan diterima pada program keahlian Teknologi Industri

Benih dan lulus pada tahun 2008 dengan predikat sangat memuaskan, penulis

berkeinginan memperoleh gelar sarjana sehingga penulis melakukan alih jenjang

pendidikan pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 sampai dengan sekarang.

Selain aktif didalam pendidikan penulis juga aktif di beberapa kegiatan

organisasi yaitu IMA TAP-SEL Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan dan juga aktif

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul kelayakan

pengembangan usaha produksi crude palm oil (CPO) pada PT Tapian Nadenggan

di Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan PT

Tapian Nadenggan dalam hal pengolahan tandan buah segar kelapa sawit menjadi

minyak kelapa sawit atau CPO serta menganalisis tingkat kepekaan terhadap

penurunan kapasitas produksi serta peningkatan biaya produksi yang terjadi dalam

melakukan kegiatan operasional pabrik di PT Tapian Nadenggan.

Walupun demikian, sangat disadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan dalam penulisan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun ke arah yang lebih baik sehingga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi banyak pihak.

Bogor, Februari 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada allah swt, penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku Ketua Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

3. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen evaluator kolokium, terima kasih atas

kritik dan saran yang diberikan.

4. Ir. Popong Nurhayati,MM selaku dosen penguji, yang banyak memberikan

masukan dan meluangkan waktunya untuk meluruskan konsep dari

penyempurnaan skripsi ini.

5. Arif Karyadi Uswandi, SP, selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan

atas koreksi dan saran yang telah diberikan.

6. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas

koreksi dan saran.

7. PT Tapian Nadenggan yang banyak membantu penulis dalam memberikan

informasi, data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Orang tua dan keluarga tercinta yang memberi dukungan, cinta serta doa

yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik untuk

kalian.

9. Yusna Lela atas semangat, kesabaran dan dukungan yang diberikan.

10.Nanda Dwi Aryanti atas bantuan yang diberikan, semoga allah dapat

membalas kebaikan yang telah diberikan.

11.Rahmat Wahyudin Siregar yang banyak membantu penulis, doa,

dukungan, semangat terima kasih atas semua yang diberikan.

12.Teman-teman kosan poso-poso yang selalu memberikan motivasi, sharing

dan semangat yang diberikan.

13.Teman-teman angkatan 5 Ekstensi Agribisnis terima kasih atas

(11)

14.Teman-teman canggih, fajar, cio, jafar, abdul, dan lainnya terima kasih

atas supportnya. Teman-teman alumni TIB yang melanjutkan di Ekstensi

Agribisnis, terima kasih atas supportnya.

15.Terima kasih kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu,

semoga apapun yang kalian berikan memperoleh balasan yang baik dari

Allah SWT.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... . v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Buah Segar ... 5

2.2 Mutu Tandan Buah Segar ... 5

2.3 Kelapa Sawit ... 5

2.4 Pemerian Botani ... 6

2.5 Syarat Hidup ... 7

2.6 Tipe Kelapa Sawit ... 7

2.7 Hasil Tanaman Kelapa Sawit ... 7

2.8 Pengolahan Kelapa Sawit ... 8

2.9 Penelitian Terdahulu ... 8

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 12

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek ... 12

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan ... 13

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 18

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Data dan Instrumentasi ... 21

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 22

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 27

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Deskripsi Kabupaten Padang Lawas Utara ... 28

5.2 Sekilas Profil PT Tapian Nadenggan Langga Payung Mill ... 29

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Aspek Kelayakan Aspek Non Finansial ... 31

6.1.1 Aspek Pasar ... 31

6.1.1.1 Proyeksi Permintaan Crude Palm Oil ... 33

6.1.1.2 Potensi dan Prospek Pemasaran Minyak Kelapa Sawit ... 34

(13)

6.1.2 Aspek Teknis ... 36

6.1.2.1 Lokasi Pabrik ... 36

6.1.2.2 Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi ... 37

6.1.2.3 Ketersediaan Bahan Baku ... 37

6.1.2.4 Analisis Bahan Baku dan Jumlah Produksi ... 39

6.1.2.5 Proses Produksi ... 40

6.1.3 Analisis Aspek Manajemen ... 42

6.1.3.1 Bentuk dan Struktur Organisasi ... 43

6.1.4 Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 44

6.1.4.1 Dampak Negatif Kegiatan Operasional Pabrik ... 45

6.1.4.2 Dampak Positif Adanya PT Tapian Nadengan ... 46

6.1.4.3 Hasil Analisis Aspek Sosial Lingkungan ... 46

6.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 47

6.2.1 Analisis Arus Kas ... 47

6.2.1.1 Outflow (pengeluaran) ... 48

6.2.2 Analisis Laba Rugi ... 56

6.2.3 Kriteria Kelayakan Investasi ... 58

6.2.3.1 Net Present Value (NPV) ... 58

6.2.3.2 Internal Rate Of Return ... 59

6.2.3.3 Net Benefit Cost Ratio ... 59

6.2.3.4 Payback Period (PP) ... 60

6.2.4 Analisis Sensitifitas ... 60

6.2.4.1 Kenaikan Biaya Produksi 10 Persen ... 60

6.2.4.2 Penurunan Kapasitas Produksi 10 Persen ... 61

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 63

7.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas Produksi Perkebunan Sawit Kabupaten Padang Lawas Utara ... 2

2. Data Produksi CPO dan Kernel PT. Tapian Nadenggan ... 34

3. Ketersediaan Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) Per tahun ... 38

4. Kebutuhan Kapasitas PKS dan Produksi CPO/Kernel ... 39

5. Rekapitulasi Biaya Investasi Kebun Kelapa Sawit 9500 ha (Rp.000,.) ... 49

6. Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit 60 ton/jam dan Fasilitas Penunjang ... 50

7. Biaya Investasi Penanaman Kebun Dengan Luas 3000 ha dan Peremajaan Tanaman 9500 ha ( Rp 000,.)... 50

8. Nilai Re-Investasi Pabrik dan Biaya HGU (Rp 000,.) ... 51

9. Biaya Operasional Pabrik Kelapa Sawit (Rp.000) ... 52

10. Biaya Operasional Skenario 2 ( Rp 000,.) ... 53

11. Penerimaan Hasil Penjualan CPO dan PKO Untuk Skenario I ( Rp 000,.) ... 54

12. Penerimaan Untuk Skenario 2 Setelah Perluasan dan Peremajaan 9500 ha ( Rp 000,.) ... 55

13. Rekapitulasi Laba- Rugi Pabrik Kelapa Sawit Untuk Skenario 1 (Rp.000) ... 56

14. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Pabrik Kelapa Sawit Untuk Skenario 2 ( Rp 000,.) ... 57

15. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Kelapa Sawit PT. Tapian Nadenggan ... 58

16. Ringkasan Hasil Analisis Senstivitas Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 10% ... 61

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Usaha

Peningkatan Kapasitas Produsi CPO Pada PT Tapian Nadenggan

Kabupaten Padang Lawas Utara ... 20

2 Peta Provinsi Sumatera Utara ... 28

3 Tempat Penyortiran dan Penyimpanan Dalam Loading Ramp ... 40

4 Stasiun Perebusan, Stasiun Jajangan (Threshing) dan Stasiun Pencacahan (Digester) ... 41

5 Stasiun Pemurnian ... 42

6 Stasiun Pemisahan Biji dan Nut Cracker ... 42

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Alur Bisnis PT Tapian Nadenggan ... 68

2. Gambar Fasilitas Produksi Dan Fasilitas Pendukung Produksi ... 69

3. Alur Proses Produksi ... 70

4. Struktur Organisasi Top Manajemen PT Tapian Nadenggan ... 71

5. Struktur Organisasi Bagian Administrasi PT Tapian Nadenggan ... 72

6. Struktur Organisasi Manajemen Laboratorium PT Tapian Nadenggan ... 73

7. Struktur Organisasi Bagian Mekanik PT Tapian Nadenggan ... 74

8. Struktur Organisasi Bagian Proses PT Tapian Nadenggan ... 75

9. Biaya Operasional dan Penerimaan Skenario 1 ... 76

10. Biaya Operasional dan Penerimaan Skenaro 2... 78

11. Laba Rugi Skenario 1 ... 80

12. Laba Rugi Skenario 2 ... 82

13. Cash Flow dan Hasil Analisis Kelayakan Investasi Skenario 1 ... 84

14. Cash Flow dan Analisis Kelayakan Pada Skenario 2 ... 86

15. Cash Flow dan Analisis Kelayakan Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % Skenario 1 ... 88

16. Cash Flow dan Analisis Kelayakan Investasi Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi Skenario 2 ... 90

17. Cash Flow dan Analisis Kelayakan Investasi Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 Persen ... 92

(17)

I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang

sangat diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam

rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem yang

sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak akhir tahun 1970-an menjadi bukti

pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah mencadangkan 9,13 juta hektar untuk

pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Saat ini luas areal

perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 6,7 juta hektar. Sejak tahun

2007, Indonesia telah menjadi negara penghasil (Crude Palm Oil) CPO tertinggi

di dunia. Diperkirakan Indonesia akan menghasilkan 21,5 juta ton CPO pada

tahun 2009, dengan perincian sekitar 16 juta ton di ekspor dan sisanya 5,5 juta

diserap pasar dalam negeri dipergunakan untuk industri dalam negeri, seperti:

minyak goreng, industri oleokimia, sabun dan margarine (shortening). Di masa

mendatang konsumsi CPO di dalam negeri akan terus meningkat dan mencapai

lebih dari 6 juta ton pada tahun 2010. Prediksi komposisi industri pengguna CPO

pada saat ini adalah industri minyak goreng 51 persen, industri margarine dan

shortening 37 persen, oleochemical 8 persen, industri sabun mandi 3 persen dan

industri sabun cuci 1 persen.

Usaha petanian perkebunan yang menjadi unggulan daerah Kabupaten

Padang Lawas Utara adalah tanaman perkebunan sawit dan karet. Sejak lima

tahun terakhir daerah ini menjadi salah satu daerah sentra produksi perkebunan

sawit dan karet di wilayah provinsi Sumatera Utara berdasarkan data terakhir

(Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan, 2007), jumlah luas dan produksi

perkebunan sawit di daerah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah seluas

133.608 ha dengan produksi 2.404.944 ton, terdiri dari perkebunan rakyat seluas

32.059 ha, perkebunan sawit perusahaan besar seluas 101.121 ha dan perkebunan

koperasi seluas 428 ha. Data luas produksi perkebunan kelapa sawit di daerah

(18)

Tabel 1. Luas Produksi Perkebunan Sawit Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2007

No

. Kecamatan

Sawit rakyat

Perusahaan

besar Koperasi

Jumlah areal (ha)

Produksi (ton)

1 Simangambat 9.387 82.400 0 91.787 1.652.166

2 Batang onang 860 1500 69 2.429 43.722

3 Hulu sihapas * * * * *

4 Padang bolak julu 450 0 0 450 8.100

5 Padang bolak 7.630 4.310 0 11.940 214.920

6 Portibi 1.815 2.855 0 4.670 84.060

7 Halongonan 9.565 9.306 359 19.230 346.140

8 Dolok 983 300 0 1.283 23.094

9 Dolok

sigompulon 1.369 450 0 1.819 32.742

Jumlah 32.059 101.121 428 133.608 2.404.944

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tapanuli Selatan (data diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui rata-rata produktivitas

perkebunan kelapa sawit per satuan lahan di daerah ini masih tergolong rendah

dibandingkan dengan tingkat produktivitas usaha perkebunan yang dikelola

dengan perusahaan besar, karena dari 133.608 ha luas tanaman perkebunan sawit

di daerah ini dapat menghasilkan total produksi sebanyak 2.404.944 ton per tahun.

Dengan demikian rata-rata produktivitas per satuan lahan baru dapat

menghasilkan 18 ton/ha/tahun. Permasalahan yang terjadi adalah sebagian besar

hasil-hasil produksi perkebunan kelapa sawit ini dijual dan ataupun diolah di luar

daerah seperti di daerah Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan dan

lain-lain.

PT Tapian Nadenggan merupakan salah satu perusahaan pengolahan

kelapa sawit yang berdiri sejak tahun 1979 yang merupakan anak perusahaan PT

SMART Tbk. Perusahaan ini memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit yang

menghasilkan CPO dan (Kernel palm oil) PKO berkapasitas 60 ton/jam juga

memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 9500 hektar yang memiliki

produktivitas 2 ton/ha sehingga mampu mencukupi kebutuhan tandan buah segar

untuk bahan baku pengolahan CPO rata-rata sebesar 201.989 ton per tahun,

perusahaan selalu menerapkan sistem budget setiap tahunnya untuk membeli

bahan baku tandan buah segar dari luar rata-rata mencapai 45.322 per tahun,

dalam hal budget ini merupakan salah satu langkah dalam mencukupi atau

(19)

dalam memenuhi permintaan oleh pabrik penyulingan CPO yaitu PT Sinarmas

dari hasil pengolahan tandan buah segar (TBS) dari kebun sendiri dan tandan buah

segar yang dibeli dari luar saat ini perusahaan mampu menghaslkan CPO rata-rata

sebesar 56.882 ton/tahun dan PKO 12.366 ton/tahun diperkirakan PT Sinarmas

setiap triwulan meminta order rata-rata sampai dengan 24.000 ton/triwulan CPO

dan permintaan ini diperkirakan masih akan semakin meningkat dan peningkatan

ini didasarkan dari angka pertumbuhan peningkatan konsumsi CPO yang

mencapai 11,5 persen/tahun.

1.2 Perumusan Masalah

PT Tapian Nadenggan merupakan perusahaan yang memiliki pabrik

pengolahan TBS menjadi CPO dengan kapasitas pengolahan tandan buah segar 60

ton/jam, perusahaan beroperasi rata-rata selama 14 jam perhari bahan baku yang

diolah dari kebun sendiri diperkirakan rata-rata mencapai 201.989 ton/tahun TBS

dan dari kebun luar sebesar rata-rata 45.322 ton/tahun, sehingga menghasilkan

total CPO sebesar rata-rata 56.882 ton/tahun dan PKO 12.336 ton/tahun.

Kapasitas mesin produksi mencapai 60 ton/jam dan memiliki jam

pengoperasian maksimum sebesar 20 jam/hari, berdasarkan kondisi tersebut

seharusnya perusahaan mampu mengolah TBS mencapai 360.000 ton/tahun

sehingga memperoleh hasil CPO sebesar 99.360 ton/tahun artinya pabrik masih

kekurangan TBS. Sampai akhir tahun 2010, PT Tapian Nadenggan hanya

memperoleh TBS dari kebun sendiri rata-rata sebesar 201.989 ton/tahun, untuk

menambah kapasitas olahnya perusahaan melakukan budget untuk pembelian

TBS rata-rata sebesar 45.300 ton/tahun sampai akhirnya total olahan per tahun

rata-rata 247.198 ton/tahun. Artinya apabila perusahaan tidak melakukan

pembelian tandan buah segar dari luar maka perusahaan mengalami kekurangan

rata-rata 158.011 ton/tahun hal ini menyebabkan perusahaan kekurangan

tambahan produksi CPO yang seharusnya bisa diproduksi dan menghasilkan CPO

rata-rata sebesar 42.478 ton/tahun.

Apabila perusahaan beroperasi dalam keadaan maksimum dan kebutuhan

TBS tercukupi sepenuhnya oleh kebun sendiri tanpa melakukan budgeting artinya

melakukan pembelian bahan baku dari luar maka hasil produksi CPO dinilai akan

(20)

Melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami

kekurangan bahan baku untuk memenuhi kapasitas produksi pabrik, sehingga

diperlukan cara untuk mengatasi masalah tersebut. Perusahaan perlu melakukan

perencanaan pengembangan salah satunya dengan cara pengembangan lokasi

perkebunan untuk mencukupi kekurangan tersebut.

Berdasarkan perumusan di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha CPO berdasarkan aspek non-

finansial dilihat dari aspek pasar, manajemen, teknis, sosial lingkungan ?

2) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha CPO berdasarkan aspek finansial ?

3) Bagaimana tingkat kepekaan usaha (sensitivitas) pengembangan usaha CPO

terhadap dua indikator yang paling mempengaruhi yaitu kenaikan biaya

produksi dan penurunan kapasitas produksi masing-masing sebesar 10 persen ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan gambaran perkebunan kelapa sawit dan peluang

pengembangan pengolahan kelapa sawit, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha CPO dari aspek non-finansial.

2) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha CPO dari aspek finansial.

3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha produksi CPO terhadap kenaikan biaya

produksi dan penurunan kapasitas produksi masing-masing 10 persen.

1.4 Manfaat

Berdasarkan apa yang akan diteliti oleh penulis maka diharapkan

penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rekomendasi dan mengetahui apakah perlu

melakukan pengembangan ataupun tambahan investasi dan sebagai tambahan

dokumen daerah kabupaten padang lawas utara dalam mengembangkan potensi

daerah yang ada dan mengetahui seberapa besar kelayakan pabrik pengolahan

(21)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tandan Buah Segar

Tanaman kelapa sawit ( Elais guineensis jacq), tergolong jenis palma

yang buahnya kaya akan minyak nabati, kelapa sawit yang dikenal adalah jenis

dura, psifera, dan tenera, kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang termasuk

kelompok tanaman tahunan. Tenera (dura x psifera) merupakan tanaman yang

saat ini banyak dikembangkan. Buahnya mengandung 80 persen daging buah dan

20 persen biji yang batok atau cangkangnya tipis menghasilkan minyak 34-40

persen terhadap buah.

Buah yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan TBS. Bentuk

susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan

kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gr/ butir, dapat

dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan (PPKS dalam

Mangoensoekarjo 2003).

2.2 Mutu Tandan Buah Segar

Tandan Buah Segar yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi

persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses

ekstraksi minyak CPO dan inti sawit, sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi

dan penimbangan di tempat penampungan (loading ramp). Menurut Siregar

(2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan mutu TBS yang akan

dimasukkan ke dalam pabrik antar lain, sortasi panen, penimbangan TBS di

loading ramp dan material passing digester (MPD).

2.3 Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,

minyak industri, dan bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan

keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi

menjadi perkebunan kelapa sawit (Mayun 2009). Indonesia adalah penghasil

minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya

(22)

2.4 Pemerian Botani

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu,

juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi.

Kelapa sawit jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip.

Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.

Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang

tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga

umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas

sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon

(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat

jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan

panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit

dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang

menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai

tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah, kandungan minyak bertambah

sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak

bebas (free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp, serabut buah

Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan

embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

(23)

2.5 Syarat Hidup

Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Kelapa sawit

dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini

tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban

80-90 persen. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500

mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak

kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku

pembungaan dan produksi buah sawit.

2.6 Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis yaitu, E.

guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas

dibudidayakan oleh masyarakat. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula

untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali

melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang yaitu, dura,pisifera,

dan tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18 persen. Pisifera

buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat

jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan

jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan

masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya

mencapai 90 persen dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28

persen.

2.7 Hasil Tanaman kelapa sawit

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin,

sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak

sawit dapat digunakan untuk berbagai macam produk karena keuunggulan sifat

yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan

bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis

(24)

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah

menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan

minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan

memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan

baku margarin.

Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.

Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak

berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya

mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng,

sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang

disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan

ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan

temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan

bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging

inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu

dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah

lumpur. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran

makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

2.8 Pengolahan Kelapa Sawit

Sistem pengolahan kelapa sawit dikenal dua jenis proses sesuai dengan

produk yang akan dhasilkan. Pertama adalah proses pengolahan untuk

menghasilkan crude palm oil (CPO), dan kedua adalah proses pengolahan untuk

menghasilkan palm kernel oil (PKO). Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa

sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS yang diikuti dengan

proses pemurnian.

2.9 Penelitian Terdahulu

Harahap(2003) meneliti tentang prospek pembangunan pabrik Mini CPO

untuk meningkatkan Ekonomi Lokal di kota Dumai Provinsi Riau. Hasil dari

analisis kelayakan investasi pada tingkat suku bunga 20 persen menunjukkan

(25)

TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Sementara melalui analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa batas toleransi perubahan harga TBS untuk PKS mini CPO

ini adalah Rp 575 per kg.

Dampak yang dirasakan dari pembangunan PKS mini CPO kapasitas 5

ton TBS per jam secara analisis kualitatif dapat dirasakan, seperti terbentuknya

lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terciptanya pembangunan sarana dan

prasarana fisik, dan timbulnya industri-industri kecil dari hasil produk kelapa

sawit beserta turunannya. Akan tetapi, secara kuantitatif seperti berapa besar

tingkat pendapatan masyarakat setempat sebagai dampak pembangunan PKS mini

CPO tidak dapat dibuktikan. Pola yang paling tepat untuk membangun PKS mini

CPO di kota Dumai Provinsi Riau adalah melalui pola koperasi usaha perkebunan

dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat selaku anggota koperasi.

Hartopo (2005) meneliti tentang analisis kelayakan finansial pabrik

kelapa sawit mini, studi kasus pabrik kelapa sawit Aek Pancur, Tanjung Morawa,

Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji kelayakan, kegiatan investasi

pembangunan industri PKS mini kapasitas olah 5 ton TBS per jam dinyatakan

layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang digunakan

berturut-turut sebagai berikut NPV menghasilakan nilai Rp 1.711.942.000, IRR

sebesar 28,22 persen, net B/C Ratio sebesar 1,827 dan, payback period sembilan

tahun.

Analisis sensitivitas PKS mini pada skenario pertama yang menggunakan

harga beli TBS Rp 508,17 per kg TBS dengan rendemen minyak 19 persen dan

rendemen inti 3,5 persen, menurut kriteria kelayakan dinyatakan layak. Dalam

skenario tersebut, PKS mini dapat beroperasi dengan baik pada NPV

menghasilkan nilai Rp. 483.478.000, IRR sebesar 17,19 persen, net B/C ratio

sebesar 1,81 dan, PP selama 10 tahun. Sedangkan skenario dua dan tiga menurut

kriteria investasi usaha pembangunan PKS mini dinyatakan tidak layak sama

sekali. Skenario dua mengunakan harga beli TBS sebesar Rp. 713 per kg dengan

rendemen 21 persen dan rendemen inti 4 persen, skenario tiga menggunakan

harga beli TBS sebesar Rp 643,25 per kg dengan rendemen minyak 19 persen dan

rendemen inti 3,5 persen. Hal ini dapat dismpulkan bahwa harga beli TBS dan

(26)

Hasil analisis eksternalitas atau dampak adanya PKS mini menimbulkan

eksternalitas positif maupun negatif bagi lingkunan sekitar. Eksternalitas positif

yang ditimbulkan yaitu, 1) sarana dan prasaranan pendukung yang lebih baik

seperti listrik telepon, dan jalan raya; 2) biaya transportasi TBS yang dimiliki oleh

kebun rakyat dan swasta lebih rendah dan endapatan masyarakat menjadi

meningkat. Eksternalitas negatif antara lain 1) kerusakan yang ditimbulkan PKS

mini seperti air sungai yang jelek, kebisingan mesin PKS yang bekerja 20 jam per

hari dan kendaraan angkut minyak CPO maupun TBS, dan polusi udara; 2)

keamanan dari lingkungan di kebun rakyat dan swasta seperti pencurian TBS; 3)

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak pabrik (masalah timbangan TBS yng

masuk ke pabrik).

Ilyas (2006) melakukan penelitian mengenai program pengembangan

agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit dalam menunjang perekonomian

kota Dumai Propinsi Riau, menunjukkan bahwa agro industri penglahan minyak

kelap sawit memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian kota dumai,

karena mepunyai dampak multipler terhadap tenaga kerja sebesar 1,51 persen

dengan pertumbuhan kesempatan kerja 4,68 persen. Selain itu, pengembangan

agro industri pengolahan minyak kelapa sawit meningkatkan daerah sebesar 27,02

persen. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan dari luar wilayah kota Dumai

terhadap produk agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit cukup besar.

Nugroho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha

pembibitan pre-nursery kelapa sawit (Elasis guneensis jacq) pada PT Socfin

Indonesia (Socfindo) Medan, Sumatera Utara,hasil penelitian menunjukkan

bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan secara finansial dan non-finasial

berdasarkan kriteria-kriteria yang digunakan. Penelitian tersebut dilakukan dengan

mengunakan dua skenario yaitu kelayakan finansial tanpa meperhitungkan inflasi

dan kelayakan finansial dengan memperhitungkan inflasi.

Noviyanti (2008) tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan

tapioka (studi kasus pengrajin tapioka Uhan di Desa Cipambuan, Kecamatan

Babakan Madang, Kabupaten Bogor) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis

finansial dan non-finansial usaha tersebut layak untuk dilakukan sesuai dengan

(27)

skenario yaitu pengolahan tapioka dengan bahan baku ubi kayu belum dikupas

dan pengusahaan tapioka dengan bahan baku ubi kayu sudah dikupas. Analisis

sensitivitas yang dilakukan menggunakan pendekatan penurunan harga output dan

kenaikan biaya operasional sebesar 7 persen.

Pada penelitian terdahulu (Harahap dan Hartopo) sama-sama

menganalisis pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 5 ton per jam TBS per jam

(kapasitas mini) dengan alat analisis yang sama. Sedangkan pada penelitian kali

ini yang dianalisis adalah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton TBS per

jam (kapasitas sedang) serta berbeda dalam pendekatan penggunaan indikator

sensitivitas yang digunakan dalam penelitian. Sementara pada penelitian Ilyas

persamaannya berhubungan dengan komoditi penelitian yang dipilih sedangkan

perbedaannya berkaitan dengan maksud dan tujuan dari penelitian, kemudian pada

penelitian Nugroho dan Noviayanti persamaannya terkait dengan alat analisis

(28)

III KERANGKA PEMIKRIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian.

Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian

dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas.

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang

mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan

secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan,

pembiayaan dan pelaksanaan dalam suatu unit. Rangkaiaan dasar dalam

perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari

tahap-tahap idntifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi.

Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberpa kali selama

pelaksanaan proyek.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil

Husnan et al (2004). Menurut Nitisumito, 2000 dalam Permatasuri, 2004, evaluasi

proyek identik dengan studi kelayakan (feasiblity study), karena diantara

keduanya terdapat faktor kesamaan pokok yaitu bertujuan untuk menilai

kelayakan suatu gagasan usaha atau proyek. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan

bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha

atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Namun

demikian, selain memiliki faktor kesamaan diantara keduanya, terdapat

faktor-faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi antara lain:

1. Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu gagasan usaha belum dilaksanakan,

sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau

setelah selesainya suatu proyek.

2. Umumnya Ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang

lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan

(29)

sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek

tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat

langsung dari proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas

yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek.

3. Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas,

maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode

evaluasi dalam studi kelayakan. Evaluasi dalam studi kelayakan menekankan

aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi,

meskipun aspek finansial tetap diperhatikan.

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan

Di dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek

yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh

dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek

kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar,

aspek finansial, dan aspek ekonomi. Sedangkan menurut Husnan, et al (2000),

aspek-aspek studi kelayakan adalah terdiri dari aspek-aspek pasar, aspek teknis,

keuangan, hukum, dan ekonomi negara.

3.1.2.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis pasar untuk hasil usaha sangat penting untuk meyakinkan bahwa

terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan.

Analisis aspek pasar dilakukan dengan mengamati kecendrungan permintaan

suatu usaha untuk melihat potensi pasar yang masih terbuka.

Analisis pemasaran dari suatu usaha adalah rencana pemasaran output

yang dihasilkan oleh suatu usaha dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan

untuk kelangsungan dan pelaksanaan suatu usaha (Gittinger 1986). Pemasaran

adalah proses sosial dan manajerial yang mana individu dan kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan atau inginkan melalui proses penciptan,

penawaran dan pertukaran produk. Nilai kegunaan kegiatan pemasaran adalah

selalu mengusahakan tersedianya komoditas dalam bentuk yang diinginkan,

(30)

3.1.2.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan)

dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gitinger 1986).

Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis seperti

lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses

produksi, serta teknologi yang digunakan.

3.1.2.3 Analisis Aspek Manajemen

Menurut Gittinger (1986), analisis aspek

institusional-organisasi-managerial ini berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan

mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial, budaya, lembaga yang akan

dilayani proyek di masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai

dengan prosedur organisasi setempat, dan kesanggupan atau keahlian staf yang

ada untuk mengelola proyek. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah

bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk

menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan

penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan et al, 2000)

Menurut Kadariah et al (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen

hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak

mendapat perhatian khusus, ada banyak kemungkinan yang terjadi pengambilan

keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan.

3.1.2.4 Analisis Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan dan implikasi sosial yang

lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan

sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek

yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986).

Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap

pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu,

analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek

terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan terhadap adanya penggunaan

teknologi atau penerapan alat-alat mekanis yang menurangi keterlibatan tenaga

(31)

Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan

proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang

dapat mengakibatkan kerugian dengan adanya proyek yang direncanakan maupun

yang dilaksanakan. Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak

sumber-sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan

proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghidari rusaknya

kelestarian lingkungan.

3.1.2.5 Analisis Aspek Finansial

Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi. Maksud layak atau

tidaknya disini adalah perkiraan bahwa proyek dapat atau tidak dapat

menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah dioperasionalkan (Umar

1997). Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau suatu aktivitas dimana

dikeluarkan uang dengan haraan mendapatkan hasil (return) dimasa yang akan

datang dan dapat direncanakan, dibiayai, dan dapat dilasanakan sebagai satu unit

(Kadariah et al 1976).

Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan

penggunaan sumber dana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka

waktu umur ekonomis yang panjang. Oleh karena itu, studi kelayakan proyek

bertujuan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dan

menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata

tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek membutuhkan biaya, tetapi biaya

yang dibutuhkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan risiko kegagalan

suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar.

Menurut Gittinger (1986), rangkaian dasar dalam perencanaan dan

pelaksanaan proyek adalah siklus proyek. Siklus proyek terdiri dari tahap-tahap

identifikasi, persiapan dan analisis, penilaiaan, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi

adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan

dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek tersebut. Evaluasi dapat

(32)

Metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, merupakan suatu

teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh di masa yang akan

datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang (Gittinger 1986).

Ada beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penilaian kelayakan suatu proyek,

yaitu :

1.NPV (net present value)

NPV atau net present value manfaat bersih atau nilai bersih sekarang

yang menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan

merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari

selisih antara penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha

pada jangka waktu tertentu (Gray et al 1978).

Suatu proyek dikatakan layak untuk diuahakan dan dapat menghasilkan

keuntungan jika NPV > 0. Jika nilai NPV < 0 berarti suatu proyek atau usaha

dapat menimbulkan kerugian, dan dinilai tidak layak untuk dilaksanakan. nilai

NPV sama dengan 0 berarti suatu proyek tidak menghasilkan keuntungan serta

tidak menimbulkan kerugian bagi suatu proyek atau usaha, apabila suatu

perusahaan memperoleh nilai NPV sama dengan 0 maka proyek tersebut dapat

dilaksanakan yang berarti dapat mngurangi efisiensi dan efektifitas perusahaan

karena tidak menjalankan proyek ini perushaan tidak akan memperoleh kerugian.

2.IRR (internal rate of return)

IRR atau internal rate of return adalah tingkat pengembalian internal dari

investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentase

keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek

dalam mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat

rata-rata keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). IRR adalah hasil discount rate

(suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol.

Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai IRR-nya lebih besar dari

tingkat discount rate yang ditentukan, sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat

(33)

3.Net Benefit Cost Ratio

Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif

dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat yang

menguntungkan bisnis bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian dari

bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila net

B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak apabila net B/C lebih kecil dari

satu.

4.Payback Period

Payback period merupakan salah satu metode analisis yang mencoba

mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period nya

singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih.

Payback period merupakan alat pelengkap penilaian investasi.

3.1.2.6 Analisis Sensitivitas

Salah satu keuntungan analisis proyek secara finansial ataupun ekonomi

yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari hasil analisis tersebut dapat

diketahui atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila terjadi hal-hal di luar

jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Analisis sensitivitas

adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-penngaruh

yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Sementara

menurut Kadariah (1978), yang dimaksud dengan analisis kepekaan atau

sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang

terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian

yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.

Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi

ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada

bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: (1) harga, (2)

keterlambatan pelaksanaan, (3) kenaikan biaya, dan (4) hasil analisis sensitivitas

dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pengganti (switching value) dan

dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga

dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh

(34)

3.1.2.7 Arus Kas (Cash Flow)

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan

dalam suatu periode tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang

diterima (cash in) dan biaya yang dikeluarkan (cash out) baik jenis maupun

jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi

pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang (Kasmir 2003). Cash flow

mempunyai tiga komponen utama yaitu initial cash flow yang berhubungan

dengan pengeluaran investasi, operasional cash flow berkaitan dengan

operasional usaha dan Terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang

dianggap tidak memiliki nilai ekonomis lagi (Umar 2007).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kapasitas olah pabrik PT Tapian Nadenggan adalah 60 ton/jam dengan

maksimum jam operasional 20 jam per hari sehingga kapasitas maksimal

pngolahan tandan buah segar adalah sebesar 1200 ton/hari, sedangkan sampai

akhir tahun 2010 PT Tapian Nadenggan masih beroperasi dengan rata-rata 14 jam

per hari artinya perusahaan baru mampu mengolah sekitar 840 ton tandan buah

segar per hari sehingga masih ada kekurangan jam operasional sekitar 6 jam,

dengan kekurangan jam operasional tersebut maka pabrik diperkirakan kehilangan

bahan baku yang tidak diolah sebesar 360 ton tandan buah segar setiap harinya.

Perusahaan perlu melakukan pengembangan lokasi produksi yang akan

menghasilkan TBS dengan cara menambah luas areal kebun sekitar 5500 ha

sehingga harapannya perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan tandan buah

segarnya sendiri sehingga perusahaan bisa memaksimalkan penggunaan jam

operasional pabrik.Penambahan luas areal produksi perkebunan 5500 ha lagi

didasarkan pada produktivitas rata-rata kelapa sawit yang mencapai 24

ton/ha/tahun sehingga dengan penambahan luas areal produksi kebun 5500 ha

maka perusahaan memiliki total luas kebun mencapai 15.000 ha, dengan luas

areal tersebut maka kebutuhan TBS maksimal akan tercapai sesuai dengan

produktivitas tanaman. Apabila perusahaan tetap berproduksi pada luasan areal

produksi 9.500 ha maka perusahaan akan selalu mengalami kekurangan bahan

(35)

Dengan penambahan luasan areal tersebut maka harapannya akan

menambah bahan baku sehingga perusahaan dapat berproduksi pada keadaan

maksimal dan nantinya kebijakan budgeting tidak perlu dilakukan, artinya

perusahaan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus melakukan

pembelian bahan baku TBS dari luar.

Dari pemikiran tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai kelayakan

pengembangan usaha CPO yang akan dilakukan dilihat dari aspek Non finansial

yang berkaitan dengan aspek pasar, manajemen, teknis, sosial lingkungan maupun

(36)
[image:36.595.77.519.70.743.2]

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Pabrik Kelapa sawit PT Tapian Nadenggan memiliki kapasitas olah 360.000 ton/tahun perusahaan hanya mampu mengolah 201.989

ton/tahun. Kurangnya bahan baku menyebabkan PT Tapian Nadenggan kekurangan bahan baku sekitar 158.011 ton/tahun bahan

baku tiap tahun yang tidak diolah

PT Tapian Nadenggan perlu melakukan pengembangan lokasi perkebunan 5500 ha untuk meningkatkan produksi TBS untuk menambah bahan

baku.

Aspek Non Finansial

o Aspek Pasar o Aspek Manajemen o Aspek Teknis

o Aspek Sosial Lingkungan

Aspek Finansial

o NPV

o IRR

o Net B/C

o PP

Tidak Layak Layak

(37)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Tapian Nadenggan Langga Payung Desa Huta

Baru Nangka Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara yang

merupakan salah satu daerah pemekaran baru dari Kabupaten Tapanuli Selatan

bagian dari daerah Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan November - Desember 2010.

PT Tapian Nadenggan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan merupakan

salah satu perusahaan yang terbesar didaerah kabupaten padang lawas utara yang

memiliki luas perkebunan kelapa sawit seluas 9.500 ha dan juga memiliki pabrik

pengolahn TBS dengan kapasitas olah maksimal 60 ton/jam.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah merupakan data

primer dan data sekunder, data primer merupakan data yang dikumpulkan

mengenai aspek non finansial. Aspek non finansial berkaitan dengan lingkungan

internal dan eksternal baik manjemen perusahaan maupun kelembagaan ataupun

aspek lingkungan internal dan eksternal lainnya, sedangkan data sekunder yang

diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dan

diolah dengan menggunakan perhitungan kelayakan baik dari kelayakan finansial

yang dapat dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Net Benefit CostRasio (Net

B/C), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period.

Data primer dan data sekunder yang digunakan berupa data yang

berkaitan dengan aspek finansial dan non-finansial, Data primer digunakan untuk

menggambarkan keadaan perusahaan pada masa sekarang dan digunakan untuk

menjelaskan keadaan produksi perusahaan. Data sekunder digunakan sebagai

sumber dasar yang digunakan dalam penulisan berupa gambaran mengenai

perkebunan kelapa sawit dan pengolahan pabrik CPO serta aspek-aspek

penunjang yang berkaitan dengan perkebunan kelapa sawit, dasar perhitungan

(38)

Instrumen yang digunakan di dalam penelitian untuk mendapatkan

informasi dan data yang dibutuhkan adalah dengan menggunakan alat elektronik,

media cetak, internet dan membuat daftar pertanyaan untuk dijawab oleh

responden. Responden dalam hal ini adalah orang yang memiliki kredibilitas di

bidang yang diteliti yaitu manejer produksi, bagian keuangan/arsip,dan lain-lain

yang masih memiliki kaitan terhadap objek penelitian.

4.3 Metode pengumpulan data

Data primer diperoleh langsung dari responden dengan melakukan

wawancara dalam hal ini responden adalah manejer produksi dan manejer

keuangan. Data sekunder diperoleh dari PT Tapian Nadenggan dan referensi

tentang profil Kabupaten Padang Lawas Utara, laporan perusahaan, rencana

pembangunan Kabupaten Padang Lawas Utara, buku referensi, dan internet.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukkan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi transfer

data, editing data, pengolahan data, dan interpretasi data secara deskriptif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis keadaan industri pada lokasi

penelitian. Analisis kuantitatif digunakan untuk menguji kelayakan suatu usaha

yang sedang berjalan yaitu dengan mengolah data yang diperoleh dan

menyederhanakan dalam bentuk tabulasi kemudian diolah secara komputerisasi

dengan menggunakan software microsoft excel dan interpretasi data secara

deskriptif.

Pengolahan dan analisis data ini diarahkan pada dua skenario, skenario 1

merupakan scenario dimana perusahaan berproduksi pada keadaan sebelum

adanya pengembangan yaitu pada keadaan luas areal produksi perkebunan seluas

9.500 ha dengan kapasitas olah pabrik 60 ton/jam dalam kondisi ini umur bisnis

perusahaan diperhitungkan selama 25 tahun dan dinilai pada tahun pertama

perusahaan yaitu pada tahun 1979 sampai dengan tahun 2004 dan data yang

digunakan adalah data perusahaan, sedangkan untuk skenario 2 perusahaan

berproduksi pada keadaan setelah dilakukan peremajaan areal produksi dan

penambahan luas areal 5.500 ha lagi sehingga total luas areal produksi mencapai

15.000 ha dengan produkstivitas rata-rata mencapai 24 ton/ha/tahun, data yang

(39)

gambaran dalam memperhitungkan keadaan perusahaan apabila perusahaan

melakukan pengembangan setelah umur bisnis pertama habis yaitu pada tahun

2004, keadaan setelah pengembangan menggunakan umur bisnis selama 25 tahun

dan diperhitungkan setelah tahun 2004 sampai dengan tahun 2029, dengan

keadaan produksi ini maka perusahaan diharapkan akan memperoleh tambahan

bahan baku TBS yang diharapkan akan menambah kapasitas olah pabrik agar

dapat berproduksi secara maksimal dan menghasilkan produksi CPO maupun

PKO yang maksimal sehingga pendapatan perusahaan diharapkan akan

bertambah.

a.Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar memproyeksi data tentang permintaan dan

penawaran akan suatu produk, terkait dengan jumlah yang akan ditawarkan,

bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang

akan datang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis aspek pasar juga

melihat ketersediaan bahan baku tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, distribusi

dari mulai bahan baku hingga proses bahan jadi, kapasitas produksi, dan

kontinyuitas serta tingkat harga.

b. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif dengan melihat kebutuhan bahan

baku dan peralatan di PT.Tapian Nadenggan, apa yang diperlukan dan bagaimana

secara teknis proses produksi pengolahan terkait kapasitas produksi, jenis

teknologi yang dipakai dalam pengolahan, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi,

input (bahan baku), dan output (produksi). Dalam aspek teknis yang paling

penting adalah secara teknis bagaimana proses pengolahan pembuatan produk

dihasilkan dan seberapa besar komposisi bahan baku yang tepat untuk

menghasilkan produk yang tepat.

c.Analisis Aspek Manajemen

Analisis ini digunakan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi

manajemen berjalan dengan baik dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

manajemen dalam mengelola industri. Analisis ini dapat dilihat berdasarkan

(40)

setempat dengan kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola

proyek.

d.Analisis Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebisaan dan implikasi sosial yang lebih

luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial

harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang

diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986). Sejauh

mana proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap

pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu,

analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan proyek

terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan terhadap adanya penggunaan

teknologi atau penerapan alat-alat mekanis yang mengurangi keterlibatan tenaga

manusia.

Kualitas hidup masyarakat merupakan bagian dari rancangan proyek.

Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan yang dapat

mengakibatkan kerugian dengan adanya proyek yang direncanakan maupun yang

dilaksanakan. Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber-sumber

air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan proyek

harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghidari rusaknya kelestarian

lingkungan.

e.Analisis Aspek Finansial

Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan manfaat dan biaya

tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam usaha. Dilihat dari

sudut pandang badan usaha atau orang yang menenanamkan modalnya dalam

usaha, suatu perhitungan dapat dikatakan privat atau finansial bila yang

berkepentingan langsung dalam manfaat atau biaya adalah individu pengusaha.

Data keseluruhan dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan

untuk menguji kelayakan yaitu NPV, IRR, net benefit cost rasio B/C, dan

(41)

1. Net Present Value (NPV)

NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari

selisih antara (benefit) manfaat dengan biaya) pada tingkat diskonto (bunga)

tertentu. Dinyatakan dalam rumus :

n t t t t i C B NPV 0 1

Keterangan : NPV = nilai bersih sekarang (rupiah) Bt = Manfaat pada tahun ke-t (rupiah) Ct = biaya pada tahun ke-t (rupiah) I = tingkat diskonto (%)

N = umur proyek (thun) T = tahun

Dalam Metode NPV terapat tiga kriteria investasi, yaitu :

1. NPV > 0, secara finansial proyek layak untuk diusahakan dan dapat

menghasilkan keuntungan.

2. NPV = 0, secara finansial proyek sulit untuk diusahakan dan tidak dapat

menghasilkan keuntungan.

3. NPV < 0, secara finansial lebih baik proyek tidak dilaksanakan karena akan

menimbulkan kerugian.

2.Internal Rate of Return (IRR)

IRR atau internal rate of return adalah tingkat pengembalian internala

dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentase

keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek

dalam mengembalikan bunga pinjaman, secara mate-matis nilai tersebut

dirumuskan sebagai berikut :

i i NPV NPV NP

Gambar

Tabel 1.  Luas Produksi Perkebunan Sawit Kabupaten Padang Lawas Utara tahun
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 2. Peta Provinsi Sumatera Utara
Tabel 2. Data Produksi CPO dan Kernel PT. Tapian Nadenggan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bisa jadi salah satu antaranya adalah tidak tampak antusiasme guru untuk secara &#34;ngotot&#34; terus menerus dan berkesinambungan melatih siswa menggunakan bahasa Inggris,

[r]

Second there is the book, that describes the phenotype of the discipline, which represents the current expression of this early work as seen through the eyes of Dr David Fogel.. This

[r]

Selain praktek langsung menempel, anak juga dapat mengerjakan Lembaran Kerja dengan cara meniru pola yang sudah ada. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk fisik

urethra Cooper, 1979. Proper placement of the catheter tip is aided by palpation per rectum. After the cuff is inflated, each vesicular gland is identified, and the contents are

Menimbang : bahwa dengan telah diselenggarakannya Perlombaan Desa Kabupaten Bantul Tahun 2014 sebagai forum penilaian dan kompetisi sehat dalam pelaksanaan program

Pengujian hipotesis dengan kriteria terima Ha dan tolak Ho, maka terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil